---
Hari Kelahiran
Bunga-bunga Mawar dan Lily di kebun Ratu Serena berkembang serempak, pagi yang cerah dan indah, burung bul-bul bernyanyi di depan jendela besar peraduan sang raja.
Aryan berdiri gelisah di depan kamarnya, walaupun Asva dan para tetua mencoba menenangkannya, tapi langkah gelisah Aryan di depan kamar tidak dapat dihentikan.
"Nanti juga akan lahir," kata Maharaja.
"Tapi ini terlalu lama, sudah sejak semalam, tapi anak itu belum lahir juga....dengarkan teriakan Syahra! Dia seperti...seperti...hampir mati...,"
"Aryan! Jangan berfikiran buruk....!," nasehat Maharaja.
Semua orang menunggu dengan gelisah, sementara para tabib yang membantu persalinan sudah sejak semalam mengusir Aryan secara halus untuk keluar dari kamar karena kegelisahannya malah menambah Syahra kalut.
"Cepatlah!," geram Aryan. Di dalam sana hanya terdengar teriakan sang putri, sepertinya pangeran kecil masih enggan untuk melihat dunia.
Waktu berlalu begitu lambat.
Hingga akhirnya, kepala sang pangeran pun keluar dari rahim ibunya, mendadak, dalam hitungan detik, perlahan suasana di luar mulai menggelap.
Semua orang panik, bahkan orang-orang yang berada di dalam ruangan pun keluar karena ingin tahu apa yang terjadi dengan langit sehingga cahaya matahari tidak bersinar seperti biasa, seolah ditelan kegelapan.
"Ada naga! Naga menelan matahari! Selamatkan dirimu!," teriak para penduduk dengan panik.
Suasana menjadi kacau, hiruk pikuk, dan semua orang tunggang langgang menyelamatkan diri. Para prajurit, dayang dan para menteri juga turut panik. Sementara Aryan mencoba mengendalikan keadaan.
"Tenang semuanya! Diamlah di tempat kalian masing-masing!," dengan cerak cepat, Aryan membuka pintu kamarnya. Syahra masih berjuang mengeluarkan sang pangeran, seorang tabib perempuan dengan panik menyuruh Syahra tetap mengejan.
"Jika anda tidak terus berjuang, pangeran bisa tercekik, putri! Berjuanglah, tarik nafas anda dalam-dalam...,"
Aryan mengabaikan Syahra dan menuju ke balkon.
"Rakyatku, jangan panik, tetaplah berada di tempat, aku, raja Aryan akan menjamin keselamatan kalian!," teriak Aryan, menggunakan corong dari belalai Gajah raksasa, suaranya menggema ke segala penjuru.
"Matahari akan kembali, begitu sang pangeran lahir!," kata Aryan tenang. Walaupun dia sendiri tidak merasa yakin akan hal itu, karena dia belum pernah melihat fenomena aneh ini sebelumnya.
"Berdoalah untuk Pangeran supaya dia segera melihat bumi Illeanos tercinta, saat itulah, matahari akan kembali seperti semula!,"
Mendengar sabda rajanya, rakyat yang semula panik menjadi tenang, Aryan adalah raja terhebat, seluruh kata-katanya adalah hukum dan rakyat sangat mempercayai Aryan.
Mereka berhenti dan menangkupkan kedua tangan, berdoa kepada para dewa agar sang pangeran segera lahir.
"Sedikit lagi, putri, mengejanlah!," kata Tabib sambil memegang kepala kecil sang pangeran yang berlumur darah, Syahra bernafas panjangd an mengejan dengan sisa-sisa tenaganya, sejak semalam dia telah berusaha, tapi tampaknya pangeran kecil belum mau melihat dunia.
"Arghhhh...!!,"
Setelah teriakan ibundanya, akhirnya pangeran kecil pun lahir, suara tangisnya menggema di seluruh kamar, menggetarkan hati yang mendengarnya. Perlahan sinar matahari yang semula ditelan kegelapan mun muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knight of Wind
FantasyKsatria delapan Mata Angin Setelah pernikahan bahagia Aryanrod Asvasegha dengan Putri Sherazade Govala (Syahra) dikaruniai seorang Putera, Pangeran Noel Leonhart Asvasegha sehingga Syahra pantas mendapatkan gelar Ratu di Illeanos. Hampir semua hari...