02. Adrian Dirgantara

144 14 2
                                    

15 September 2016
10.30 WIB

---
Do you believe tht love come on first sight?
---

Duduk sambil menyesap dan menelusuri setiap gembulan asap dari secangkir kopi hitam dikala langit malam yang seharusnya indah jika dipandang. Namun, ironis sekali dengan nyatanya. Hidupnya selalu seperti ini, sendiri, diam, berontak dalam jiwa.

Hidup bagaikan tinggal di sangkar emas.

Dengan terbiasanya hidup sendiri dari kecil, dan hanya di temani oleh asst rumah tangga yang 'setia' menemaninya dari dulu hingga sore, pukul 7 malam. Dan seterusnya jika malam kembali menyapa, Adrian sendiri, lagi.

Suara langkah kaki berjalan dari dalam rumah, sontak membuatnya menoleh kebelakang.

"Den, ayo masuk kedalam, mbok sudah buatkan makan malam."

"Sebentar, mbok " ujar Adrian seraya menegakkan gitar akustik yang sedari tadi berada di pangkuannya. Berdiri, kemudian memasang sandal yang berada di luar gazebo taman rumahnya.

Dan ia melangkahkan kaki memasuki rumah, menuju ke meja makan, untuk makan malam. Sendirian.

Disela sendokan makanan yang ia suap ke mulutnya, terselip sebuah wajah yang sedari tadi menjadi fokusnya bermain gitar. Gadis yang ditemuinya sejak kemarin di sebuah cafe bernuansa klasik itu.

Flashback On
Adrian POV

"Yan, gue sudah di depan rumah lo. Keluar cepet!" Ujar seseorang dari seberang telepon. Dan langsung saja, aku memakai sepatu yang sedari tadi hanya bertengger manis di sudut depan kaki ku.

Ketika aku membuka pintu rumah, aku melihat sebuah mobil Toyota Fortuner yang aku ketahui adalah milik teman karibku di sekolah baru nanti, Giandra Abimanyu.

Klakson mobil itu tak hentinya berbunyi menandakan sifat dari sang pemilik mobil yang tidak sabaran.

Aku hanya mendelik pasrah, ya beginilah nasib orang yang notabanenya 'nebeng'.

Ternyata, tidak hanya Gio yang berada di dalam mobil itu. Dua 'manusia' lain juga ada disana.

"Assalamualaikum, Tuan Rian" sapa seseorang dari kursi belakang, yang aku ketahui setelah berbalik adalah Haris Jeovani, bisa dipanggil Haris kalau siang, dan Vani kalau malam.

Ga kok canda. Hehe

"Orang kalo ngucap salam bales, yan" semprot Ega tanpa melepaskan pandangan dari tab yang telah mengubah dunianya dengan aplikasi 'Pokemon Go' yang sekarang meraja lela di pikiran seorang Meiga Sinatharya. Bukan anak Darius, ok?.

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatu, ya Akhi." jawabku dengan aksen Arab yang dibuat sekental-kentalnya.

"Subhanallah!" respon mereka bertiga serentak, dengan mimik wajah sangat ekpresif, dan Gio menepuk pelan bahuku sambil hendak men-starter mobilnya.

---

Sekarang mereka bertiga tengah berada di sebuah kawasan pusat perbelanjaan. Berjalan dengan terpisah beberapa jarak langkah. Gio dan Ega kebetulan hari ini sama-sama ingin mencari sebuah ring basket besi untuk dirumahnya. Sementara Haris, berhubung dia menjabat sebagai ketua OSIS, ia hanya mencari beberapa keperluan untuk event perdana di masa jabatannya.

RianDraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang