Chapter 11

848 62 4
                                    

Lama mereka bercinta akhirnya mereka sampai puncak mereka. Keringat keluar dari tubuh mereka. Sehun pun ambruk dan membenamkan kepalanya di gundukan Eunji.
“S-s-shun-ahh…”
“Hm?”
“Kau…berat…” desah Eunji karena ia sangat kelelahan.
“Oh…” Sehun langsung mengubah posisinya tidur di samping Eunji.
“Mianhae…” lirih Sehun. Eunji menghadap Sehun dan menangkup wajah Sehun. Eunji mengecup bibir Sehun dan tersenyum.
“Gwenchanayo Yang Mulia…kau tidak perlu bersalah kepadaku. Arra?” Sehun mengangguk mengerti.
“Kuharap kau cepat mengandung dan mengandung seorang laki-laki,” ujar Sehun berharap.
“Hm…aku juga Shun-ah,” ujar Eunji. Sehun menarik selimut dan menutupi tubuh Eunji dan tubuhnya.
“Tidurlah,” Eunji mengangguk. Sehun mendekap tubuh Eunji dan mengecup puncak kepala Eunji. Eunji mulai memejamkan matanya.

Pagi-pagi sekali, Sehun dan Eunji mengendap-endap turun dari istana. Mereka memelankan suara langkah kakinya agar tidak terlalu berisik.
“Yang Mulia,” lirih Eunji.
“Yang Mulia,” lirihnya lagi.
“Yang Mulia,” tiga kali Eunji memanggil tetapi tak ada tanggapan dari Sehun. ia memutuskan untuk menghentikan langkahnya. Sehun menoleh.
“Wae?”
“Untuk apa kita mengendap-endap?”
“Oh?”
“Untuk apa kita mengendap-endap seperti ini?”
“Aish…aku sangat malu jika mereka tahu kalau kau dan aku pergi,” Eunji memanyunkan bibirnya.
“Bukankah kau yang melakukannya kepadaku?” tanya Eunji.
“Yak…ssssst…jangan keras-keras…nanti semua orang di istana mendengar kita,” sebal Sehun. Sehun menarik tangan Eunji dan membawanya ke kamar mereka.

Sampai di kamar, Sehun menutup rapat-rapat pintu kamarnya dan Eunji terkagum-kagum dengan dekorasi kamar baru mereka.
“Indah sekali,”
“Kita harus segera mengganti baju kita,”
“W-wae?”
“Kita harus menemui Raja dan Ratu sekarang,”
“Kalau begitu aku mandi dulu,” Sehun mengangguk. Eunji segera masuk ke kamar mandi. Sehun mendengar ketukan pintu kamarnya.
“Ne?” pintu itu terbuka dan menampakkan beberapa pelayan putri memberi salam kepadanya.
“Annyeonghasimnika Yang Mulia,” ujar mereka.
“Hm, nado. Bagaimana kabar kalian?” tanya Sehun.
“Nde Yang Mulia, kami baik-baik saja,”
“Oh,”
“Permisi Yang Mulia,” mereka langsung masuk ke kamar mandi. Mereka melihat pintu kamar mandi dikunci.
“Apa Ratu mengunci pintunya?”
“Oh?”
“Eunji-ah!!!” teriak Sehun.
“Nde?!” sahut Eunji dari dalam kamar mandi.
“Bisakah kau membuka pintu kamar mandinya?”
“Kau mau mengintipku?!”
“Yak, pelayan istana mau memandikanmu!”
“Nde?!”
“Cepat buka pintunya!” tak lama pintu kamar mandi terbuka dan pelayan tersebut masuk ke kamar mandi. Mereka tidak lupa menguncinya dari dalam.
“Annyeonghasimnika Yang Mulia,” salam mereka kepada Eunji.
“Nde? N-n-nado,” gagap Eunji. Baru pertama kali ia dipanggil ‘Yang Mulia’. Ia merasa canggung mendengar sapaan dari mereka.
“Maafkan kami jika kami terlambat,”
“Oh? Anio, kalian tidak perlu se-formal itu kepadaku. Aku hanya orang biasa, kalian tahu? Kalian tidak terlambat. Aku baru saja melepas pakaianku,” ujar Eunji.
“Kami tidak bisa bicara banmal kepada Anda, Yang Mulia,”
“Kami akan mempersiapkan air untuk Anda, Yang Mulia,” seru pelayan lain. Eunji hanya tersenyum kikuk.

=0=

“Shun-ah, di mana orang tuamu?” tanya Eunji saat ia duduk di samping Sehun, tepatnya di singgah sana.
“Molla, biasanya mereka masih ada di kamar mereka,”
“Apa orang tuamu tahu masalah kemarin?”
“Tidak…mereka tidak akan tahu,”
“Kau yakin? Perasaan orang tua lebih peka dari pada kita,”
“Oh? Lebih kuat? Lalu…jika mereka tahu, apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Sehun.
“Molla,” ujar Eunji.
Nyonya Oh dan Tuan Oh memasuki tempat singgah sana.
“Annyeonghasimnika, Yang Mulia,” sapa mereka dengan memberi hormat. Sehun dan Eunji bangun dan memberi salam kepada mereka.
“Bagaimana kabar Anda, Yang Mulia?” tanya Nyonya Oh.
“Baik, Yang Mulia,” jawab Eunji dan disertai anggukan Sehun.
“Kalian terlihat seperti pasangan yang serasi, Nak,” ujar Nyonya Oh. Sehun dan Eunji menghampiri mereka.
“Anda juga, eommanim,” ujar Eunji dengan tersenyum. Eunji melihat Tuan Oh yang sedang berbisik ke Sehun.
“Kau melakukannya dengan baik, nak,” bisik Tuan Oh.
“Me-me-melakukan apa, appa?” tanya Sehun berpura-pura tidak tahu. Ia merasakan pipinya yang mulai memanas.
“Jangan berpura-pura nak, appa tahu kalian telah melakukannya,” bisik Tuan Oh lagi.

The Legend of TRUE LOVE (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang