Bab 7

136K 9.7K 62
                                    

Gelisah itulah yang Anaya rasakan saat ini, tengah malam sendirian di aparteman dengan perut buncitnya yang sudah menginjak 9 bulan. Charisa memang menjelaskan jika perasaan gelisah itu memang kadang menghampiri calon ibu mendekati persalinan karena was-was akan proses yang dilewati.

Tapi sebenarnya bukan itu yang membuat Anaya gelisah, dia akan melahirkan dengan cesar tapi masalahanya akan di kemanakan bayinya setelah dia lahir. Pertanyaan tentang masa depan anak ini setelah dia lahir terus berputar di kepalanya sejak 2 bulan lalu. Selama 9 bulan jabang bayinya tumbuh dirahimnya, tidak dapat dipungkiri rasa sayang tumbuh di hati Anaya untuk calon bayi yang awalnya dia anggap makhluk asing yang nyangkut di perutnya. Ikatan antara ibu dan anak tercipta begitu saja diantara mereka membuat Anaya takut akan kehilangan bayinya.

Cepet pulang yah Kanaya sayang mamah sama Abi kangen pengen ketemu sama putri mamah satu-satunya.

Kata-kata yang diucapkan beberapa waktu lalu terngiang dikepalanya. Disatu sisi Anaya sangat merindukan keluarganya disisi lain Anaya juga mencintai bayinya.

Yaziz bilang dia akan menitipkan bayinya Anaya ke panti asuhan dan mereka bisa membawa bayi itu kembali sebagai anak adopsi setelah berbicara dengan keluarganya tapi sanggupkah Anaya melakukan hal itu pada bayinya. Anaya menarik nafas berat dengan segara pikirian yang terus berkecambuk di kepalanya padahal Charisa menyuruhnya untuk rileks hingga waktu melahirkan datang.

Anaya beranjak dari tempat tidurnya menuju tumpukan pakaian dan segala perlengkapan bayi yang dia belinya dari situs online. Dari mulai pakaian hingga box bayi dia sudah kumpulkan untuk calon bayinya tapi akankah bayinya sempat mengenakan semua pakaian ini mengingat janjinya pada keluarganya yang akan kembali bulan depan.

Tanpa terasa air mata kembali membasahi matanya, entah kenapa sejak dia mengandung Anaya berubah jadi melow sedikit-sedikit nangis.

"Apa yang harus mommy lakukan untukmu nak?" Tanya Anaya pada perut besarnya.

***********


Anaya sudah di pakaikan baju untuk operasi, sejak tadi Yaziz satu-satunya keluarga Anaya saat ini sudah bulak balik resah.

"Nyantai aja kali bang yang di belekkan gue kenapa elo yang rubut sih?" Tanya Anaya berusaha tenang padahal jantungnya udah deg-degan setengah mati kalau nginget perutnya mau dibelek bentar lagi.

Yang dibelek itu perut bukan maen-maen men, apalagi kalau inget bakalan ada luka sayatan di perutnya huh Anaya makin frustasi. Badannya yang gak bagus-bagus amat ini bakalan punya bekas luka huh mana masih jomblo lagi makin frustasi kan jadinya tapi yah mau gimana lagi masa iya nih bayi di biarin tetep di dalem perut.

"Ya loe harus kuat yah jangan sampai loe kenapa-kenapa, kalau loe kenapa-kenapa bisa abis gue sama abi kan abi tahunya loe disuruh gue ke jepang" ucap Yaziz khawatir.

Anaya mendelik kearah Yaziz, oh ternyata yang dikhawatirkan si abang tambun satu itu nasibnya di tangan Abi kalau terjadi sesuatu pada Anaya.

"Tenang aja bang, keberhasilan oprasi cesar sangat besar meskipun baru kali ini ngoperasi cesar pada seorang perawan tapi aku optimis semua akan lancar" ucap Charisa meyakinkan Yaziz.

Yaziz menatap kearah Charisa yang sudah siap juga dengan pakain operasinya sejenak mereka saling menatap menyalurkan rasa gundah dihati mereka ditambah letupan-letupan rasa cinta yang tersalur dari mata mereka.

"Ehm... kalau terus saling tatap gitu keburu berojol nih anak gue" ucap Anaya menghancurkan monent romantis dua anak manusia yang sedang terkena virus bunga cinta.

Charisa tersadar dan menyuruh para suster yang dari tadi menyaksikan aksi saling tatap menatapnya mendorong ranjang Anaya ke ruang operasi.

Operasi berlangsung kurang lebih 30 menit, setelah bayi berhasil dikeluarkan terjadi letupan kecil di tangan si bayi yang nwngakibatkan semua lampu padam. Kepanikan luar biasa terjadi diruang operasi tapi beruntung lampu segera menyala hingga kepanikan bisa segera teratasi.

Seorang bayi laki-laki dengan panjang 49 cm dan berat 3,5 kg terlahir hari itu. Yaziz menatap bayi bule yang diserahkan oleh suster ke pangkuannya untuk di adzani. Dengan tangan bergetar Yaziz menerima bayi mungil itu dan mengadzaninya. Terselip rasa penasaran ketika melihat wajah bayi itu yang sangat asing di matanya.

"Sebenarnya kamu milik siapa nak?" Tanya Yaziz pada bayi kecil yang menggeliat di pangkuannya.

Setelah kondisi Anaya stabil barulah bayinya diberikan pada Anaya untuk di berikan asi pertamanya. Anaya menyambut bayi kecil yang di berikan suster kepadanya. Setetes air mata lolos dari matanya ketika melihat bayi kecilnya membuka mata untuk pertama kalinya, iris mata biru bayi kecil itu membuat Anaya langsung jatuh cinta pada bayi bulenya.

Anaya tak henti-hentinya menatap bayi mungilnya yang terlelap setelah meminum asinya. Anaya menyentuh tangan kanan bayinya dan terlihat noda hitam di kulit putih bayinya.

"Kenapa dengan tangan kanannya dok?" Tanya Anaya pada Charisa yang kebetulan ada diruangannya.

"Aku tak tahu, terjadi insiden kecil setelah bayimu lahir tapi aku juga tidak tahu kenapa terjadi hal itu."

"Apa yang terjadi?"

"Entahlah tangan kanan bayimu langsung mengeluarkan letupan ketika lahir dan untuk 60 detik selanjutnya lampu mati. Aku tak tahu apa yang terjadi karena ini baru terjadi pertama kalinya"

"Apa dia tidak apa-apa?" Tanya Anaya khawatir.

"Untuk saat ini dia baik-baik saja tapi untuk pencegahan kami akan melakukan observasi lebih lanjut pada bayimu mengingat dia terlahir dari kondisi yang spesial." Jelas Charisa.

Anaya hanya mengangguk mendengar penjelasa Charisa dengan tatapan mata yang tidak teralih sedikitpun dari wajah bayi kecilnya.

Ada perasaan bahagia sekaligus tak percaya melihat bayi di hadapannya. Rasanya baru kemarin Anaya pusing setengah mati saat tahu ada makhluk lain yang tumbuha didalam perutnya dan sekarang dia bisa melihat dengan jelas makhluk itu ada di hadapannya sekarang.

Sebenarnya darimana kamu berasal sayang?

"Apa yang akan kita lakukan padanya, Ya?" Tanya Yaziz membuat Anaya beralih melihat ke arahnya.

"Gak tahu bang, Aya sayang sama bayi ini" ucap Anaya sendu.

Yaziz menarik nafas berat, dia sudah menduga Anaya pasti menyayangi bayinya, dia tahu adiknya itu meskipun dandanannya gak beres tapi dia memiliki jiwa penyayang yang besar. Dia juga tidak dapat memungkiri bayi itu memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membuat siapapun jatuh cinta hanya karena melihatnya.

"Bang, bisakah abang bantu lagi Aya? Please bang jangan pisahan Aya sama bayi Aya, biarin Aya ngebesrin dia sebagai anak Aya " pinta Anaya dengan wajah berkaca-kaca.

Yaziz menatap adiknya yang berkaca-kaca, sudah lama sekali Anaya tidak pernah berbicara dengan memanggil namanya sendiri seperti itu. Yaziz kembali menarik nafas berat, dia ingin memenuhi keinginan Anaya tapi apa yang harus dia katakan pada orangtuanya dengan keadaan ini? Abi pasti langsung jantungan kalau tahu anak gadisnya punya anak diluar nikah dan gak tahu siapa bapaknya. Dia juga pasti kena imbas karena dialah yang memberikan pekerjaan pada Anaya ditambah lagi dia juga yang menyembunyikan Anaya dari keluarganya.

Oh my god kepala Yaziz rasanya mau pecah memikirkan semua ini, seandainya yah seandainya bayi itu punya ayah tentu kejadiannya tak akan serumit ini. Yah seandainya saja dia tahu siapa sebenarnya penanam benih bayi itu mungkin akan lebih mudah menyelesaikan perkara ini.

The Crown Prince (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang