" Ketika hatimu berlalu, seketika itupula kau musnahkan keceriaanku.. senyumku "
Kutipan yang tergores ketika kumulai melupa caranya tersenyum.
" Kau yang memilih aku, dan kau pula yang mencampakkan diriku "
Serupa itu kisah yang kini kualami.
Melalui hari hari tanpa dirimu, seperti berjalan tak berpijak dibumi.
Aku bernafas serasa tak bernyawa, tersisa tinggal raga yang melumpuh menahan pilu.
Detak waktu terus berputar, namun jiwaku tak jua beranjak
Aku masih menyelami kesedihan ini
Hingga aku tenggelam dan terhanyut dalam kubangan pesakitan.
Kemudian hari..
Kukembali mencari tahu keberadaannya
Sekedar menatap dan tersenyum bahagia, ketika kutahu dewa baik-baik saja.
Ah rindu ini semakin mengharu biru
Bulir bening menetes tanpa kusadari
Dalam kesunyian
Aku berbincang pada sang malam.
Mengapa hidupku begitu kelam ??
Tanyaku..
Namun sang malam hanya terdiam
Hiks'..
Aku lelah menangis
Lalu semilir angin seakan mengecup keningku
Seolah-olah sang angin mengerti akan kesedihanku.
Kuberanjak dari beranda menuju ranjang hangatku
Mencoba sandarkan kepenatan yang membebani ruang otakku.
huufftss..
Hari-hari teramat sulit untukku
Semoga esok hatiku membaik, dan tak lagi larut akan kenangan.
Memejamkan mata, namun bayangmu terus menari mengusik angan.
Aaaarrrggh..
Pergilah wahai bayangan
Aku ingin bebas, dari sebuah hayalan
Enyahlah
Jangan kau usik jiwaku oleh bayang semumu..
( Jengkel dan mengerutu )
" Kekecewaan mendalam ketika kejujuran hati, dianggap kedustaan dan bersalah dengan fakta yang tak pasti.. Lalu ketukan menghukum tanpa pemerhati yang memahami ujungpangkal lembaran jati diri "
Setiap goresan, sebagai perantara dari bungkaman hati.
Kembali ruang hatiku bertanya ;
" Apakah aku yang tak peka akan cintamu ? Ataukah hatimu yang terlanjur pindah kelain hati ? Bukan hendak mengeluh, tapi rasanya baru sesaat kunikmati kedamaian cinta bersamamu dan dalam sekejap kau renggut kebahagiaanku tanpa alasan yang tak kupahami "
Huufttss..
Pertanyaan itu selalu muncul dihati
Jika benar adanya begitu, mengapa kau tak jujur dan memberi penjelasan.. Mungkin aku malah bisa menerima alasanmu.
Ah entahlah..
Kembali aku termenung
Dan Ketika kesunyian menyelimuti diri, mengenangmu adalah sesuatu hal yang kerap kali kulakoni.
Esok hari seperti biasa, kumencari tahu keberadaannya.
Ah kembali kuterhenyak, ketika kutak mendapati keberadaannya.
Aku kelimpungan , tak keruan
Hatiku kian kacau
Kucoba telusuri kembali, agar aku menemukan sosoknya
Alhasil..
Nihil..
Wahai sayangku
Lihat aku yang seperti anak kehilangan ibunya.
Aaaarrrgghhh tangisku membuncah
Meruak hingga tersiar diantara dunia
Dan aku tak berhenti mencari
Seperti ayu ting-ting,
Kemana.. Kemana.. Kemana..
Kuharus mencari dirimu..
Ah celotehku kian melantur tak jelas
Serupa benakku yang hampir tak waras
Seisi ruang ingatku, hanya bayangmu yang menghias
Kini..
Kemanakah sosokmu
Aku merindu
Tentangmu
Juga cintamu
Tak ingin semua berlalu
Kembalilah bersamaku
Ingatkah kau akan diriku
Ketika kau datang memilihku
Hingga hatiku terjerat akan cintamu
Lihat dan tatap
Setiaku masih menetap
Dihatimu..
Aku menunggu
Hingga waktu tak lagi berpihak denganku
Itulah teriakkan hati yang tak mungkin kau dengar
Jangankan kau tatap menoleh kearah ku pun kau enggan.
" Jiwaku terkulum udara yang berduka, dingin hingga gigil ragaku. Lalu kau tasbihkan cintaku dalam lumat diammu dan kau aminkan oleh kebisuan, tanpa terbalas oleh mu "
Goresan hati kembali terukir dalam lembaran diary ku.
" Patah hati tepat pada saat aku mencintaimu dan kini aku kehilangan tepat pada saat aku menyayangimu. Sesaat memiliki.. butuh waktu teramat panjang membasuh luka ini "
Malam kian kelam
Begitupun jiwaku yang semakin tenggelam.
Tak ada yang dapat kuperbuat, saat ini kuhanya mampu menangis dan mengukir tentang rasa..
Sebelum terlelap, bibirku berdesis ;
" Jangan hakimi aku dengan palu egomu, dan jangan siksa rinduku dengan kebisuan hatimu "
Lirihku..