Chapter 3

429 49 2
                                    

Esok harinya, Eunji dan Shun tengah bersiap-siap pergi. Eunji tak lupa membawa tongkat emas yang diberikan oleh ayahnya.
“Kita mau ke mana, Eunji-ah? Dan…apa yang kau bawa itu?” tanya Sehun.
“Kita akan pergi ke Istana Peri Shun-ah,”
“Mwo?”
“Cepat, kita tidak punya banyak waktu,”
“Naiklah ke punggungku,”
“Wae? Bukankah dengan jalan kaki juga bisa?”
“Bukankah kau bilang kita tidak punya waktu?” tanya Sehun. Dengan terpaksa, Eunji naik ke punggung Sehun.
“Tunggu dulu,” Paman Lee menghentikan mereka.
“Wae guraeyo appa?” tanya Eunji. Paman Lee memberian sebuah kantong kecil kepada Eunji.
“Ige mwoya?” tanya Eunji.
“Ini garam nak, taburkan sedikit demi sedikit jika ada bahaya yang mengancam kalian. Semoga kalian berhasil,” nasihat Paman Lee. Eunji mengangguk.
“Aku akan segera kembali appa,” pamit Eunji. Eunji berpelukan dengan Paman Lee. Tak lama, pelukan itu lepas. Paman Lee berjongkok kepada Sehun.
“Semoga berhasil, Pangeran,” bisik Paman Lee. Sehun mengangguk.
“Berpeganganlah yang kuat Eunji-ah,” perintah Sehun. Eunji pun mengeratkan pegangannya. Sehun mulai berlari menjauh dari rumah Paman Lee.
“Semoga berhasil,” gumam Paman Lee.

=0=

Hari berganti malam. Sehun dan Eunji memutuskan untuk beristirahat. Mereka berada di tengah hutan. Sehun telah membuatkan bara api sebagai cahaya dan penghangat tubuh.
“Shun-ah,”
“Ne Eunji-ah?”
“Aku…sangat lapar,” Sehun mendekat ke arah Eunji.
“Besok kita mencari makannya ne? Sekarang tidurlah,” ujar Sehun. Eunji menganggukkan kepalanya dan menyandarkan kepalanya di dada Sehun. Eunji mengusap bulu halus Sehun. Tak lama, Eunji tertidur di pelukannya. Entah kenapa Sehun memiliki perasaan tersendiri terhadap Eunji.
Apa aku menyukai Eunji?” batin Sehun. Sehun berubah wujud menjadi manusia. Sehun terkejut melihat wujudnya yang berganti manusia.
“Aku…berubah wujud?” gumam Sehun. Ia senang sekali. Ia melihat wajah damai Eunji tertidur. Ia membelai rambut Eunji. Ia senang melihat tangannya yang sudah tak dipenuhi oleh bulu dan cakar yang tajam.
“Apa aku besok berubah wujud menjadi seekor hewan?” gumam Sehun. Ia melihat wajah Eunji lagi.
“Apa aku menyukaimu?” tanya Sehun pada Eunji yang terlelap. Perlahan Sehun mengecup puncak kepala Eunji.
“Apa aku mencintaimu?” tanya Sehun lagi. Sehun mendekatkan wajahnya pada wajah Eunji. Ia kecup bibir Eunji. Ia tersenyum.

=0=

Pagi harinya, Eunji tengah merentangkan tangannya dan melihat sekitar.
Di mana Shun?” batin Eunji mencari-cari Sehun. Kemudian ia mencari keberadaan Sehun. Dilihatnya air sungai jernih. Ia mulai membasuh mukanya. Dilihatnya Sehun yang baru saja muncul di permukaan air.
“Shun-ah, eotteokhae?” tanya Eunji.
“Oh, aku…mencari ikan untuk sarapan,” ujar Sehun dengan membawa ikan di kedua tangannya hasil tangkapannya.
“Berikan padaku,” ujar Eunji. Sehun memberikan ikannya kepada Eunji.
“Bisakah kau menemukan benda tajam yang bisa untuk membelah ikan ini?” pinta Eunji. Dengan sigap Sehun mencari benda yang Eunji cari.

Tak lama, Sehun menemukan benda yang Eunji cari. Ia menyerahkannya kepada Eunji dan melihat Eunji dengan teliti.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Sehun.
“Memisahkan duri dengan daging,” jawab Eunji.
“Bukankah duri sangat lezat?” tanya Sehun.
“Kau tahu Shun-ah, duri itu sangat berbahaya kalau dimakan, bahkan tertelan. Jika duri yang ada di ikan tertelan, maka duri itu akan tersangkut di tenggorokan dan akhirnya sakit. Kau mau seperti itu?” jelas Eunji. Sehun menganggukkan kepalanya.
“Apa aku benar-benar bodoh sekarang?” batin Sehun kesal.
“Selesai,” ujar Eunji dengan senang.
“Yak, kau mau apa?” tanya Sehun dengan melihat Eunji yang hampir mencelupkan ikan yang berlumur darah.
“Membersihkan darah dari ikan ini,” ujar Eunji. Sehun berpikir.
“Tunggu sebentar, aku akan kembali,” ujar Sehun. Sehun pergi begitu saja di hadapan Eunji.

Tak lama, Sehun kembali dengan membawa sebuah wadah. Sehun mengambil air ke dalam wadah itu dan memberikannya kepada Eunji.
“Cucilah ikan di sini,” ujar Sehun. Eunji menuruti perintah Sehun. Lagi-lagi Sehun memandang Eunji dengan teliti.
“Wae?” tanya Eunji.
“Oh? A-a-ani,” gagap Sehun.
“Bisakah kau menyiapkan apinya?”
“Ne,”

Selesai makan, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju Istana Peri. Sampai di hutan belukar, Eunji merapatkan pegangannya dan membuat Sehun khawatir.
“Wae Eunji-ah?” tanya Sehun.
“Ani, tempat ini…sangat menakutkan,” ujar Eunji dengan merapatkan pegangannya.
“Tenang saja, ada aku di sini,” tenang Sehun.
Terdengar aungan yang sangat menyeramkan. Eunji semakin ketakutan. Sehun merasakan pegangan Eunji yang semakin kuat. Ditolehnya ke belakang dan melihat kucing besar dengan taring yang besar mengejarnya.
“Shun-ah, LARI DENGAN CEPAT!!” pekik Eunji. Sehun pun mempercepat larinya.
“Eunji-ah, waeyo?” tanya Sehun.
“Ada kucing besar mengejar kita Shun-ah, larilah dengan cepat,” ujar Eunji ketakutan.
“Tapi ini sudah cepat Eunji-ah,”
“Lalu apa yang kita lakukan?” takut Eunji. Eunji mulai memikirkan sesuatu.
“Ini garam nak, taburkan sedikit demi sedikit jika ada bahaya yang mengancam kalian…”
“Garam,” Eunji segera mengeluarkan garam dari saku bajunya. Ia ambil sedikit garam dan melemparnya ke arah kucing itu. Garam yang dilempar Eunji berubah menjadi api. Kucing itu terbakar dan mati. Eunji sangat lega.

Akhirnya mereka sampai di Istana Peri yang terletak di antara bukit besar. Eunji dan Sehun terkagum melihat istana megah nan indah ini. Mereka berjalan memasuki istana itu. Eunji sangat kagum melihat istana milik peri. Bangunan yang seperti kristal, lantai batu marmer putih bersih, air mancur susu, berbagai macam buah dan bunga, ia sungguh kagum. Sehun sedari tadi melihat sikap Eunji yang terkagum-kagum.
Mereka sampai di pintu besar, pintu untuk masuk ke istana. Pintu itu terbuka dengan sendirinya. Eunji semakin terkagum melihat isi di istana ini.
“Whoah, daebak!” puji Eunji.
“Ini Istana Peri, kan?” tanya Sehun. Eunji mengangguk.
“Lalu, di mana para peri?” tanya Sehun.
“Kita harus mencarinya,”
“Apa yang kalian lakukan di sini?” suara itu mengejutkan mereka.
“Nuguya?” gugup Eunji. Sehun terus menjaga Eunji. Dilihatnya dari atas, seorang peri turun.
“Apa yang kalian lakukan di sini? Dan kenapa kau membawa monster di istana ini?”
“Nae-nae-naega…” gugup Eunji.
“Oh, apa itu?” tunjuk peri pada tas Eunji yang mengkilau. Eunji mengeluarkan benda yang mengkilau itu.
“Ini tongkat emas, ayahku yang memberikannya padaku,”
“Maafkan aku…aku lancang kepadamu. Akan kutunjukkan di mana Ratu,” peri itu tiba-tiba baik kepadanya.
“Dia kenapa?” tanya Sehun.
“Molla, kita ikuti saja mereka,” mereka mengikuti peri itu.

Mereka sampai di Singgahsana Ratu. Mereka melihat Ratu yang tersenyum kepada mereka.
“Annyeonghasimnika,” sapa mereka berdua dengan membungkukkan badannya.
“Salam. Apa yang membuat kalian ke istana ini?” tanya Ratu lembut.
“Ayahku menyuruh kami untuk datang ke istana ini,” ujar Eunji. Sang Ratu melihat tongkat emas yang dipegang Eunji.
“Aku tahu kalian pasti kelelahan. Hyunim,”
“Iya, Ratuku?” jawab seorang peri bernama Hyunim, peri yang membawa mereka masuk dan menemui Ratu.
“Tunjukkan kamar mereka,”
“Ya, Ratuku. Mari ikut aku,” ajak Hyunim setelah berpamitan kepada Ratu.
“Dan aku ingin berbicara kepada monster itu,” tunjuk Ratu ke arah Sehun.
“Na-naneun?” gagap Sehun. Sang Ratu mengangguk.

Sehun dan Ratu berada di atap istana. Di mana orang-orang atau para peri tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh Ratu.
“Tidak perlu canggung kepadaku,” ujar Ratu. Dengan sedikit gugup, Sehun merangkak dan mendekat ke arah Ratu.
“Sehun-ssi,”
“Nd-nde, Ratu?”
“Oh Sehun, itu namamu kan?”
“Joesonghamnida, saya tidak bisa mengatakannya,”
“Karena kalung yang kau pakai?” Sehun menundukkan kepalanya. Sang Ratu memegang mata kalung Sehun dan mengubahnya menjadi batu biasa.
“Sekarang kau tidak akan diancam oleh kalung yang kau pakai,”
“Gomapseubnida,” ujar Sehun. Sehun melihat dirinya berwujud manusia.
“Itu hanya sementara Sehun-ssi, aku tidak bisa membantu mematahkan sihir devil,”
“Waeyo?”
“Jika aku membantumu, maka Istana Peri akan menjadi incaran devil. Mereka akan membunuh semua peri yang ada di Istana ini,”
“Tapi, aku bisa membantumu cara untuk mematahkan sihir devil. Kau akan berubah menjadi monster setelah aku mengembalikan wujud mata batu di kalungmu,”
“Ratu,”
“Nde Sehun-ssi?”
“Izinkan aku…berwujud manusia di sini. Setelah aku pergi dari istana ini, kembalikan ke wujud monsterku,” Ratu Peri pun tersenyum.

The Legend of TRUE LOVE (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang