20 September 2016
14.48 WIB---
Semua itu ada prosesnya.
---"Udah siap kamu dateng ke sekolah baru?" ujar Diana seraya mengoleskan beberapa lembar roti dengan selai kacang di atas meja.
"Orang ganteng, selalu siap dong, Ma!" balas Adrian sambil memegang tali tasnya dan berjalan menuruni tangga.
Wajah bak sinar matahari merekah, ketika melihat sesosok wanita yang hampir 2 bulan tidak bertemu dengannya tengah duduk di meja makan dan membuatkannya sarapan. Pagi ini mungkin menjadi salab satu dari keberuntungan untuk Rian karena ia akan berangkat sekolah setelah bertemu ibu kandungnya.
"Jam berapa sampai rumah, Ma?" tanya Adrian memecah suasana sambil memperhatikan wajah mamanya sangat lekat
"Malem, yan. Mama gak sempet liat jam kemaren, habis capek dari bandara langsung kesini" ujar Diana, yang kini tengah memberikan sebuah piring dengan berisikan 2 lembar roti tawar yang sudah dipoles selai kacang.
Adrian melahap sarapannya dengan cepat mengingat 10 menit lagi, ia harus segera berangkat sekolah. Tidak lucu jika pertama masuk sekolah baru, sudah datang tidak tepat pada waktunya. Bagaimana image nya untuk kedepan nanti?
"Pelan-pelan makannya, nanti mama anter kamu sekolah" kemudian Diana meletakkan secangkir susu coklat hangat di samping piring Adrian.
"Ga usah, Ma. Adrian pergi sendiri aja. Lagian kalo pake mobil kan bisa lebih terlambat lagi." tambah Adrian dengan mengunyah roti yang masih ada di dalam mulutnya, lalu tangannya yang satu bergerak mengangkat cangkir coklat hangat yang ada didekatnya.
---
Adrian Dirgantara
Xi Ipa 3.Penyelusuran Adrian disetiap pintu kelas akhirnya terhenti, ketika ia melihat namanya terletak di paling atas sebuah tabel daftar siswa kelas Xi Ipa 3. Ia berhenti sejenak di depan pintu itu. Lalu membuka knok pintunya.
Adrian melenggang memasuki ruang kelas, sementara teman kelas yang lain memperhatikannya dengan isi otak seperti ini : siapa dia? ; Murid baru ya; Ganteng juga nih anak.
Ketika sepasang mata coklat milik Adrian menangkap seseorang yang sedang duduk dengan tangan diatas meja dan kepalanya tertutupi oleh jaket biru terkulai lemas di atas tangan yang menjadi sandaran. Adrian mengenali siapa dia dan berjalan mendekati orang yang sedari tadi di carinya. Dan ketika ia berada di hadapan bangku yang terletak di barisan ujung kanan nomor tiga, ia menyenggol dengan keras siku tangan manusia yang sedang tidur itu.
"Woy! Apa sih?" Racau orang itu seraya menegakkan tulang belakangnya dan mengelap tipis sesuatu yang mengalir sedikit di sela bibirnya.
"Baru pagi malah tiduran, Gi" ujar Adrian enteng, kemudian melepas tali tasnya dan duduk di sebelah Gio
"Eh.. Rian. Woy anak baru oy!" teriak Gio yang langsung berdiri dari bangkunya dan meyibakkan tangannya ke udara. Hampir seluruh penghuni kelas yang awalnya sibuk dengan urusan masing-masing, berganti haluan fokus kearah Adrian. Terutama beberapa kelompok perempuan yang melihatnya sambil berbisik-bisik.