6

547 55 7
                                    

Hari-hari Anna berjalan dengan sempurna. Entah mengapa sudah beberapa bulan terakhir ini dirinya dan Raka tidak pernah bertemu. Bukan maksud Anna mengharapkan ingin bertemu. Namun, ini suatu keanehan bagi Anna. Entahlah.

Disisi lain tempat, ada seseorang yang sedang berbicara dengan Rian.

"Gue mohon yan, kasih gue kesempatan buat ngasih tau dia,"

"Gak! Gue ga akan biarin adek gue tersakiti lagi cuma karna lo masuk ke kehidupan dia," tegas Rian.

"Tapi gue mohon yan, gue ga akan sia-siain dia lagi, gue juga baru sadar, kalau dia adalah Permata."

"Sekali enggak ya tetep enggak!" nada bicara Rian mulai naik satu oktaf.

"Please yan,"

"Oke fine! Tapi lo boleh mulai masuk ke kehidupannya awal semester genap. Untuk sekarang, biarin dia bebas dulu," ucap Rian kemudian meninggalkan orang tersebut.

Orang itu menghela nafas gusar. Dirinya baru menyadari bahwa Permata sudah masuk ke kehidupannya sejak SMP.

***

Anna kembali ke tempat duduknya, ia baru saja mengerjakan soal dipapan tulis yang sangat sulit menurutnya. Entahlah, mungkin saat pelajaran ini dirinya sedang tidak masuk kelas. Eh tapi, Anna selalu masuk. Sudahlah lupakan.

Rifa yang melihat perubahan raut wajah Anna pun kebingungan.

"Sstt... Na?" panggil Rifa.

"Paan?"

"Lo kenapa?"

"Gapapa,"

Begitu percakapan singkat itu selesai, tidak ada lagi yang berani membuka suara.

Sampai saat jam pelajaran usai, tidak ada yang berkata antara Rifa dan Anna.

"Anna!" panggil seseorang dari belakang. Saat Anna menengok ternyata ada Rian, kakaknya.

"Ayok balik," ucap Rian ketika sampai tepat dihadapan Anna.

Anna menatap Rian bingung, kemudian menatap ke arah Rifa.

"Nggak ah, gue balik sama Rifa." Anna menggenggam tangan Rifa. Rifa yang hanya bisa menerima reaksi Anna hanya bisa pasrah.

"Yaudah, Rifa ikut kita aja, kebetulan gue bawa mobil," jelas Rian.

"Gimana Rif?" tanya Anna, Rifa kemudian mengangguk setuju.

Akhirnya mereka bertiga memasuki mobil dan meninggalkan area sekolah.

Di dalam mobil tidak ada percakapan, yang bersuara hanyalah radio yang berada di dalam mobil Rian.

"Bang?" Anna mulai membuka suara. Rian yang sedang menyetir melihat Anna lewat kaca yang berada di tengah mobil.

"Apaan?"

"Kira-kira Dian kemana ya?" tanya Anna polos. Rifa hanya mendengarkan saja karena ia tidak tau harus berbuat apa.

Dia disini Na batin Rian.

"Emang kenapa?"

"Kangen aja gitu, lagian kenapa dia harus pindah coba waktu kecil, jadi kan rumah sebelah dibeli sama orang lain," Anna mengerucutkan bibirnya sebal. Rian hanya terkekeh melihat wajah Anna.

"Raka maksud lo?"

"What?!! Raka rumahnya di pinggir rumah lo?!!" tanya Rifa heboh.

Anna hanya meliriknya dengan tatapan sebal.

"Iye dia tinggal samping gue, di rumah bekas Dian, " jawab Anna.

"Dian siapa lagi?" tanya Rifa.

"Dia itu or–" ucapan Anna terpotong ketika Rian baru saja berucap,

"Udah sampe Rif," alhasil Anna pun tidak jadi menceritakan soal Dian .

Rifa pun turun dan mengucapkan terima kasih kepada keduanya.

Setelah Rifa turun, Anna pun ikut turun lalu membuka pintu samping dan duduk di samping kursi pengemudi.

"Kenapa bang?" Anna menyadari perubahan raut wajah Rian.

"Gapapa, kita ngopi dulu mau ga?" tanya Rian.

Anna mengangguk setuju lalu matanya fokus kepada benda canggih yang sedari tadi ia pegang.

Hingga ia tidak sadar, bahwa sedari tadi dia memperhatikan foto seseorang.

*-*-*-*--**-*

Nahloh! Ada Dian. Siapakah dia? Hayoloo mampus Anna kenapa tiba tiba inget Dian.

Dia aja ga inget kamu masa kamu inget dia?

Maaf atas typo, terlambat update dan sebagainya.

*Okeh! Next—


3 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang