aku bukan hanya ingin berdiri pada asa yang masih tersisa, kukira semesta sudah berkata dengan leluasa, tapi mungkin kau yang tutup telinga dan mata. Karena yang aku tahu hanyalah pagi yang beku dan malam yang menyesakkan dada. Benar, hatiku terbakar. Kataku, lebih mudah melepaskan. katamu, kenapa tidak coba berpegangan? Kataku lagi, untuk apa jika hati saja tak diterima oleh sang Tuan. Kau terdiam.ku hela nafas pelan, berkata "menautkan perasaan tak semudah yang kau kira Tuan. Butuh perjuangan untuk menyebrangi jembatan bernama ketidakberanian. Usainya, melahirkan ranting tajam menusuk perasaan."
aku menghambur ke tengah keramaian. Derap langkah kaki, air mata, ku seret paksa agar tak terluka lebih dalam.
aku masih hidup. padahal aku menenggak sendiri racun itu--Namamu. tahun-tahun tak pernah sesuram ini. kamar tak pernah sekosong ini. hatiku kemana? ah aku lupa. kau bawa pergi ternyata.
"semoga kamu bahagia..."
"semoga kamu menjalani hidup yang baik..."
semoga semoga dan semoga. aku hanya mampu menyemogakan. berapa banyak lagi doa doa palsu yang harus kuucapkan? hanya untuk membuktikan padamu bahwa aku baik-baik saja. tapi memang dunia ini sering kali aman karena kebohongan.kita telah karam, Tuan. aku bukan lagi samudera yang kau arungi untuk mencapai daratan.
Assalaamu'alaikum!🤗
lama tidak menyapa, semoga aku masih sanggup berkata-kata, usai derainya air mata.
