Chapter 2.0 : Stage three

1.1K 231 48
                                    

Sayup-sayup dapat kudengar suara Jeff yang sedang berbicara dengan seseorang ... ugh, apa itu ... Masky?

"Kau disini Jeff? Kukira kau keluar mansion!"

"Hm,"

"BEN bilang kau sedang mencari mangsa, ternyata kau disini,"

"Hm,"

Aku melamun sejenak lalu tersenyum. BEN benar-benar tidak membocorkan dan menyampaikan pesan Jeff. Dia ... berbeda.

"[Y.N] dimana?"

"Tidak tahu,"

"Jangan bohong,"

"Fuck you Masky!" Jeff mengumpat lagi. Suaranya terdengar sangat kesal.

"Santai saja tuan Jeffrey Woods atau jangan-jangan kau memang berbohong soal keberadaan [Y.N]?"

"Bukankah kau seharusnya menjaga kawasan hutan Masky?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Shut up, aku ada urusan,"

"Well, urusan apa yang membuatmu jauh-jauh kemari Jeff?"

"Jelas saja urusan yang lebih penting selain meladeni ocehan pria aneh bertopeng sepertimu dan sekarang bisakah kau keluar?"

Aku menghela napas pelan. Udara semakin menipis disekitarku jika Jeff tidak cepat-cepat membawaku keluar lagi mungkin aku akan kehabisan oksigen.

"Baiklah, tuan berwajah dempul, aku akan keluar,"

"Hm,"

"Dan ... kalau kau tahu keberadaan gadis itu, katakan padaku. Sudah seharian ini aku tidak melihatnya lagi,"

"Kau peduli padanya eh?"

"Bisa dikatakan begitu atau mungkin lebih daripada rasa cemas kepada seorang teman."

Aku mengerutkan dahiku. Mencoba mencerna setiap perkataan Masky. Lebih daripada seorang teman? Maksudnya sahabat?

Aku ingin melamun lebih jauh namun suara loker yang digeser kearah lain membuatku tidak bisa. Perlahan sinar-sinar temaran masuk menerangi ruang rangkak ini. Akupun merayap keluar dan menghirup udara bebas sebanyak-banyaknya.

Kuhentikan aktivitasku begitu suara kekehan Jeff terdengar.

Mataku perlahan membulat dan kedua alisku bertautan. Jeff terkekeh?

"Wajahmu lucu sekali, seperti orang yang habis tenggelam!" Aku mendengus ternyata dia menertawakan wajahku ini.

Tapi, aku sadar bahwa kekehan Jeff itu perlahan menjadi sebuah tawa, tawa ironi yang membuat telinga dan hatiku sakit tanpa sebab saat mendengarnya.

"Jeff, kau tidak apa-apa?" Tanyaku cemas. Aku bangkit berdiri seraya menepuk-nepuk celana jeans longgarku yang berdebu.

"Tidak, aku kenapa-napa," Jeff menyunggingkan senyum miring.

"Kau demam? Merasa sakit?"

"Bukan, aku hanya ... tidak mau kalah dari anggota slender proxy itu."

Lagi. Perkataan Jeff mengundang kernyitan didahiku. Maksudnya apa sih?

"Kau taruhan dengan salah satu anggota slender proxy?" Tanyaku.

"Hah ... yang direbutin malah goblok setengah mati,"

Seriusan, Jeff menyebalkan sekali, bukannya menjawab iya atau tidak malah berkata yang direbutin goblok.

"Lupakan saja, kau terlalu lugu untuk memahami perasaan,"

"Enak saja, aku ini cukup dewasa tahu!" Sangkalku tidak terima.

"He? Kalau begitu apa kau sudah pernah berhubungan dengan lawan jenis?"

"T-tidak, sebenarnya, aku mulai berteman dengan lawan jenis semenjak tinggal dimansion creepypasta," Jawabku jujur. Entah kenapa aku mendadak malu sendiri, kesannya aku lugu sekali ya.

"Sudah pernah berciuman?" Aku tersedak oleh pertanyaannya. G-gila kenapa dia bertanya sesuatu sevulgar itu? Uhm, tidak terlalu vulgar juga sih, tapi tetap saja. Apa dia tidak bisa bertanya lebih sopan lagi kepada seorang wanita? Pantas saja tidak ada yang menyukainya selain Jane dan Nina. Aku menggigit bibir bawahku, apa jangan-jangan dia punya niat jahat? Bisa saja 'kan pembunuh seperti dia melakukan sesuatu yang lebih buruk lagi.

"Aku akan mengambil jawaban tidak pernah, karena pipimu memerah saat aku bertanya hal itu," Aku membelalakkan mataku. Hei, enak saja dia mengambil keputusan.

Kutorehkan kepalaku kesamping dan sedikit mengadah, kuberi Jeff tatapan tajamku.

"Kenapa? Kau marah?" Jeff terkekeh kecil.

Aku menggeleng pelan dan kami berjalan lagi. Kulambatkan langkahku agar Jeff yang tadinya berjalan disampingku bisa berjalan dihadapanku.

Kami menuju suatu tempat lagi, kurasa tempat yang sama yang berisi loker-loker juga. Memuakkan.

Tebakanku ternyata benar, bedanya ruangan kali ini berisi loker-loker berukuran kecil. Kuputar bola mata [E.C] malas dan menghela napas.

Tunggu, kenapa kesannya aku tidak niat sama sekali untuk berpetualang? Mencari rahasia diriku yang sebenarnya? Jeff saja sudah repot-repot membantuku.

Aku tersenyum tipis melihat Jeff yang sudah memeriksa loker terlebih dahulu. Kususul dia.

Jemariku terus saja memegang berbagai loker dan mataku terus meneliti melihat angka-angka loker, mencari angka 67 dilabelnya.

#

#

#

#

#

Sorry kalo gaje.

Next? Ka Jo! eh gakdeng Next ? 17 votes!

-Farraay

Deathly Love [ Jeff The Killer × Reader ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang