11 Oktober 2016
07.23WIB"Lo kenapa, Yan? Gelisah gitu." Ujar Annisa yang sedari tadi terganggu konsenterasinya akibat gerakan kaki Deandra yang tak karuan. Selang 3 menit sekali ia melihat Dean melirik ke arah jam tangan miliknya.
"Kebelet." Jawab Deandra singkat, dengan mimik muka ekspresif, kerutan mata dan dahi tercetak jelas ketika ia mengernyit menahan sesuatu yang sedari tadi ingin dikeluarkannya.
Bila saja ini bukan pelajaran Ibu Rena, sudah dari seperempat jam yang lalu ia berada di Toilet siswi. Masalahnya sekarang, guru yang sedang mengajar di depan kelasnya ini, terkenal disiplin bahkan bisa dikatakan sangat disiplin dalam hal belajar mengajar. Ingin izin keluar membuang hadas saja, harus menanggung resiko untuk tidak mengikuti pelajarannya sampai dua pertemuan.
"Yaudah sih, 6 menit lagi juga kelar pelajarannya" ujar Annisa dengan mata masih fokus dan tak lepas dari hadapan papan tulis yang berisi jajaran huruf C dan huruf H yang menjadi ikatan.
Empat puluh delapan detik.
Satu menit.
Dua menit.
Tiga menit.
Empat menit."Tugas yang saya bilang tadi. Akan saya bagi kelompoknya minggu depan. Sekian" tukas Ibu Rena di akhir jam pelajarannya. Ia merapikan buku, mengambil tas yang ada di sudut meja, dan melangkahkan kakinya keluar kelas diiringi dengan ketukan sepatu fantopel coklat yang melekat.
Setelah diyakinkan bahwa Bu Rena sudah berada di radius aman kelas, Deandra segera menarik lengan baju Annisa yang masih sibuk berkutik dengan pena dan kertas di buku catatannya.
"Bentar deh, dikit lagi" ujar Annisa sambil menggerakkan lengannya agar Dean melepaskan cengkramannya.
"Gue ga tahan, sumpah." tanpa Ba-Bi-Bu Deandra langsung melesat berlari meninggalkan kelas dan menuju Toilet Siswi yang berada lumayan jauh dari kelasnya, membuat ia mau tidak mau harus berjalan dengan mode dipercepat.
Ia berjalan melewati koridor kelas Xi,dimana suasana beberapa kelas lumayan sepi. Hanya terdengar desas desis suara guru yang sedang memberikan materi pembelajaran. Dari jarak jauh ia melihat anak-anak cowok Xi Ipa 3 sedang duduk bergerombol di teras kelas. Mungkin sedang jam kosong dan guru pada jadwal berhalangan masuk. FYI kelas Xi ipa 3 dijuluki sebagai gudangnya Cogan Sma Wijaya. Karena hampir populasi dari seluruh siswa yang bergender laki-laki di kelas ini, memiliki paras yang tampan dan style mereka yang menambah nilai plus lagi.
Ketika Dean lewat di hadapan mereka, tak sengaja matanya menangkap sebuah manik mata coklat yang juga sedang meliriknya. Tidak asing. Begitu yang ada di pikiran Dean saat melihat wajah sang pemilik mata coklat itu.
"Deandra!" tegur salah satu cowok yang duduk bersila dilantai, saat Dean menoleh kearahnya, ia baru mengetahui bahwa yang menegurnya barusan adalah Gio.
"Hai, Gi" balas Deandra dan kemudian kembali meneruskan langkahnya ketika kedua mata itu menatapnya dan menyunggingkan bibir keatas, sebuah senyum kecil yang terlihat.
---
Perpindahan jam pelajaran sontak membuat suasana kelas yang pada awalnya tenang menjadi ricuh setelah Pak Erza, guru Ekonomi, melangkahkan kaki keluar dari kelas.
Adrian yang duduk di posisi tengah, hanya memperhatikan segala gerak-gerik dan tingkah laku mereka. Ketika, Gio datang dari sudut kelas dan menarik lengannya dalam keadaan terlentang melepas penat.
"Ngikut anak keluar, yan" ujar Gio masih dengan tarikan tangannya di lengan baju Rian.
Mereka berdua berjalan beriringan, diiringi juga oleh Ega dan Haris yang meyusul dari belakang.