Setahun sebelumnya.....
Peri jelita berrambut merah itu menyibak sedikit demi sedikit gaun merah tipisnya, memperlihatkan langsat kulit yang semakin bercahaya karena cahaya bulan, memperlihatkan tempat-tempat sarat rahasia yang pasti akan menggugah lelaki yang memandanginya.
Dia ratu peri, dia Brisilla pemilik segala keindahan wanita, tidak ada yang mampu menolak pesonanya, bahkan lelaki tampan berrambut cokelat keemasan yang sedang mengarahkan pedang tajamnya ke leher Brisilla.
"Kenapa begitu tegang? Bukankah malam purnama dalah waktunya para raja bersenang-senang, sebaiknya kita habiskan waktu bersama, bermain cinta di kerajaan para peri, dengan senang hati aku akan melayanimu...," Brisilla diam-siam meniupkan serbuk pemikat yang membuat para lelaki mampu bersikap gila, bahkan menyerahkan nyawa mereka demi setiap kenikmatan yang mampu Brisilla berikan. Lelaki bermata cokelat itu memang sangat, sangat tampan, Brisilla bahkan belum pernah melihat manusia setampan ini, mungkin akan diajaknya anak muda ini bersenang-senang lebih lama dari korbannya yang biasa, mungkin bisa dipertahankan untuk bermain-main beberapa kali?
Tetapi ada yang aneh, lelaki muda itu bahkan tidak tersenyum, wajahnya tetap datar dan tanpa basa-basi justru mengayunkan pedangnya secepat kilat untuk memotong leher Brisilla, ratu peri itu memekik terkejut, untungnya dia memiliki ilmu peringan tubuh yang mumpuni sehingga mampu terbang menghindari tebasan si pemuda.
"Bebaskan anak buahku atau kau mati!," ancam pemuda itu, seraya secepat kilat melempar pedangnya dan mengenai lengan mulus Brisilla. Ternyata, anak muda ini tidak memiliki ketertarikan sedikitpun dengan rayuan para peri, bahkan ratu peri sekalipun.
Dengan geram Brisilla memakai ilmu hitamnya untuk menyembuhkan lengannya yang tergores cukup dalam, tapi, luka itu masih membekas dan meneteskan darah.
Seolah mengerti dengan keheranan Brisilla, lelaki muda itu mengacungkan pedangnya ke arah purnama. "Ini Helios, pedang yang terbuat dari serpihan matahari, bukan dari besi biasa, satu tebasan lagi akan cukup untuk menghabisimu!,"
Melihat tatapan tajam nan kejam lelaki itu, mampu membuat Brisilla begidik ngeri, anak muda ini rupanya iblis!
"Si...siapa kau? Kenapa mantera pemikatku tidak mempengaruhimu? Apakah kau iblis? Tapi aku tiak mencium aroma api di tubuhmu...,"
Noel berdecih. "Aku adalah raja dari segala raja, aku putra dari Aryanrod, Noel Leonhart, penguasa istana matahari... Rha Nefertem! Mantera hitam apapun tidak akan mempengaruhiku....,"
Brisilla terbelalak, jadi, inilah Rha Nefertem yang terkenal itu? Walau masih belia, tapi kemenangannya pada banyak perang membuatnya mashur tidak hanya di dunia manusia, kekuasaannya yang luas mampu menundukkan tidak hanya ras manusia tapi juga membuat bangsa peri bahkan Revan pun segan berurusan dengan Rha Nefertem.
"Aku hanya melindungi hutanku saja, seharusnya hutanku tidak dilintasi oleh manusia!," teriak Brisilla.
"Sebentar lagi Eryss akan menjadi wilayan kekuasaanku! Sudah seharusnya hutan ini juga bebas kami lewati!," perintah Noel.
"Eryss adalah wilayah kekuasaan Edmund dan dia memiliki janji kepadaku untuk memberikan wilayah ini kepadaku, karena itulah aku memberinya seorang putri yang sangat berharga. Edmund tidak mungkin melanggar janjinya!," geram Brisilla.
"Itu urusanmu dengannya! Aku menginginkan wilayah ini menjadi milikku dan itu yang akan terjadi, Edmund mungkin tidak melanggar janjinya padamu, tapi sudah waktunya dia tidak lagi menjadi penguasa utama Eryss!," Noel mengacungkan pedangnya lagi. "Minggirlah, bebaskan anak buahku dari pengaruh sihir ini dan buka pintu tabir kabut gaib, jika kau tidak menurut, kau akan menyesal!,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knight of Wind
FantasyKsatria delapan Mata Angin Setelah pernikahan bahagia Aryanrod Asvasegha dengan Putri Sherazade Govala (Syahra) dikaruniai seorang Putera, Pangeran Noel Leonhart Asvasegha sehingga Syahra pantas mendapatkan gelar Ratu di Illeanos. Hampir semua hari...