Akhirnya wattpad udah ngga error lagi. Selamat membaca ya, sempatkan untuk vote dan comment. Terimakasih:)
•••••
Jika ditanya apakah Arka bisa bangun pagi, maka dengan senang hati cowok itu akan menjawab 'tidak'. Ia dan Alena tidak ada bedanya, sama-sama selalu bangun kesiangan dan akhirnya telat sampai ke sekolah. Lihat saja, dua puluh menit menjelang bel masuk kelas, Arka masih sibuk memakai baju seragam putih abu-abunya, tidak lupa pula dengan jaket jeans berwarna biru gelap yang selalu ia pakai. Eits, tapi bukan berarti Arka cuma punya jaket itu ya.
Begitu selesai, Arka langsung mengambil tas dari atas meja belajar yang tidak pernah dipakainya untuk belajar. Setelah itu, kedua kakinya langsung ia langkahkan ke lantai bawah dan menghampiri Alena yang sedang sibuk memakai sepatu Converse berwarna putih miliknya.
"Kita naik motor aja ya biar cepet sampe." Arka langsung buru-buru melangkah ke arah garasi, tempat di mana mobil dan motornya berada.
"Gak mau ah." Alena masih sempat untuk protes, walau di tengah kesibukannya memakai sepatu. "Kan lo tau kalau gue gak suka naik motor."
"Kita gak ada waktu, Len, udah tinggal lima belas menit nih." Tanpa memerdulikan protesan Alena, Arka langsung mengeluarkan motor CBR hitam miliknya dari dalam garasi sambil buru-buru menyalakan mesinnya agar panas terlebih dahulu.
Alena sebenarnya masih ingin protes, tapi dalam keadaan genting seperti ini, sudah bisa dipastikan Arka tidak akan mendengarkannya. Walaupun dengan mengendarai motor dapat mempercepat mereka sampai di sekolah, tetap saja Alena tidak suka. Soalnya, beberapa bulan yang lalu, ia pernah jatuh dari motor bersama Adel–salah satu teman dekatnya–yang kebetulan menabrak trotoar di ujung jalan komplek perumahannya.
Untung saja, tidak sampai lima menit setelah Alena mengabari hal itu kepada Arka, cowok itu langsung datang menolongnya dan juga Adel. Tapi, hasil yang didapatkan setelah jatuh dari motor adalah kakinya yang luka. Sebenarnya hanya luka kecil sih, tapi menurut Alena sudah cukup membuat kemulusan kaki jenjangnya jadi terlihat jelek. Alena tidak suka itu deh pokoknya.
"Len, ayo dong, udah telat parah nih kita," tegur Arka kencang.
Alena masih agak berat hati menghampiri Arka yang terlihat sudah sangat siap untuk berangkat sekolah menggunakan motornya. Tapi, setelah dipikir-pikir, Arka tidak akan mungkin mencelakai keselamatan mereka berdua. Jadi, setelah memantapkan diri, Alena akhirnya melangkah mendekati Arka dan naik ke atas jok penumpang motor cowok itu.
"Peluk gue yang erat ya, gue mau ngebut nih." Alena langsung menuruti titah Arka dan memeluk pinggang cowok itu dengan erat. Hal yang sudah sangat amat biasa ia lakukan. "Udah siap belum?" tanya Arka, sebelum ia benar-benar menjalankan motornya ke sekolah.
Alena mengangguk yakin. "Siap."
Saat itu juga, motor yang dikendarai oleh Arka langsung melaju dengan kencang. Membelah padatnya lalu lintas kota Jakarta di pagi hari yang teramat sangat parah.
•••
Tiga menit sebelum bel masuk berbunyi, Arka dan Alena sudah lebih dulu tiba di sekolah. Kecepatan motor yang dikendarai Arka memang menyelamatkan mereka berdua dari hukuman guru piket yang kedapatan berjaga di depan pintu gerbang. kalau telat sedikit saja, sudah bisa dipastikan bahwa seluruh toilet di lantai satu akan menjadi santapan pertama mereka berdua begitu menginjakkan kaki di sekolah.
Arka dan Alena memilih untuk segera ke kelas masing-masing, tapi sebelum itu, Arka selalu menyempatkan diri untuk mengantar Alena ke kelasnya yang berada di lantai dua terlebih dahulu. Alasannya sederhana, agar gadis itu sampai di kelas dengan selamat. Terkadang, apa yang Arka lakukan memang membuat siswi-siswi di SMA Bakti Mulia iri bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
wherever you may be | on going
Teen FictionAlena ingin terus sama-sama dengan Arka. Begitu pun sebaliknya. Hal yang paling ingin dilakukan Arka adalah dengan terus ada di manapun Alena berada. Juga, dimanapun Alena membutuhkannya. Namun, semua tidak berjalan sesuai keinginan. Banyak yang har...