Bab 31

149K 10K 175
                                    

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Anaya sewot.

"Kau pikir aku wanita pemabuk yang bangun dimana saja? Aku ini wanita muslim, baik-baik pula, aku tahu dosa, jadi aku tidak mungkin mau tidur berbagi tempat tidur dengan pria asing."

"Bukan begitu Kanaya, aku hanya berpikir itu alasan paling masuk akal kenapa kau mengandung benihku."

"Atau jangan-jangan kamu kayak CEO-CEO di novel yang suka begituan yah? Ya Allah berapa saudaranya baby Al di luar sana kalau begitu?" tuduh Anaya.

"Ya Allah Kanaya, aku juga muslim sama sepertimu, dan aku juga tahu berbuat begituan itu dosa. Yang membuatku bingung bagaimana bisa kita memiliki anak tanpa berbuat begituan?"

Anaya mengangkat bahu tidak tahu, sedangkan Serkan berpikur dengan keras.

"Siapa yang merawatmu saat hamil?" tanya Serkan akhirnya.

"Yaziz dan Charisa"

"Memang kakakmu dokter kandungan?" tanya Serkan tidak yakin.

"Bukan Yaziz yang dokter kandungan tapi Chrisa. Merek berdua yang merawat dan menyembunyikan aku selama aku hamil." jawab Anaya.

"Kita harus menemui Charisa dan membicarakan hal ini." putus Serkan.

"Charisa juga tidak tahu penyebab aku hamil, jadi percuma. Lagipula kau tidak ingat minggu depan itu acara ulangtahun Raja sekaligus pertunangan Murat dan Suzan. Ditambah lagi karena peristiwa racun itu kita udah kayak tahanan di sini." jelas Anaya bete.

"Kau benar, kita sulit untuk keluar dari sini." ucap Serkan membenarkan.

"Padahal aku ingin pulang." ucap Anaya murung.

"Pulang? Apa maksudmu dengan pulang?"

"Aku ingin pulang, menemui orangtuaku, sudah lama sekali aku tidak menemui mereka dan cukup hanya video call saja dengan mereka itupun jarang karena kesibukanku disini." ucap Anaya lesu.

Serkan terdiam memandangi Anaya, dia mengumpat pada dirinya sendiri karena melupakan hal penting jika Anaya masih memiliki keluarga di luar sana. Sudah 8 bulan dia membawa Anaya pergi dari orangtuanya pastinya Anaya sangat merindukan orangtuanya. Serkan lupa jika orangtua Anaya tidak seperti orangtuanya yang tidak pernah merindukan anaknya meski berpisah bertahun-tahun karena sibuk mengurusi tahta yang sangat mereka jaga dan agungkan itu.

"Bersabarlah, jika keadaan sudah memungkinkan aku akan membawamu mengunjugi orangtuamu." ucap Serkan.

"Benarkah?" tanya Anaya antusias.

"Tentu saja, jika keadaan istana sudah tenang aku akan membawamu ke rumah orangtuamu, tapi hanya untuk berlibur bukan pulang karena sekarang rumahmu disini. Kamu adalah putri mahkota negeri ini dan istriku, jadi Lovenia lah rumahmu sekarang."

Anaya tersenyum mendengar ucapan Serkan, entahlah mendengar ucapan Serkan membuat dia merasa di akui. Pernikahannya dengan Serkan mungkin adalah pernikahan yang paling enggak banget tapi mendengar Serkan mengatakan negeri ini sebagai rumahnya membuat hati Anaya menghangat. Refleks Anaya memeluk Serkan untuk menyalurkan rasa bahagia di hatinya.

"Terima kasih, aku tunggu janjimu." ucap Anaya dalam pelukan Serkan.

Serkan mengusap-usap punggung Anaya dengan sayang. Anaya melepaskan pelukannya, tapi Serkan menahan pinggang Anaya agar tidak menjauh darinya. Perlahan namun pasti Serkan mendekatkan wajahnya ke wajah Anaya dan mencium bibir Anaya lembut.

Serkan tidak tahu perasaan apa yang dia miliki untuk wanita yang berstatus istrinya ini. Wanita yang tiba-tiba saja datang ke hidupnya bersama bayi kecil yang memiliki DNA sama dengannya. Wanita yang jauh dari tipe wanita yang dicintainya tapi sanggup membuat Serkan merasakan rasa takut kehilangan dan rasa ingin memilki yang begitu besar. Sejujurnya Serkan ingin memiliki Anaya sebagai istri seutunya, tapi dia terlalu takut. Dia takut jika perasaannya pada Anaya hanya perasaan sesaat, dia takut menyakiti wanita yang menjadi ibu anaknya ini, jika suatu hari hatinya kembali berubah.

The Crown Prince (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang