Chapter 1

16.8K 604 5
                                    

Nara menghempaskan pantatnya ke sofa. Sofa tua satu-satunya yang berada di ruang tengah, yang berada tepat di depan televisi. Ia terbiasa menggunakan sofa itu untuk bermalas-malasan dan terkadang malah ketiduran di sana. Sebenarnya sofa itu sudah waktunya ganti. Sayang, keuangannya mepet. Alhasil, ia harus berpuas diri dengan sofa yang terkadang mengeluarkan bunyi tak nyaman ketika ia melemparkan tubuhnya ke sana.

"Jadi, bagaimana uncle John?" Perempuan cantik berpakaian kasual itu membuka suara.

Sementara tuan Lee Joon, manajernya, menarik kursi kecil yang berada di dekat dapur lalu meletakkannya di depan sofa tempat Nara berada.

"Well ...," ia terdengar ragu. Lelaki berkeluarga yang sudah berumur setengah abad itu duduk di kursi yang tadi di seretnya, lantas meletakkan tumpukan map di tangannya ke atas pangkuan.

Tatapan matanya singgah pada Nara dengan sorot bingung.

Dan Nara sadar ada yang tidak pas.

Ia sudah menghabiskan waktu bersama dan hidup berdampingan dengan lelaki itu selama sekian tahun. Ia sudah menganggapnya sebagai keluarga. Ia bahkan punya panggilan kesayangan padanya : uncle John.

Jadi, walau ia tak membuka suara, Nara tahu bahwa sesuatu tak berjalan sebagaiman mestinya.

"Jadi ... apakah bulan ini aku tak mendapat tawaran pekerjaan? Iklan? Pemotretan? Drama? Reality show? Atau apapun itu?" Nara tak kalah frustasi.

Dan si uncle John hanya menggeleng.

Tamat sudah, Nara membatin.

Ia menyandarkan punggungnya di bantalan sofa, sembari mendongak ia berkata, "Aku benar-benar akan bangkrut, uncle. Aku tak dapat tawaran pekerjaan sama sekali, dan tabunganku menipis. Aku mungkin bahkan tidak mampu menggajimu bulan ini. Ah, aku harus bagaimana, uncle?" Suaranya berat.

Uncle John menatap gadis itu dengan prihatin. "Lupakan dulu soal gajiku, yang penting kau punya uang untuk memenuhi kebutuhanmu," selanya.

"Sebenarnya aku sudah berusaha agar kau bisa ikut kasting sebuah drama. Tapi mereka bilang mereka butuh pemain laki-laki,"

"Aku bisa menyamar sebagai laki-laki!" cetus Nara. Segera yang ia terima adalah pelototan dari uncle John, tanda bahwa itu tidak mungkin ia lakukan.

"Lalu aku harus bagaimana, uncle? Publik tahunya aku sibuk syuting. Kalau mereka tahu aku hanya diam menganggur di apartemen, para haters pasti kembali menghujatku. Aku mungkin terbiasa dihujat karena ulahku, tapi setidaknya jangan sampai mereka tahu kalau aku sepi job," tubuh Nara melorot di sofa. "Ah, sudahlah, uncle. Aku terbiasa kok dihujat," ralatnya.

"Sebenarnya ada satu tawaran kontrak untukmu,"

Kalimat uncle John sukses membuat Nara terkesiap.

"Benarkah?" Ia bangkit seketika lalu berjengit ke arah manajernya tersebut.

"Kontrak apa? Iklan? Drama? Reality show? Atau ... MC mungkin?" kalimatnya penuh antusiasme tinggi.

Uncle John menarik nafas sesaat lalu membuka map di pangkuannya kemudian mengeluarkan beberapa lembar kertas.

"Baca baik-baik dan pahamilah," ia menyodorkan kertas-kertas itu ke arah Nara.

Nara menyambarnya lalu mulai membaca deret kalimat di kertas tersebut tanpa banyak bertanya lagi pada uncle John.

Menghabiskan beberapa menit membaca dan memahami isi kontrak, perempuan itu terpana.

Beberapa kali matanya mengerjap tak percaya dengan apa yang ia baca.

"Ya.Tu.han." desisnya syok.

Backstage || NC || SVT Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang