[Part XI] Nefarious

2.2K 259 33
                                    

Dalam hati yang penuh rasa

Terdapat perbedaan yang tipis

Antara dia yang patut dibenci *)

Dengan dia yang patut dicinta

Jangan terlalu larut dalam benci ataupun cinta

Tetapi sungguh sulit, sekali engkau terjatuh

Kau tidak membiarkan dirimu naik

Dalam pemikiran yang seimbang

----

Emerald menuangkan air mawar di vas-vas emas altar Sen Isis sembari melantunkan pujian ditemani kedua dayang kepercayaannya.

"Semoga kelembutan cahaya bulan, mengimbangi keagungan cahaya matahari...."

Puluhan dayang muda di belakang Emre turut menyanyikan pujian kepada sang dewi untuk menjauhkan sang ratu dari marabahaya.

Kemarin malam setelah siuman, Aiko menceritakan penglihatan mengerikannya pada Emre dan meminta maaf karena mengacaukan makan malam yang telah disiapkan, tetapi Emre hanya tersenyum lembut sembari menepuk lengan Aiko.

"Tak apa putri, jika kita meminta berkat kepada Dewi Isis tentu keburukan yang engkau lihat tidak akan menimpaku..."

"Tetapi anda harus waspada dan berhati-hati. Nyaris tidak ada yang bisa melawan takdir dan selama ini, penglihatan saya tidak pernah meleset, ratu. Sebagai seorang penyihir putih, penglihatan tentang masa depan bagi saya bukanlah anugerah. Karena kebanyakan, takdir buruk yang terlihat memang terjadi demikian dan dalam setiap upaya yang saya lakukan untuk mencegahnya, terkadang menjadi waktu mimpi buruk yang lama bagi saya. Toh akhirnya terjadi juga...." Aiko menatap Emre.

"Tahukah anda? Saya telah mengetahui kedua orangtua saja akan terbunuh oleh klan Takeda semenjak saya berumur delapan tahun. Saat saya berumur enambelas, kejadian itu tak bisa saya cegah. Ada kebencian yang pada diri saya terhadap pangeran Akira karena yang membunuh orangtua saya adalah paman dari sang pangeran. Apakah anda tahu bagaimana perasaan saya saat melihat kilasan takdir saya mengenakan gaun pengantin mendampingi beliau? Empat tahun silam berkali-kali saya melakukan usaha pembunuhan kepadanya..."

Emre melihat kepedihan tersirat di mata Aiko.

"Saya bahkan telah berhasil menusukkan wakizashi di perutnya. Saya pikir saya telah berhasil menyingkirkannya, sang pewaris, sang pangeran dari klan yang paling saya benci. Kehilangan pewaris pastinya akan menimbulkan pukulan berat bagi klan Takeda. Tetapi, setelah berbulan-bulan saya berada di penjara bawah tanah dan tak putus-putusnya berdoa untuk kematian sang pangeran. Saat pertama dia membuka mata justru dia mengambil keputusan untuk menikahi saya. Dendam antara klan Sanada dan Takeda harus dimusnahkan, begitu pemikirannya. Tentu, nyaris mustahil dua orang dari dua klan yang saling membenci dan salah satu memiliki keinginan untuk menghabisi yang lainnya, bersatu dalam sebuah pernikahan. Tetapi inilah takdir, ratu. Semakin saya membencinya, Amaterasu Omikami semakin membuat jalinan kebencian dalam hati saya berbalik menjadi rasa yang nyaris tak pernah terfikirkan dalam benak saya bisa saya rasakan kepada Akira Takeda. Semakin saya menyangkalnya, semakin saya tersiksa, setiap goresan yang saya ukir di tubuhnya, justru berbalik menyakiti saya. Dia pernah mengambil samurai miliknya dan mengizinkan saya menusuk jantungnya. Tapi di detik saya nyaris menusukkan pedang...."

Mata Aiko yang menyipit semakin membentuk sebuah garis. Emre bisa melihat mata hitam yang bersorot tajam itu melembut. "....saya menyadari, saya tidak akan pernah sanggup lagi melukainya dan seperti itulah kekejaman takdir, yang mulia ratu. Kita tak ingin mempercayainya, tetapi takdir telah tiba-tiba berada di sekeliling kita tanpa kita bisa mengelak. Karena itu, berhati-hatilah terhadap setiap pertanda. Kematian mulai mendekati anda tatkala anda akan memberikan pewaris kepada Rha Nefertem..."

The Knight of WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang