four

39 4 2
                                    

     Pagi yang cerah, sama seperti hatiku yang lagi semangat untuk menambah ilmu di sekolah. Handphoneku berdering, panggilan masuk, aku langsung mengangkatnya.

     "Pagi fa! Ada apa pagi-pagi nelpon? tanyaku dengan semangat.

     Difa diam sejenak, sebelum menjawab pertanyaanku. "Maaf Na, gue terpaksa harus bilang sama loe kalau gue... Difa diam sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya.
     Aku hanya bisa diam mendengarkan kelanjutannya.

     "Bokap gue pindah kerja, jadi kami sekeluarga juga ikut pindah        ke sana, termasuk sekolah gue. Maaf Na kalau ini mendadak karna baru tadi gue dapat informasinya. Gue harap persahabatan kita tetap berjalan, meskipun gue tak bersama kalian lagi. Udah dulu Na, gue mau take off." kata Difa sambil menutup telponnya.

    Aku lupa menanyakan Difa pindah kemana, didalam mobil yang mengantarku ke sekolah, aku hanya bisa diam, bermain di dalam pikiranku sendiri.
   "Kemana Ana yang selalu ceria, yang selalu semangat menambah ilmu? batinku berbicara.

    Aku berjalan di koridor sekolah menuju kelasku tanpa menghiraukan sapaan orang lain kepadaku, di saat guru menerangkan, aku selalu di tegur untuk mendengarkan penjelasannya, semua orang aku cuekkan. Aku melihat sekilas Fazha kelihatan seperti biasa, tak sepertiku.
    "Gak gue banget... batinku lagi.

   
     Aku mulai menerima kenyataan kalau Difa sudah pergi, aku bertukaran tempat duduk dengan alasan untuk menenangkan diri padahal dengan tujuan tertentu.

     Aku mendengar kabar dari temanku Mifi bahwa Fazha dan Revan pacaran, awalnya aku acuh tak acuh karna aku tau itu akan terjadi.
   "Kenapa aku harus sedih? Seharusnya aku bahagia melihat sahabatku bahagia, tapi kenapa dengan hati  ini ?"

     Aku jalan-jalan ke taman, ingin menghirup udara sore sendirian.
     Ingatanku berputar pada kenangan yang pernah terjadi di taman ini, tanpaku sadari air mataku jatuh.
     Aku berusaha untuk menepis kenangan itu.

     "Papa..... Mama..... Ian....Anakesepian, Ana butuh kalian saat . ini. Kenapa kalian tak pernah pulang.... Ana kangen kalian... " teriakku...

     Aku terbangun dari mimpi burukku itu. "Ternyata cuma mimpi... " batinku melihat bahwa sekarang aku berada di sofa  apertement Ian.
     Handphoneku berbunyi, ternyata hanya sms masuk dari mama.
     "Ana, syng d mna? Mkn mlm brng tman Ian, yuk!!!
     "Ana d ruang tngah ma, maaf ma, ana gk bsa ikut, ana udh knyang ma, tdi mkn d luar ma". balasku

     Pagi-pagi, semua orang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. "Astaga, kenapa gue bisa ketiduran di sini?". aku mengingat kejadian tadi malam.
     Aku bergegas ke ruang Ian untuk mandi.

     "Tidur di mana Na?

     "Di sofa ruang tengah Ian". jawabku buru-buru untuk mandi

     "Di tunggu setengah jam di bawah, lewat sedikit tinggal." katanya sebelum keluar dari kamarnya.

     "Iya Ian

   Begitulah waktu, kalau lewat sedikit aja, habislah sudah. So gunakan waktumu dengan sebaik-baiknya

     Dengan secepat kilat aku mandi dan berdandan ala kadarnya. Aku sampai di bawah pas tepat setengah jam, gak lewat dan gak kurang.

     "Begini ni yang Ian suka, tepat waktu, yuk berangkat." ujar Ian yang melihat kedatanganku.

     Kami pergi ke kampus Ian dengan mobil Ian.
     "Udah terbiasa ya Na? Setengah jam siap-siap, biasanyakan cewek itu dandannya lama." ejek Ian di perjalanan. "Gimana rasanya?"

     "Ya begitulah..." jawabku ketus sambil mencari handphoneku. "Astaga, handphoneku ketinggalan." gumamku yang kedengaran oleh Ian di sampingku

     "Lain kali, jangan begitu. Ni..." ujar Ian sambil mengembalikan handphoneku

    "Thanks "

***
  Maaf bagi yang menunggu kelanjutan ceritanya Hurted baru updatenya sekarang karna lagi sibuk dengan UTS wkw...
    

HurtedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang