Prolog

350K 15.3K 229
                                    

Paris terkenal sebagai kota yang romantis tapi tidak bagi seorang gadis yang sedang berlarian kesana kemari mencari makanan khas indonesia di tengah ramainya suasana malam di kota Paris. Umpatan-umpatan kesal keluar dari mulutnya, bagaimana tidak baru dua jam lalu dia dan rombongannya mendarat di Prancis tapi sekarang dia harus berlarian mencari restoran padang di tengah kota paris hah ini gila benar-benar gila.

Tour guide yah dia bekerja sebagai tour guide di salah satu agen tour terkenal di ibukota di negara tercinta Indonesia. Bolak balik luar negeri itu sudah biasa keliling eropa yah sering tapi  beginilah nasibnya jika salah satu rombongan meminta yang aneh-aneh dia harus mau mencarikannya untuk mereka. maklumlah dia hanya salah satu staff dan bukan ketua dari rombongan perjalanan ini. Liburan di luar negeri terkadang tak bisa dia nikmati karena sibuk mengurusi keamanan dan kenyamanan rombongan yang di bawa oleh agen travelnya.

Saat asyik berlari tak sengaja dia menabrak seseorang,
        "Sorry..." ucap Anaya sambil berlalu.
         Orang yang ditabrak Anaya tidak bereaksi apapun dan berlalu setelah menekan pergelangan tangan Anaya sekilas. Anaya tak memperdulikan pria asing itu karena dia sangat terburu-buru, 20 menit yah 20 menit waktu yang diberikan mbak Vera buat Anaya membeli dua porsi nasi padang untuk Pak Beni dan Bu Beni yang gak mau makan-makanan yang disediakan hotel.

Anaya terus berlari menuju restoran padang yang sudah sangat dia kenal di Paris. Sepergianya Anaya laki-laki jangkung yang tadi bertubrukan dengan Anaya tersenyum licik lalu mengeluarkan ponsel pintarnya.
         " Target sudah terpasang" ucapnya pada lawan bicaranya sambil tersenyum licik.

Setelah 5 menit berlari akhirnya Anaya sampai ke restoran padang itu dan memesan pesanannya. Sang pemilik resto yang memang sudah sering Anaya datangi saat membawa rombongan ke Paris hanya tersenyum melihat Anaya yang berpenampilan begitu lecek datang ke restonya.
  " An... Gak sempet mandi yah?" tanyanya.
  " Kok uda tahu? keliatan banget yah kalau aku belum mandi?" tanyanya polos.
Uda pemilik restoran hanya mengangguk perihatin melihat gadis secantik Anaya yang berpakain lecek seperti pakaian belum disetrika, rambut awur-awuran dari ikatannya dan wajah polos tanpa make upnya yang di hiasi mata panda di kedua kantung matanya.
" Rapihin diri dulu gih An, kamu udah persis tunawisma di Paris tau gak An" ucap Unni Aci pemilik resto.
  Anaya pamit numpang kekamar kecil dan melotot kaget melihat bayangannya di cermin. Apa yang diucapkan Unni Aci emang bener banget, Anaya terlihat tak ubahnya gelandangan sekarang. Anaya membasuh mukanya, merapikan tatanan rambut panjangnya dan merapatkan jaket yang dia kenakan untuk menutupi baju tidur yang dia kenakan.

Yah memang sejak keberangkatan pagi kemarin dia gak sempet mandi dan ganti baju apalagi dandan, bangun jam 5 sholat subuh dan langsung ke bandara buat nyiapin keperluan
rombongan alhasil Kanaya Amanda Chaerunnisa hanya pergi ke Paris dengan stelan training, jaket kedodoran dan sendal jepit di tambah lagi selama perjalanan dia harus nemenin anak-anak yang terus ngoceh hingga dia gak bisa tidur.
Anya terlihat sedikit fress setelah cuci muka, setelah membayar pesanan dan basa basi sedikit Anaya langsung pamit untuk kembali ke hotel. Kali ini Anaya tidak berlari hanya jalan cepat karena dia masih punya waktu sekitar 8 menit dari waktu yang di berikan mbak Vera. Di sepanjang jalan dia bisa melihat keindahan kota Paris dan keromantisan pasangan yang bergandengan di jalanan kota Paris.

Sampai di hotel Anaya langsung memberikan pesanan makanan itu pada mbak Vera karena mbak Vera bilang dia yang akan menyajikannya untuk keluarga Beni, keluarga yang katanya sangat kaya di bukit tinggi tapi lidahnya cuma bisa makan masakan local. Anaya tidak terlalu peduli dan pamit untuk istirahat sebelum besok mulai beraktifitas.

" An... tangan kamu kenapa?" tanya Hilda salah satu staff yang di kirim perusahaan bersama Anaya.
Anaya memandang bingung kearah tangan yang di tunjuk Hilda, memang pergelangan tangannya terasa sedikit perih saat dia mandi barusan dan sekarang tangan itu jadi memerah tapi Anaya gak inget kenapa tangannya bisa jadi begini.

" Gak tahu Hil, digigit semut kali" jawab Anaya ngasal.
" Wow semut Paris ganas yah sampe merah gitu setelah di gigit" ucap Hilda polos.

Anaya memutar bola matanya tak peduli karena yang sangat dia butuhkan saat ini adalah tidur yah tidur. Anaya naek ke kasur dan langsung menutup mata untuk tidur. Anaya sedikit meringgis ketika tangan kanannya terasa disengat-sengat tapi rasa sakit sengatan itu tetap saja tidak membuat tubuh Anaya terganggu dari tidut nyenyaknya.

The Crown Prince (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang