Chapter 12

5.6K 517 16
                                    

Seungcheol berdiri membeku di samping pintu ruang operasi. Mengabaikan tubuh dan bajunya yang berlumuran darah, mengabaikan tatapan miris dari segelintir pengunjung yang berlalu lalang, pria itu bergeming. Punggungnya tersandar di dinding, bahunya terkulai, dan wajahnya tertunduk lesu.
Kristal bening tak berhenti menetes dari kedua matanya. Jatuh titik demi titik, membasahi lantai yang kotor terkena bercak darah dari sepatu pantovel yang ia kenakan.
Anehnya ia tak terisak.

Mati rasa.

Seungcheol mati rasa.

Mengingat kembali peristiwa pilu yang baru saja ia alami layaknya mimpi buruk.
Mengingat kembali bagaimana Nara terkulai lemah dalam pelukannya, berlumuran darah, dan tak berdaya.
Masih jelas ketika rasa hangat darah wanita itu bersentuhan dengan kulitnya.
Takkan pernah bisa ia lupakan ketika wanita itu bernafas pendek-pendek dalam dekapannya, seolah ia ingin mengucapkan salam perpisahan.

Tak pernah.
Tak pernah Seungcheol merasa setakut ini.

Bagaimana jika Nara tak selamat?
Bagaimana jika ia mati?
Bagaimana ia akan menghadapi semuanya?

Terbersit penyesalan mendalam dalam benak lelaki itu.
Kenapa ia harus membawa Nara bersamanya?
Kenapa ia harus meninggalkan wanita itu di sana, sendirian?
Kenapa ia tak menggandeng tangannya dan membuatnya aman?
Kenapa?
Ia hanya meninggalkan perempuan itu sekian detik, dan sekarang bisa jadi ia akan kehilangan sosok itu selamanya.

Tidak.
Seungcheol takkan sanggup menghadapi kemungkinan terburuk itu.
Jika wanita itu pergi, maka hidupnya juga selesai.

"Bertahanlah, Nara. Ku mohon...," pria itu mendesis serak.
"Kak ...,"

Dan panggilan itu layaknya hembusan angin yang menampar wajahnya.
Pelan, Seungcheol mendongak dan mencari asal suara tersebut. Dan tampak olehnya seorang lelaki berwajah pucat berdiri sekitar 50 meter darinya.

"Josh?" Seungcheol mendesah lirih. Nyaris tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Adiknya, berdiri di sana.
"Aku melihat berita tentang Nara di internet dan aku memutuskan untuk menunda penerbanganku ke Amerika," Sosok itu menjawab.
Dengan satu tangan yang tersandar pada dinding, ia terlihat rapuh.
"Dia tidak mati 'kan? Nara tidak mati 'kan?" Suaranya serak. Ia terhuyung, melangkah pelan ke arah Seungcheol.
Kedua matanya berkaca-kaca, air matanya nyaris berjatuhan.

"Dia akan selamat 'kan, kak?" Ulangnya.
Bibir Seungcheol bergetar.
Dan tepat ketika adiknya menghampiri dirinya, memeluk dia, tangisnya pecah.
Lelaki itu menangis dengan hebat di pundak Josh.
Menumpahkan semua ketakutan dan rasa sakit yang menghimpit dadanya.

Joshua menelan ludah. Ia menepuk lembut pundak kakaknya, dan air matanyapun ikut menitik.

***

Berita tentang Nara yang ditembak orang tak dikenal tersebar cepat ke khalayak ramai. Peristiwa itu menjadi headline hampir di semua media Korea baik cetak maupun elektronik.
Tak ada yang menyangka bahwa aktris cantik itu akan mengalami nasib tragis seperti itu.
Foto ketika Seungcheol berlarian ke Rumah Sakit membawa Nara dalam gendongannya demi untuk menyelamatkan wanita itu menjadi viral. Termasuk ketika ia tampak terpukul dengan baju yang dipenuhi noda darah di sana sini, melahirkan ribuan simpati dari publik.
Antusiasme untuk mengetahui kabar tentang kejadian tragis itu semakin tak terbendung.
Setiap hari, tak henti-hentinya media memberitakan tentang kondisi Nara.
Manajer Seungcheol dan juga manajer Nara pun harus pontang panting melakukan konferensi pers dan menjawab pertanyaan wartawan.
Bahkan kepolisian pun dibuat sibuk mencari sosok asing yang menjadi pelaku penembakan tersebut.
Dan usaha mereka akhirnya membuahkan hasil.
Pihak berwajib menemukan sosok misterius itu.
Ternyata pelakunya adalah orang yang sama yang melakukan penyerangan pada Nara beberapa waktu yang lalu. Seorang lelaki berumur sekitar 30 tahun, sasaeng fans yang mengaku sebagai penggemar berat Nara, yang akhirnya menjelma menjadi psikopat.

Backstage || NC || SVT Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang