Chapter 10

6.1K 489 25
                                    

Nara datang ke Rumah Sakit untuk mengunjungi Joshua tanpa sepengetahuan Seungcheol. Tidak ada maksud tertentu hingga ia ke sana diam-diam. Ia hanya merasa tak perlu memberitahu Seungcheol jika hendak mengunjungi adiknya. Lagipula, setelah apa yang mereka alami, ia berharap bisa melakukan sesuatu. Menghibur Joshua, mungkin.

Ketika sampai di sana, pemuda itu tengah duduk membelakangi dirinya, menatap ke arah luar jendela.
Hanya melihat dari punggungnya, sosok itu terlihat rapuh.

"Hai," Nara menyapa.
Joshua menoleh, menatap sekilas ke arah gadis itu dengan tatapan datar, sebelum akhirnya kembali membuang pandangannya ke luar jendela.
Mendapat reaksi dingin seperti itu, nyali Nara sempat ciut, tapi toh akhirnya ia tetap menebarkan senyum manis di bibirnya.
"Bagaimana kabarmu hari ini? Kau sudah membaik?"
"Apa kau datang bersama Seungcheol?" Joshua bertanya ketus, tanpa merubah posisi tubuhnya.
"Tidak, aku datang sendirian," jawab Nara cepat.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Joshua lagi.
Nara menelan ludah sesaat sebelum menjawab, "Aku membawakan makanan kesukaanmu. Aku sudah bertanya pada doktermu, dan dia bilang, kau bisa memakannya. Mau ku suapi?"

Rahang Joshua kaku. Ia sempat memejamkan matanya rapat demi untuk menahan gejolak di dadanya.
Melihat Nara, mendengar suaranya, perasaannya membuncah, campur aduk. Antara senang karena wanita yang ia cintai itu mengunjunginya, tapi sejurus kemudian ia merasa muak ketika mengingat bahwa wanita itu adalah pacar kakaknya.
Sungguh, Joshua tak pernah sefrustasi seperti sekarang ini.

"Keluar." Akhirnya ia mendesis lirih.
Nara memasang telinganya baik-baik. "Kau bilang apa?" Ia meletakkan kotak bekal di atas nakas lalu berjalan memutari ranjang, dan berdiri di sisi ranjang tersebut, dekat dengan Joshua, dan menatap ke arahnya.

Dan kemarahan Joshua kian memuncak.
"KELUAR KATAKU!" Kali ini ia mendongak dan menatap Nara tajam.
"Keluar.dari.kamarku," ia mengeram.

Nara mematung sejenak, tapi ia tak gentar menerima amukan Joshua.
"Kenapa kau membentakku?" ia menatap lurus ke mata lelaki tersebut.
"Karena aku muak padamu!"
"Dan kenapa tiba-tiba kau muak padaku? Apa aku telah melakukan kesalahan padamu?"
"Karena kau berpacaran dengan kakakku!"
"Lalu apa masalahmu?"
"KARENA AKU JATUH CINTA PADAMU!"

Hening.
Nara kembali menelan ludah, tanpa mengalihkan pandangan dari dirinya.

"Aku mencintai Seungcheol, Josh. Dan dia mencintaiku. Jadi ku harap ...,"
"Jantung yang ada di tubuh Seungcheol adalah jantungku. Tidakkah kau berpikir bahwa orang mencintaimu adalah ... aku?" Joshua tersenyum miris.
"Aku benar-benar iri pada kakakku. Hidupnya selalu bahagia. Punya keluarga, kaya raya, terkenal, dan mendapatkan apa yang ia inginkan. Sementara aku?" Ia tertawa getir.
"Aku yang hanya bukan siapa-siapa. Tak punya ibu, ayahku entah kemana, penyakitan, dan bahkan mungkin sebentar lagi aku mati. Pantas saja kau memilih kakakku daripada aku,"
"Kakakmu juga sama menderitanya seperti dirimu, Josh,"
"Bohong. Dia selalu terlihat bahagia, apanya yang menderita," Joshua mendengus.
"Terlihat bahagia bukan berarti baik-baik saja. Selama ini ia juga menderita sepertimu. Beban yang ia tanggung juga sama banyaknya dengan dirimu. Ia menyayangimu, mencari cara agar kau bisa menjadi bagian dari sebuah keluarga, agar kau tidak lagi menjadi 'bukan siapa-siapa'. Kau hanya perlu memahaminya,"
"Kau yang tak paham,"
"Aku paham!" Nara menjerit.

"Kita sama, Josh. Kita bukan siapa-siapa." suara perempuan itu bergetar.
"Setidaknya kau tidak dibuang di jalanan seperti aku! Pernahkah kau tak punya tempat berteduh ketika ada hujan badai? Aku pernah. Pernahkah kau mengais makanan di tong sampah? Aku pernah. Pernahkah kau berbagi makanan dengan anjing? Aku pernah. Aku pernah mengalami semua! Dibuang di jalanan, seperti seonggok sampah!" Suaranya tercekat.

Joshua menatap gadis itu dengan ekpresi kaget.
"Kenapa? Apa kau tak tahu tentang itu? Apa Seungcheol tak pernah menceritakan hal itu padamu?" gumamnya satir.
Joshua tak bersuara. Kedua matanya berkaca-kaca.
"Kau masih lebih baik daripada aku," Nara meratap. "Setidaknya kau masih punya kakak yang menyayangimu, menanggung kehidupanmu, melakukan apapun untukmu. Tapi aku? Aku sebatang kara." lanjutnya.

Backstage || NC || SVT Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang