Author pov
Dia. Itu suaranya. Anna mendengar suara tawa yang sangat dia hafal di dalam kepalanya. Suara yang khas.
Anna menoleh kebelakang dan mendapati Raka bersama seorang perempuan(?) Anna tidak mengetahui siapa perempuan itu. Tapi yang pasti Anna ingat, dia pernah bertemu gadis itu.
Deg.
Itulah yang dirasakan Anna kali ini. Dia seperti di tusuk beribu jarum.
Apakah sesakit ini mencintai seseorang yang tidak mencintaiku juga? batinnya
Aneh. Perasaan aneh mulai kembali dia rasakan. Melihat sosok yang dicintainya pergi bersama perempuan lain. Seharusnya ia terbiasa dengan ini. Bahkan waktu dulu kelas 8, Anna sudah bisa melepas Raka untuk orang lain. Tapi kenapa kali ini untuk pertama kalinya dia merasakan sakit yang amat mendalam.
"Woy!" seseorang telah membuyarkan lamunannya.
"Apaansih?!"
"Lagian lo bengong mulu. Liatin apaan juga? Orang di depan lo cuma ada pager." jelas Rian.
Anna memfokuskan kembali penglihatananya dimana ia tadi baru melihat Raka dan sekarang Raka hilang dengan perempuan itu.
"Mending balik aja yuk!" ajak Rian. Anna menoleh kembali ke arah Rian dan menganggukan kepalanya.
***
Sesampainya dirumah, Anna tidak melakukan aktivitas apapun, ia hanya masuk ke kamar dan menonton tv.
Tak berapa lama, benda tipis milik Anna bergetar menandakan ada yang menghubunginya.
Rifa's called
"Halo?"
"Eh kutu kumpret! Kemana aja?!" sewot orang di sebrang sana. Anna menjauhkan ponselnya dari telinganya.
"Gue abis lari pagi, suaranya kecilin bisa?"
"Abisnya gue panggilin lo daritadi kagak nyaut, gue di ruang tamu nih." jelas Rifa
"Kapan lo dateng? Yaudah gue kebawah."
"Tad-" sambungan terputus.
Anna segera beranjak dari karpet yang ia duduki. Ia tidak sempat berganti pakaian olahraga, jadi bau keringatnya masih menempel di sekujur tubuhnya.
Dan benar saja, dari tangga ia sudah bisa melihat bahwa ada seseorang dengan kuciran kuda sedang duduk sambil asik memainkan ponselnya.
"Huh," Anna menghempaskan diri di salah satu sofa andalannya dan Rian.
"Biar gue tebak. Lo pasti belom mandi?" pertanyaan yang diajukan lebih dari benar.
"Emang." jawab Anna singkat.
"Pantesan bau lo bertebaran." otomatis Anna yang mendengar hal tersebut langsung melempar bantal kecil yang ada dipinggir sofa ke arah Rifa. Dan dengan cepat di tangkas oleh Rifa.
"Selow nyet." kekeh Rifa.
"Ada apaan lo kesini?" tanya Anna.
"Gue tau lo butuh temen." Rifa berpindah posisi, menjadi lebih dekat dengan Anna.
Anna termenung, dari sekian banyak temannya. Rifa adalah salah satu teman terbaiknya. Walaupun baru awal masuk SMA dia mengenal Rifa, tapi Rifa sangat peduli dan selalu ada untuknya. Tidak seperti teman-temannya saat SMP, yang entah sekarang berada dimana keberadaannya.
"Gatau kenapa gue ngerasa sakit Rif," ujar Anna pelan.
"Sakit?"
"Gue tuh sebenernya gatau perasaan gue ke Raka gimana. Tapi saat gue liat dia dengan perempuan lain, ada beribu jarum yang nusuk hati gue. Padahal gue udah hampir seratus persen lupain dia." jelas Anna. Rifa yang mendengarnya pun jadi membayangkan apa yang dirasakan Anna saat ini.
"Padahal waktu dulu gue SMP gue udah yakin bahwa gue bisa ngelepas dia. Tapi sekarang? Perasaan itu menghantui gue lagi." lanjut Anna. Rifa pun mengelus pelan tangan Anna.
"Itu tandanya lo jatuh buat yang kedua kalinya Na, lo gagal move on dari dia." ucap Rifa. Anna menoleh ke arah Rifa, dia tersenyum.
"Gue bakal coba usaha gue buat move on lagi." ujar Anna tegas.
"Yakin Na?"
"Yakin! Seribu persen yakin!"
*_*_*_^_^_^
TARARARARARA......
AKHIRNYA PART 3 SELESAI...TSAH
Ayooo tebakk, apa rencana Anna berhasil buat move on dari Raka?
Yang bisa jawab bener gue gift line stiker! Bener ini mah! Tapi khusus yang jawab pertama ya!
*Okeh! Next—

KAMU SEDANG MEMBACA
3 Years
Teen FictionAku menunggu. Menunggu kau datang kepadaku dengan kesadaranmu. Aku menanti. Menantimu dimana pun. 3 tahun sudah aku menunggu tanpa adanya penjelasan atau pun yang lainnya. Namun, harapanku kini muncul. Kamu datang kepadaku. Aku bahagia dengannya, ba...