Bab 3

165K 11K 134
                                    

Seorang pria mengumpat kasar dengan bahasa Spanish membuat pria yang ada di hadapannya menunduk takut. Keindahan menara eiffel yang terlihat jelas dari kaca jendela yang ada dihadapan sang pria tidak bisa mengalihkan si pria itu dari rasa kesalnya. Pria itu terus mencak-mencak dengan umpatan kasar yang terus mengalir deras dari bibirnya. Pria itu mengacak-acak rambut hitam legamnya frustasi, terlihat jelas sorot kemarahan dari mata hitam legamnya yang tajam seperti elang.

"Hanya satu benih yang berhasil dan dia berada di tempat yang sangat jauh? Aku membayarmu mahal-mahal dan hanya ini hasil kerjamu" teriak si pria itu.

Pria berwajah bule yang sedari tadi menunduk hanya bisa minta maaf, terlihat jelas pria bule itu sedang menahan amarah dari tangannya yang mengepal erat dikedua sisinya.

"Triste, príncipe, pesawat yang akan membawa anda pulang sudah siap" ucap seorang pria dari balik pintu.

Si pria hanya mengeram kesal dan kembali menatap nyalang pada pria bule yang ada dihadapannya.

"Pastikan benih itu tumbuh dengan baik, awasi terus aku tak mau tahu semuanya harus berhasil" ucapnya sinis sambil berlalu.

******

Hamparan bunga di penghujung musim semi begitu indah menghiasi jalan kota di Lovenia, sebuah negara kepulauan kecil di selatan eropa. Deretan bunga tulip memanjakan setiap pandangan mata. Seorang pria menatap takjub dari balik jendela mobil mewahnya, 4 tahun sudah dia meninggalkan negerinya, tak banyak yang berubah dari tempat ini hanya ada beberapa bangunan baru di sepanjang jalan. 4 tahun yah bukan waktu sebentar tapi saat kembali semua kecambuk dihatinyapun ikut kembali. Dia terlarut dengan lamunannya hingga mobil yang dia tumpangi membawanya masuk ke kawasan istana penguasa negeri ini.

Semua menyambut hormat kedatangannya, dia hanya tersenyum sekilas pada para pelayan yang membungkuk dihadapannya.

Dengan pakaian resmi, dia berjalan diapit dua bawahannya penuh percaya diri, wajah tampannya tak pelak membuat para pelayan tersipu. Dia berjalan memasuki istana tempat dia tinggal dan dibesarkan dengan gagah tapi meskipun begitu sebenarnya hatinya belum sanggup untuk kembali bertemu dengan orang-orang yang menorehkan rasa sakit sekaligus orang-orang yang amat dia rindukan.

"El noble..." sapa pria itu sambil menunduk kearah pria paruh baya yang duduk di singasana raja diapit dua wanita cantik di kanan kirinya.

"Bienvenido al palacio, príncipe" (selamat datang di istana, pangeran)"sapa sang raja.

Pria itu tersenyum bukan jenis senyuman bahagia tapi hanya senyuman tanda kesopanan. Pria itu mendekat kearah wanita disamping raja yang sudah berkaca-kaca menatapnya.

"I miss you so much my beloved son" ucap wanita itu sambil memeluk erat putranya.

Pria itu balas memeluk erat ibunya yang merupakan ratu negeri ini. Setitik rasa penyesalan menguar dihatinya melihat sang ibu yang menangis, yah dia pergi meninggalkan wanita yang begitu mencintainya hanya karena keegoisannya semata padahal dia tahu bagaimana hidup ibunya di istana ini meskipun dialah ratunya.

Setelah puas kangen-kangenan dengan ibunya, dia melirik sekilas wanita di samping kiri sang raja, wanita cantik itu juga ikut melirik kearahnya tapi buru-buru mengalihkan pandangannya.

'Cantik...kau masih tetap cantik' ucap pria itu dalam hati.

Pria itu mengalihkan pandangannya, terlihat senyum miris tercetak jelas di wajahnya.

The Crown Prince (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang