one

111 10 5
                                    

   Seorang cewek berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya dengan kebiasaannya membaca novel sambil tangan sebelahnya dimasukkan ke dalam saku roknya.

     "Ana!" panggil Misya yang membuat orang yang di panggil menoleh. "Apa benar Ian kuliah ke Amric?
      "Yes... Knapa?
      "Gak ada, gue kira loe juga ikut... Secara loekan kembarannya."
     "Loe nyuruh gue pergi?" Candaku pada Misya.
     "Sebenarnya ia tapi..." ujar Misya mengedipkan matanya pada Fazha.
      "Gue setuju pendapat loe sya... Kenapa Ana gak pergi aja... Gue bosan lihat mukanya... "Canda Fazha dan Misya
      "No problem," kataku pergi meninggalkan mereka berdua karna bel masuk berbunyi...

    Suasana belajar kelas XI IPA 1 sedikit terganggu saat pintu kelas terbuka dari luar. Pak Imran muncul bersama seorang remaja laki-laki berambut agak pendek, berkulit agak putih, dan bertubuh tinggi. Kehadiran mereka berdua sontak menarik perhatian seluruh penghuni kelas, menghentikan sejenak ocehan bahasa Inggrisnya Bu Rina.
    Pandangan semua murid, terutama dari kaum hawa tertuju pada sosok di samping Pak Imran, yang sangat menarik, innocent, tapi masih menampakkan aura macho.
      "Selamat pagi, anak-anak. Bu... maaf mengganggu sebentar," kata Pak Imran seperti biasa.
   "Silahkan, Pak," jawab Bu Rina.
  Pak Imran dan cowok itu berdiri di tengah kelas.
    "Anak-anak, hari ini kita mendapat murid baru. Dia pindahan dari Bandung, dan mulai hari ini akan menjadi bagian dari sekolah kita," kata Pak Imran. "Silahkan kamu memperkenalkan diri," ujar Pak Imran pada si cowok.
    "Baik, Pak. "
  Si cowok lalu maju selangkah. "Nama saya Revan Al- Gazali, atau bisa di panggil Revan. Saya pindahan dari SMA Garuda Bandung.
    "Ooo... namanya Revan...  keren juga, " celetuk Brayen yang berada di barisan belakang. "Tapi sayang... tampangnya masih kerenan kita-kita, apalagi kalau ada Ian, "sambung Roy yang di susul oleh derai tawa anak laki-laki lainnya.
     "Dasar cowok-cowok pada somplak semua... "gerutu Fazha.

  Aku hanya tersenyum, nama Ian di sebutkan sambil melirik ke arah Revan yang juga melirikku, mata kami bertemu, dia tersenyum ke arahku. " ganteng jir... "batinku memalingkan pandangan.
     "Ya sudah, kamu bisa duduk sekarang, "kata Pak Imran.
   "Duduk di mana, Pak? "tanya Revan.
  Pandangan Pak Imran berkeliling ke seluruh penjuru kelas, tapi tidak bisa menemukan satu pun kursi yang kosong. Memang, tumben hari ini seluruh penghuni kelas XI IPA 1 masuk.
    Semua kursi terisi, kecuali...
    "Kamu duduk di sana, untuk sementara, "kata Pak Imran sambil menunjuk ke bangku kosong di sebelahku.
     Ucapan Pak Imran diikuti kor bernada kekecewaan dari sebagian murid perempuan yang tadinya berharap Revan bakal duduk di sebelahnya.

***

     Aku terbangun dari tidurku, jam masih menunjukkan dua Dini hari, "kenapa aku bisa bermimpi itu, padahal sudah 5 tahun yang lalu? Setelah sekian lama aku berusaha untuk melupakannya dan sekarang kembali lagi dalam ingatanku! " batinku yang kembali berusaha tidur kembali.

HurtedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang