Uh, benar benar menjengkelkan. Kenapa lelaki itu selalu memperhatikanku? Bukannya terlalu percaya diri, tapi dia memang terus memperhatikanku. Dikantin, dikelas, dilapangan, diaula, dan dimanapun. Entah apa yang menarik perhatiannya sehingga dia selalu menatapku seperti itu. Benar benar mengganggu.
"(Yn)!"
Aku menoleh kesamping, melihat lelaki tampan diujung koridor berlari kearahku.
"Ayo pulang."
"Ah, maaf. Aku ada jadwal piket hari ini, pulanglah duluan."
"Aku akan menunggumu."
"Tidak, Jim. Ibumu bisa marah jika kau pulang telat lagi."
"Tidak akan. Ibuku pergi arisan siang ini."
"Sudahlah, tidak usah."
Jimin memutar kedua bola matanya malas. "Baiklah, aku mengalah."
"Oke. Nanti aku ak-"
"Apa kau piket sendirian?"
Kini giliranku yang memutar bola mata. Itulah kebiasaan Jimin, selalu memotong ucapanku.
"Seperti biasa. Tapi kurasa aku akan piket dengan anak baru itu, kau tahu?"
Jimin diam sejenak dan mulai berpikir, mencoba mengingat ngingat anak baru dikelasku.
"Ah, siswa lelaki yang tampan itu?"
"Ben-"
"Ah tidak, dia tidak lebih tampan dariku. Iya kan?" Ucapnya sambil menaikkan kedua alisnya dua kali.
"Terserah kau. Cepat sana pulang!"
"Hmm baiklah."
Jimin mulai berjalan meninggalkanku. Ah, lelaki itu memang selalu mengajakku pulang bersama.
"Ah, (Yn)."
"Wae?"
Jimin kembali berjalan mendekatiku. "Berhati hatilah dengan lelaki itu."
"A-apa?"
"Kau tahu, dia selalu memperhatikanmu dengan tatapan aneh." Katanya dengan sedikit berbisik.
"Baiklah, sampai jumpa~" Lelaki itu kembali pergi sambil melambaikan tangannya kepadaku.
Sial. Kau membuatku takut, Park Jimin.
***
"Hah, kenapa murid murid dikelas ini jorok sekali. Coba lihat ini, kenapa ada bekas minuman dibawah meja? Dan ini, kenapa mereka senang sekali merobek robek kertas? Lalu ke-"
"Kau bersihkan lantai dan aku bersihkan jendela."
Aku menoleh kesumber suara. Ah, lelaki itu. Ini pertama kalinya dia berbicara kepadaku.
"Apa?"
"Jangan paksa aku membersihkan lantai, aku tidak bisa."
"Kau-"
"Jangan banyak bicara. Kau ingin cepat pulang kan?"
Sial.
***
"Jangan injak lantai itu lagi! Aku baru membersihkannya."
"Jangan naik keatas meja!"
"Hei, cepat bersihkan papan tulis!"
"Aigoo.. Jendela ini belum bersih!"
Hah. Aku tidak pernah menyangka piket bersamanya akan menjadi seperti ini. Dia sungguh menyebalkan.
"Ya! Buang sampahmu itu!"
"Aku sudah membuangnya."
"Buanglah ketempat sampah!"
"Kau yang bertugas membersihkan lantai dan sampah itu ada dilantai, jadi kau yang harus membuangnya."
"Tapi ini-"
"Itu kesepakatannya bukan?"
What the- Hah, lihatlah dia, duduk santai dengan kaki yang berada dimeja sambil memakan cokelat. Dia bahkan tidak mengerjakan pekerjaannya dengan baik.
"Ya! Bisakah kau berhenti membuang sampahmu kelantai, hah?!"
"Tidak bisa." Jawabnya santai sambil kembali melempar bungkus permennya kelantai.
***
"Hah. Selesai." Aku melempar sapu yang baru saja kupakai kesudut ruangan.
"Hei, lihat ini!"
Aku menoleh. Ah, lihatlah apa yang dilakukan siswa itu lagi. Sampah berserakan disekitar meja guru, tempat yang baru saja dia tempati.
"Kau-"
"Aku sedang berbaik hati, jadi aku akan menunggumu sampai selesai."
Untuk pertama kalinya aku berpikir piket sendirian itu jauh lebih menyenangkan, daripada dengannya.
Entah sudah berapa kali aku membersihkan bagian ini, bagian yang tidak pernah bersih karena selalu dikotori oleh lelaki menyebalkan itu.
"Aish, bisakah kau berhenti membuang sampahmu kelantai?!"
"Aku terlalu malas untuk bangun dan pergi ketempat sampah."
"Jika seperti ini pekerjaanku tidak akan selesai. Pulanglah sana!"
"Ti.dak.ma.u."
Astaga. Kesalahan apa yang kuperbuat sehingga aku bertemu dengan orang macam ini? Hah. Baiklah. Aku harus sabar.
Kembali kusapu sampah sampah yang berserakan disekitar sini, walau setiap detik selalu bertambah. Kaleng minuman, bungkus makanan, plastik, dan kertas.
"Hei, kau tidak ingin membuka kertas itu dulu?"
Hah. Apa lagi ini?
"Tidak ada gunanya."
"Kau harus membaca tulisan yang ada didalamnya."
"Itu tidak penting."
"Kau pilih membacanya atau aku tambahkan lagi sampahnya?"
Aku membuang nafas kasar dan segera mengambil kertasnya dilantai.
"Ah, aku pulang duluan. Kau lama sekali."
"Terserah."
Kulihat lelaki itu berlari keluar kelas sambil membawa tasnya. Ah, inilah yang aku inginkan dari tadi. Lupakan dia, mari buka kertasnya.
Entah apa yang ada didalamnya. Mungkin lelaki itu hanya ingin mengerjaiku, atau... tidak. Dia tidak sedang mengerjaiku. Dia..
"Maaf aku membuat pekerjaanmu tidak selesai selesai. Sebenarnya aku hanya ingin lebih lama bersamamu. Aku sudah menyukaimu saat pertama masuk kesekolah ini. So, date with me?"
Apa ini? Jadi dia...
Tunggu, ada satu kalimat lagi dibarisan paling bawah.
"Oh ya, kau terlihat semakin cantik ketika sedang marah."
Untuk yang ketiga kalinya, sial.
-
Mian kalo jelek.
Tolong tinggalkan jejak.

KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS X YOU] ARMY'S IMAGINE
FanficWhen you and your bias make a cute little love story~💖