20 December 2016
21.07 WIB---
Kau melihat ke arahku, tapi belum tentu iris matamu itu menangkap bayangku. Mungkin sosok yang lain?
---Lewat satu minggu setelah pertemuan Adrian dan Deandra di cafe itu, keduanya sudah jarang bertemu disekolah. Barang kali berpapasan pun tidak, padahal kelas mereka berada di lantai dan koridor yang sama.
Seperti biasa hari-hari sebelumnya, Rian yang kini bersama dengan Haris berdiri dikoridor tengah lantai dua sambil melihat - lihat jurnal yang terpajang di mading sekolah. Tujuan utama tentu saja bukan karena ingin membaca jurnal tersebut melainkan menunggu siapa tau Deandra lewat. Namun, ekspetasi Rian tak pernah sesuai dengan kenyataan. Setiap kali ia menunggu disini, peluang munculnya Deandra terus minim.
"Menurut lo gimana tentang program kerja anak jurnalis, Yan?"tanya Haris ketika Adrian sedang memperhatikan jalur lintas siswa di depannya.
"Iya bagus, Ris"jawab Adrian dengan mata tak lepas dari objek yang ia amati sebelumnya. Terlihat seorang gadis yang tengah diapit kedua temannya berjalan sambil mengobrol sekilas menuju kelas mereka. Gadis kuncir kuda yang selalu memegang tali tasnya saat berjalan.
Tanpa Adrian sadari bahwa Haris sedari tadi mengikuti arah pandangnya. Lalu Haris terbahak menyaksikan raut wajah Adrian yang amat serius dan tingkahnya yang meyerupai the real secret admirer.
"Gila lo ketawa sendiri?" Ujar Adrian menoleh ke samping dan menepuk jidad Haris dengan kasar.
"Lo yang gila karena cinta. Haha" balas Haris balas menepuk bahu sahabatnya itu. Sementara Adrian sendiri diam untuk berfikir apa iya gue jatuh cinta?
"Jaga bicara lo." Ujar Adrian dengan tatapannya menembus Haris. "Lo juga jaga hati lo." dengan tambahan kalimat itu Haris semakin terbahak dan Adrian kembali bungkam untuk berfikir.
Seolah bisa menebak apa yang sedang Adrian lakukan, Haris berkata "Udahlah, nggak usah banyak mikir. Kalo suka ya tembak. Tapi inget Cinta bukan mainan bro". Dan untuk kali ini, Adrian mengangkat lengkungan bibirnya sambil berjalan mendahului Haris menuju kelas mereka.
"Bayang dia yang gak pernah lepas dari otak gue. Kehadiran dia yang gue tunggu tiap hari sampe gue rela berdiri sok rajin di depan mading demi sekedar ngeliat wajah dia. Gini ya tanda-tanda orang jatuh cinta?"
Manik mata Adrian menangkap arah tatapan Deandra ke arah mereka. Dengan ekspresi seperti bingung. Namun manik mata itu dominan menatap sosok yang lain, yang bukan dirinya.
---Deandra POV
"Hari ini lewat koridor depan yok. Sesekali cari pemandangan pagi." Ujar Dira sambil melepas helmnya dan aku yang sedang membenarkan poni di kaca spion motor Dira.
"Boleh. Sekalian deh Ica bilang dia telatan, minta bareng katanya. Tunggu di depan meja piket kali ya?" balasku masih dengan mata yang terfokus di layar hp membalas pesan yang dikirim oleh Ica beberapa detik yang lalu.
*REVIEW*
Aku memang hampir setiap hari nebeng dengan Dira datang ataupun pulang sekolah. Kebetulan rumah kita emang satu arah. Aku sendiri baru menyadarinya ketika 5 hari yang lalu, saat aku mampir ke warung pecel dekat rumah yang biasa di pesan oleh mama. Waktu itu Dira berdua bersama seorang laki-laki yang aku ketahui adalah kakak sulungnya. Lumayan ganteng by the way. Ada brewok-brewok tipis di sekitar rahangnya. Sambil menunggu pesanan, kami banyak mengobrol santai. Tidak. Tidak bersama kakaknya. Demi dewa apapun itu orang cuek cap jempol deh, ga peduli amat sama cewek cantik. Udah lah aku ga peduli juga.By the way lagi Dira ini walaupun aku baru mengenalnya beberapa minggu yang lalu, tapi orangnya lumayan makefriend. Jadi cocok deh. Mungkin untuk 6 bulan kedepan mulai bisa dilihat ya kelakuan ababil yang dia punya haha. Nah karena kami tau kalo rumah kami pada satu arah, awalnya sih si Dira iseng-iseng berbuah manggis jemput aku sekolah ke rumah. Eh sampe sekarang keterusan. Keenakan dong aku jadinya, ongkos gojek lumayan bisa masuk kantong. Kadang akunya ngerasa ga enakan sih, tapi Diranya bilang gapapa. Jadi sering-sering aku traktir aja dia. Lumayan kan uang jajan dia bisa masuk kantong juga.
"Dean Yan, itu Ica tuh."
"Oh iya"
Terlihat Ica sudah turun dari mobil orangtuanya dan melambaikan tangan ke arah kami. Just for your information, Ica salah satu anak yang orang tuanya sangat protektif. Jadi tidak heran jika ia selalu diantar dan dijemput setiap hari. Kadang untuk kerja kelompok pun susah, kita sebagai teman Ica harus pinter berargumentasi dengan orangtuanya, itupun tidak jarang mendapat penolakan. Dan ujung-ujungnya kami mengerjakan tugas kelompok di rumah Ica. Tapi aku suka dengan Mama Ica, Tante Rizka, karena sering membuatkan kami makanan dan minuman yang bisa mengatasi masalah yang ada di perut kami ketika lapar melanda.
"Hai!" Sapa ica ketika raganya mulai mendekat.
"Hai!"
Kami pun berjalan beriringan bertiga menuju ke kelas dan melewati koridor depan. Inilah yang aku hindari setiap pagi, melewati koridor yang penuh dengan siswa lain. Berbeda dengan koridor tengah yang biasa kami lewati. Selain waktu lebih efektif untuk menuju kelas, siswa pun jarang lewat sini, kecuali para siswa yang malas setiap pagi harinya harus membaca jurnal sekolah di mading, ya kami termasuk memang.
Ketika aku melewati jalan koridor, manik mataku menangkap bayang seseorang dengan perawakan casualnya sedang berbincang dengan orang yang baru aku kenal belum lama ini. Dia, ketua OSIS di sekolah ini. Dengan segala reputasi dan prestasi yang dapat menarik perhatianku. Iya. Aku sadar dari dulu aku menyukainya.
Dan sekarang, Haris melihat ke arahku dengan tatapan yang entah menyiratkan apa. Tidak melihatku mungkin, hanya arah aku yakin. Bisa jadi ada orang lain dengan arah yang sama sepertiku. Dan terlihat Adrian disana juga melihat dengan arah yang sama. Seperti aku. Tapi sudahlah tidak mungkin mereka memperhatikanku.
---
Kringg..
Dum.."Hai everibadihhh! Oke gue bawa info buat lo lo pada" teriak Dino selaku ketua kelas setelah mendorong pintu dan membiarkan pintu itu tertutup sendiri dengan kerasnya. Contoh tidak baik. Ck.
"Astaghfirullah" ucap para penghuni kelas yang alim.
"Ehh setan.. Kampret lu" ucap para penghuni kelas bagian sudut belakang.
"Info apa?" Ucap penghuni kelas yang alhamdulillah normal dari yang lain.
"Jadi gini, nih liat selebaran yang gue bawa. Nih nih" ujarnya seraya menyodorkan kertas kedepan semua wajah penghuni kelas yang duduk di depan. Tidak termasuk Deandra tentu saja.
"Bacain aja kenapa Din? Kita yang disini ga keliatan" ujar Deandra dari tempat duduknya yang berada di barisan ke dua.
"Oke. SURAT EDARAN ORGANISASI INTRA SEKOLAH. SMA YAYASAN GARUDA BANDUNG, JAWA BARAT. NOMOR KOSONG KOSONG.."
"Langsung ke inti plis" ujar Ica dari tempat duduknya.
"Rese lo pada. Jadi intinya, OSIS bakal ngerekrut anggots baru. Yang mau daftar langsung ke sekret. Atau tulis nama ke gue dulu. Bay!!"
"nah gitu kan enak"
Tanpa pikir panjang, Deandra segera mendaftarkan dirinya langsung keruang OSIS. Ya salah satu motivasi awalnya: bisa sering sering ketemu Haris. Udah gitu aja.
Tbc.