2 November 2016
21.01 WIBAku rindu akan hadir Hujanku. Akankah diri kembali dalam wujud nyatamu atau hanya semu pandangku.
-Deandra AnindytaBulir-bulir air di peraduan awan sepersekian detik sudah mulai mereda. Hembusan hawa dingin menyusup melalui celah jendela. Bau khas hujan masih berpadu dengan tanah. Sang mentari kembali memunculkan diri dari persembunyiannya dibalik awan kelabu. Inilah suasana yang sudah lama Deandra nantikan kehadirannya. Beberapa bulan ini sang hujan jarang sekali mampir ke bumi jikapun hanya sekadar untuk menghibur perasaaan Deandra.
Ditemani oleh secangkir coklat panas dan dua buah cheescake , Deandra menempati salah satu meja berlabelkan angka 15 di sebuah cafe klasik kawasan pusat pembelajaan thamrin. Fokusnya hanya tertuju pada jalanan dibawah yang basah. Sesekali tetesan air dari daun pohon jatuh. Untuk kesekian kali hatinya merasakan tenang atas kuasa tuhan yang satu ini.Menyibukkan diri untuk kembali menikmati kebiasaan lama membuatnya tak sadar bahwa sedari tadi ada seseorang yang berdiri di belakang kursinya dan menepuk pelan bahu Deandra.
"Boleh gue duduk disini?" ujar Adrian yang kemudian memutuskan untuk menghalau fokus Deandra agar berpindah ke arahnya.
"Hai! Sejak kapan disini?" sapa Deandra menampakkan ekspresi terkejutnya atas kehadiran Adrian
"Jawab dulu pertanyaan gue tadi, baru lo bisa tanya gue balik" ujar Adrian dengan wajah dinginnya dan masih tetap berdiri di samping kursi seberang Deandra.
Sementara Deandra sendiri hanya dapat merespon pernyataan Adrian dengan wajah bloon. Di otaknya sekarang hanya ada kalimat seperti ini : "sumpah ini cowok emang udah rese dari zaman megalitikum. Apa susah coba tinggal duduk. Tapi salah gue juga sih ga jawab pertanyaanya. Au ah lap@!£@%"
"Kalo gak yang tinggal bilang. Gue bisa duduk di lantai." ulang Adrian sekali lagi
"Ngapain juga lo dilantai, tempat duduk lain juga ada" sahut Deandra tak kalah sinisnya.
Kalimat terlintas di benak Adrian "cewek emang moodyan banget. Kemarin aja baik banget ke gue. Sekarang astaga"
"Kalau boleh bisa anda putarkan badan sedikit dan lihat sekeliling anda. Apakah ada letak kursi yang kosong selain disini?" tanya Adrian dengan formal serta berusaha menampilkan senyum karismatiknya.
Gila gila ganteng astaga. Sadar pesona kali, Yan.
Deandra berbalik, kemudian iris matanya sama sekali tidak menangkap pantulan cahaya barang kali satu saja kursi yang kosong.
"Emm.. Iya oke, silakan duduk kanjeng dimas" ujar Deandra mengikuti gaya sopan Adrian.
"Pala lu peang, ndoro ratu" balas Adrian tidak terima di panggil dengan sebutan Kanjeng Dimas.
"Emak gue ngelahirin susah, lo pake bilang kepala gue peang dari point yang mana?!" sahut Deandra dengan darah yang entah mengapa mengalir dengan cepat kearah ubun-ubun.