Adrian menghempaskan tubuh di atas tempat tidur king size yang menjadi pusat titik fokus utama seantero kamar miliknya. Baju seragam sekolah masih melekat tidak sempurna di tubuhnya, hanya saja sepatu dengan logo centang miliknya itu dibiarkan teronggok di bawah dipan tempat tidur.
Pandangan mata terarah melihat langit-langit kamar yang di dominasi warna putih dengan hiasan bohlam lampu di tengahnya. Pikiran yang sedang kelayapan di negeri antah berantah, membuat mata itu mulai berkomporomi dengan tubuh untuk istirahat.
Ketika ia mulai terpejam dalam hitam penglihatan, hadir sebuah wajah yang belum lama ini sering berkeliaran di imajinasi seorang Adrian Dirgantara. Refleks tangannya mencari sesuatu yang tersimpan di saku celana seragam sekolahnya. Ketika dia menemukan benda tersebut, dia langsung menggeser layar dan menekan sebuah icon social media yang dia punya.
Deandra Anindyta
Nama itu dituliskannya di kolom pencarian. Kemudian berderet akun muncul menunjukkan nama yang sama.
Dih nama pasaran. Batinnya.
Dengan layar pertama menampilkan sebuah potret seorang perempuan dengan kaum adam di sampingnya, Adrian mengenali perempuan itu, namun siapa laki-laki yang berada disampingnya?
Sebuah rasa bergejolak muncul di dada Adrian. Ia berpikir mungkinkah itu pacar Deandra? Dari potret itu terlihat Deandra dengan pose bibir manyun dan si cowok sedang sibuk dengan ponselnya. Mereka seperti pasangan(?) Dan disaat yang sama sebuah pertanyaan kembali terlintas i've falled into your inner. Really?
Sejurus ia tersenyum ketika rekaman awal mereka bertemu terlintas di benak Adrian. Namun rasa itu kembali lenyap bergantikan sesak ketika mata kembali menangkap tampilan yang ada di depan layar.
Ara, Ara, dan Ara.
---
Ruangan ini sekarang bertambah sesak, siswa-siswa yang mencalonkan diri sebagai anggota OSIS tiap menitnya bertambah. Deandra yang awalnya masih dapat melihat wajah Sang Idola dari tempat duduknya, kini sudah tertutup dengan barisan kepala manusia.
"Kalo gue tau bakal ketutupan gini, udah dari pertama deh ambil bagian depan. Eh tapi, gimana kabar jantung gue kalo duduk depan? Kan gak baik buat kesehatan jantung."
Deandra membatin yang hanya dapat diketahui oleh dirinya sendiri.
Ting
Sebuah chat masuk di ponsel Deandra, membuat lengannya refleks bergerak menuju ke rok seragam sekolah.
From : Abang thayang😘
Lo pulang jam berapa dek?Me
Sorean. Jam 3 lewatlah. Lo jemput gue kan bang?😙Send.
"Ponsel harap dimatikan" suara Haris menggema di sekeliling ruangan membuat fokus Deandra terhenti tepat setelah dia menekan tombol send.
Ketika kepalanya terangkat ke depan, matanya bertatapan langsung dengan sang pemilik suara. Karena kepala orang yang berada di depannya sedang menoleh kebelakang, ke arahnya. Ia hanya tersenyum tidak enak ketika hampir semua mata menyorot dirinya. Ia kembali meletakkan ponselnya di saku celana dan menyenggol lengan Dira yang ada disampingnya seraya meringis kecil.
---
Deandra berjalan menyusuri koridor yang sudah mulai sepi. Pertemuan tadi memakai waktu pulang sekolah kurang lebih 15 menit. Jadi wajar ketika kelas sudah hampir kosong dan siswa hanya beberapa kepala saja yang terlihat.