Chapter 11

5.5K 471 27
                                    

Seungcheol menata ulang kamar Joshua. Ia sendiri yang melakukannya. Membelikan beberapa furniture dan perabot baru, serta mengganti wallpaper lama dengan tema yang lebih cerah. Hijau dedaunan, warna kesukaannya.
Dokter bilang, sore ini Joshua sudah diperbolehkan pulang. Jadi ia berinisiatif memberikan suasana baru pada kamarnya.

"Woa, kau hebat," Nara muncul dari balik pintu dan menatap kamar baru Joshua dengan takjub. Ia sengaja menghabiskan waktunya seharian di sini. Kencan, sekaligus membantu kekasihnya berbenah. Meski tak banyak yang bisa ia lakukan, setidaknya ia bisa membuatkan makanan yang Lezat untuk lelaki itu.

"Ini benar-benar hebat. Joshua pasti terharu dengan apa yang kau lakukan, sayang," ujar Nara lagi.
Raut wajah Seungcheol seketika bersemu merah. Bibirnya membentuk senyum bangga.
"Aku pandai menata rumah, itu salah satu keahlianku. Jadi kalau kelak kita punya rumah pribadi, serahkan saja padaku soal desainnya," ucapnya.
"Keren," jawab Nara.
"Oh iya, kapan kau akan menjemput Joshua?"
"Nanti sore,"
"Aku ikut," cetus Nara.
Seungcheol menatapnya dengan sorot keberatan. "Tapi ...,"
"Aku ikut," ulang perempuan itu cepat, sambil berjalan mendekati Seungcheol dan memeluk pinggangnya.
"Ayo kita jemput Joshua bersama-sama. Aku harus menghabiskan banyak waktu dengan kalian berdua agar, well, ketegangan di antara kalian mencair. Mari jadi sebuah keluarga, oke?" ucapnya lagi.
Seungcheol menangkup wajah Nara dan tersenyum.
"Oke, ayo kita jemput dia, bersama-sama," ucapnya.

Dan akhirnya, mereka memutuskan bersama-sama pergi ke Rumah Sakit.

***

Seungcheol mengernyit bingung ketika memasuki ruang perawatan Joshua.
Ia tak menemukan adiknya di sana. Ruang itu kosong, seolah tak pernah ditempati sebelumnya.

"Suster, apa Joshua dipindahkan ke tempat lain?" Ia bertanya pada perawat yang berjaga.
Perawat itu tampak bingung menjawab.
"Sebaiknya anda temui saja dokter Kim," ucapnya gugup.
Tanpa bertanya banyak hal lagi, Seungcheol beranjak diikuti Nara. Menuju ruangan dokter Kim, dokter yang bertanggung jawab atas Joshua.
Ketika sampai di sana, jawaban yang tak memuaskan pun kembali ia dapatkan.

"Seungcheol, aku tak bisa menjawab dimana Joshua berada. Tapi percayalah, dia baik-bai saja. Hanya saja ...,"
"DI MANA JOSHUA?!" Seungcheol berteriak marah.
Dokter Kim terlihat kaku.
"Temuilah ayahmu, dia yang akan memberitahukan segalanya,"

Mendengar nama ayahnya di sebut, Seungcheol merasakan amarahnya sampai di ubun-ubun.
Pasti.
Pasti ayahnya telah melakukan sesuatu padanya.

Lelaki itu mengumpat, lalu melesat keluar.
"Nara, pulanglah dengan taksi. Aku harus ke rumah ayahku," ucapnya.
"Aku ikut," Nara menjawab cepat seraya mengikuti Seungcheol berlari ke mobilnya.
Terlalu panik, Seungcheol tak berkesempatan mendebat perempuan itu, atau bahkan melarangnya ikut serta.
Yang ingin segera ia lakukan adalah melarikan mobilnya secepat mungkin ke rumah ayahnya.

***

Ketika sampai di sana, yang Seungcheol lakukan adalah menyeruak masuk ke ruang kerja ayahnya. Dan seperti yang ia duga, lelaki yang beranjak tua itu ada di sana, berkutat dengan berkas-berkas yang berserakan di meja.
Seungcheol menata nafasnya yang terengah-engah, pun begitu dengan Nara yang nyaris kehabisan nafas di belakangnya.

"Di mana Joshua?" Seungcheol bertanya langsung.
Ayahnya tak menggubris, ia masih saja asyik menatap berkas di hadapannya.
"Jaga sopan santunmu, bocah. Aku orang tuamu, setidaknya berilah ucapan salam terlebih dahulu," ucapnya dingin, tanpa menatap Seungcheol yang berdiri dengan gusar di hadapannya.

"Apa yang ayah lakukan pada Joshua?! Katakan dimana dia?!" Ia kembali berteriak.
"Jika ayah tak mau mengadopsinya sebagai anak, setidaknya jangan lakukan hal buruk padanya!" teriaknya lagi.
Ayah Seungcheol terkekeh sinis. Ia mendongak dan menatap putranya dengan tajam.
"Demi orang lain kau tega membentak ayahmu sendiri?!"
"Dia bukan orang lain, ayah. Dia adikku. Joshua, adalah adikku!"

Backstage || NC || SVT Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang