"WHAT THE- AISH DIA TAMPAN SEKALI!"
"AIGOO.. LIHATLAH RAMBUTNYA!" Aku benar-benar berusaha untuk tidak berteriak saat ini, tapi seperti yang kalian tahu, usahaku gagal.
"YA! AKU BISA GILA, PARK JIMIN!"
"BISAKAH KAU DIAM DAN KERJAKAN TUGASMU, HAH?!"
Aku menghilangkan ekspresi fangirlku lalu menatap lelaki didepanku dengan jengah.
"Aigoo.. Kenapa kau mirip sekali dengan Jimin oppa?" Dan jiwa fangirlku kembali muncul ketika melihatnya.
Lelaki itu menghembuskan nafasnya kasar, "Sampai kapan kau akan bersikap seperti itu ketika melihatku?!"
"Aish.. Park Jimin.." Aku terus memandangi wajahnya dan memujinya.
TAK
"Ya! Sakit!"
"Aku hanya ingin menyadarkanmu." Katanya santai sambil melempar bolpoin yang tadi dipakainya untuk memukul kepalaku kelantai. Dia bahkan tidak berpikir kalau pukulannya itu bisa saja membuatku semakin bodoh.
"Cepat selesaikan tugasnya!"
"Tunggu sampai ini selesai." Ucapku sambil kembali menatap layar ponselku.
"Terserah kau, tapi bisa kupastikan besok kau akan dihukum ditengah lapangan karena tugasmu yang belum selesai."
"Ya!" Sesegera mungkin aku menaruh ponselku dan kembali mengerjakan tugas yang diberikan pak guru botak itu.
Kami sama-sama sibuk dengan tugas kami. Tapi sesekali aku melirik Jihyun, mengamati wajahnya yang sangat mirip dengan kakaknya, Jimin. Hanya saja, Jimin lebih tampan daripadanya.
Beruntung. Bisa dikatakan aku beruntung karena rumahku berada tepat disebelah rumahnya, rumah kediaman keluarga Park. Membuatku tidak pernah menyesal pindah ke Busan enam bulan yang lalu.
Aku selalu berharap bisa bertemu dengan Jimin saat dia kembali kerumahnya ini, tapi sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengannya. Dan Jihyun sudah tahu semuanya, dia tahu bahwa aku sangat menggilai kakaknya.
"Jihyun-ah.."
"Hm?" Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tebal itu.
"Jihyun.."
"Wae?"
"Jihyunie.."
"Ish, waeyo?" Hah, aku berhasil membuatnya menatapku walaupun dia sedikit kesal.
Aku tertawa kemudian mencubit pipinya, membuatnya semakin kesal denganku.
"Ya! Henti-"
"AKU DATANG!"
Kami menghentikan aktivitas kami dan sama-sama terdiam ketika mendengar suara familiar itu.
"Eomma?"
Kami masih diam, membeku ditempat kami masing-masing.
"Eomma, appa, dimana?"
"I-itu-"
"Jihyunie!"
ITU SUARA PARK JIMIN.
Cklek
Aku masih membeku ditempat, tidak percaya dengan apa yang ada diambang pintu sana.
"Hyung!" Jihyun berlari memeluk kakaknya itu, sementara aku masih diam tidak tahu harus apa.
"Kenapa tidak bilang akan datang hari ini?" Tanya Jihyun ketika pelukan mereka terlepas.
"Aku ingin memberikan kalian kejutan."
"Aish, harusnya kau beritahu kami dulu!" Ucap Jihyun kesal dan hanya dibalas kekehan oleh Jimin.
Kedua kakak beradik itu terlihat sangat gembira. Hah, melihat mereka bersampingan seperti itu membuatku kesulitan membedakan mana Jimin dan mana Jihyun.
"Kemari." Jihyun duduk disampingku sementara Jimin duduk berhadapan denganku yang hanya terhalang oleh meja kecil tempat kami belajar tadi.
"Eomma appa sedang kerumah bibi, mereka bilang akan kembali lusa. Jika kau bilang akan datang hari ini mungkin mereka tidak akan pergi." Jihyun merapihkan buku-buku yang berserakan dimeja.
"Ah, tidak apa-apa. Tapi, em, kau.." Jimin sedikit melirikku lalu kembali menatap Jihyun.
"Ah, jangan salah paham hyung. Ini temanku, dia baru saja pindah enam bulan yang lalu." Jelas Jihyun kemudian mengisyaratkanku untuk mengenalkan diri kepada Jimin.
"Annyeong, (Yn) imnida." Aku menjulurkan tangaku yang sedikit gemetar.
"Park Jimin imnida." Dan Jimin menjabat tanganku sambil tersenyum.
Hah, aku tidak akan mencuci tanganku lagi setelah ini.
"Jangan terlalu gugup." Bisik Jihyun ketika melihat tanganku yang gemetar.
"Ah, aku akan membuatkan makanan untuk kalian." Jihyun berdiri, berniat keluar. Aku segera menarik lengan bajunya. Aku menatapnya dengan tatapan 'jangan pergi..' sementara dia hanya tersenyum melihatku.
"Hyung, tolong temani temanku yang bodoh ini." Ucapnya sebelum akhirnya membuka pintu dan pergi keluar, meninggalkan kami berdua disini.
"Ish!" Aku menatap pintu itu dengan kesal. Beberapa detik kemudian, telingaku menangkap suara kekehan dari seseorang yang berada didepanku.
Aku melihat Jimin yang ternyata sedang menatapku sambil tersenyum. Sesegera mungkin aku menundukkan kepalaku. Ini awkward sekali.
"Em, kau pindah kesini enam bulan yang lalu?" Tanya Jimin mencoba membuka pembicaraan.
"N-ne."
"Kau ini... Bukan sesaeng yang sengaja membeli rumah disamping rumahku agar bisa mengetahui aktivitasku kan?" Ujarnya sambil memajukan tubuhnya agar lebih dekat denganku.
SESEORANG TOLONG AKU SAAT INI JUGA SEBELUM AKU PINGSAN.
"T-tentu saja bukan! Aku bahkan tidak tahu kalau ini adalah rumahmu." Aku masih tertunduk.
Jimin terkekeh dan kembali menormalkan posisinya, "Bagaimana kau bisa bertemu Jihyun?"
"Dia teman sekelasku." Bahkan kami duduk bersama, nah.
Jimin mengangguk mengerti, bisa kulihat dengan sedikit meliriknya.
"Jihyun sering menceritakan teman sekelasnya yang sangat menggilaiku, apa itu kau?"
Terkejut, aku langsung mendongakan kepalaku dan menatapnya. Tapi setelah melihat wajahnya aku kembali menundukan kepalaku. Aku tidak kuat, dia terlalu tampan.
Hah, sial. Jihyun tidak pernah mengatakan dia sering menceritakanku kepada Jimin.
"Kau lucu," Ucapnya sambil sedikit terkekeh, membuat pipiku seperti kepiting rebus.
"Em, apa saja yang sudah kau pelajari disekolah?"
"Tentu saja banyak."
Jimin kembali mengangguk mengerti.
"Tapi kurasa kau belum mempelajari hal yang satu ini."
"Apa?"
"Belajarlah menatap orang lain ketika mereka berbicara denganmu."
IM DEAD.
END.
Halooo~ Im back! Kemarin-kemarin buka wattpad cuma baca beberapa ff dan gak ngecek ff ini jadi gatau gimana perkembangannya/? :'v Oh ya, disini pada tau Park Jihyun kan? Adiknya Jimin itu lhoo.. Itu yang dimulmed fotonya Park Jihyun..
BTW THANKS FOR 1K+ VOTERS!! I LOVE YOU GAESS MWAAA😘😘💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS X YOU] ARMY'S IMAGINE
FanfictionWhen you and your bias make a cute little love story~💖