[Part XV] Chiaroscuro

2.2K 250 48
                                    

Jika cinta hanya tertanam dalam hati

Maka perasaan hatiku ini lebih dari itu

Kau tak hanya cahaya

Tetapi juga bayang-bayang hidupku

Kaulah gambaran cahaya dan bayang-bayang*)

Yang menaungi jiwa ragaku

----

Daidara mengulurkan tangannya dan mencicipi hidangan yang telah dipersiapkan penginapan terbaik di kota Aswan. Seina mencubit lengan Dai dengan gemas.

"Tak tahukah kau, kau semakin gemuk saja, padahal dalam perjalanan panjang ini seharusnya kau laksanakan tugasmu dengan baik, lihat perutmu semakin membuncit saja, oh ya, kenapa kau tidak berjaga di kamar paduka raja?"

Dai mengedikkan bahu.

"Raja mengusirku jauh-jauh beberapa jam ini, dia tak ingin diganggu sampai pagi dan ya, disinilah aku, menjaga Helios tersayangnya...." Daidara melirik kotak emas di sampingnya. "Benar bukan, Helios tersayang? Setelah kau, Axel yang akan dicampakkan, begitulah pria, kalau sudah jatuh cinta, dia tak bisa berpaling dari wanita yang dicintainya..."

Feila terkikik. "Bagaimana kau yakin? Sejak kecil Raja Noel selalu bersikap ketus pada wanita. Apakah sekarang dia begitu berubah?"

Lelaki paruh baya itu mengangguk. "Mau bagaimana lagi? Senyum yang nyaris setiap saat tersungging dari bibirnya terkadang membuatku nyaris terkena penyakit jantung! Dulu beliau hanya menyunggingkan senyum setelah membunuh ribuan orang dalam peperangan.....aku masih merasa berdebar saat melihat senyum di wajahnya...." Dai mengelap peluh di dahinya. "Apakah ini kabar yang bagus atau mengerikan? Apa kita perlu mengatakan pada Ibu Ratu Syahradza?"

Seina mengedikkan bahu. "Terserah apa katamu, Dai! Apakah kau tidak akan memanggil yang mulia dan permaisuri untuk makan malam?"

Dai meraih kotak Helios dan memeluknya. "Baiklah, akan kucoba..."

---

Kedua lengan Emre bertumpu pada pinggiran kolam pemandian dan jantungnya berpacu begitu cepat, secepat Noel yang bergerak di belakangnya. Satu...dua...tiga....ini sudah yang ketiga kalinya dan lelaki itu meneriakkan namanya dengan nafas tertahan.

"Emerald....bagaimana kau selalu bisa....membuatku tak bisa mengendalikan diri?" bisik Noel sambil menggertakkan giginya, kedua tangannya sudah menelusuri tempat-tempat terindah di tubuh Emre sehingga dalam benaknya, gadis itu sangat malu saat pria itu menyentuhnya di tempat yang dimauinya. Dia tak kuasa menolak Noel, tetapi ada batas lelah pada tubuhnya.

"Yang...yang mulia..." tumpuan Emre terlepas dan tubuhnya limbung ke dalam air tapi Noel dengan sigap menangkapnya.

Lelaki itu tersenyum dan meraih kain untuk menyelimuti tubuh istrinya.

"Kau sudah lelah bermain rupanya?" dinaikkannya tubuh Emre ke tepi kolam pemandaian dan sekarang lengannya yag kekar bertumpu di paha gadis itu yang hanya tertutup secarik kain tipis, yang basah....

Noel menatap Emre dengan pandangan yang begitu nakal. "...tapi ratu, kau juga mulai menikmatinya, bukan?"

Emre memandangi Noel sambil terengah, kalau saja dia tidak merasa secapek itu, tentu dari bibirnya akan keluar teriakan, betapa Noel sangat keterlaluan!

Belum lagi Emre berkata-kata, terdengar ketukan di pintu terluar dan terdengar suara Dai berteriak.

"Yang mulia....hidangan malam telah siap!"

Noel berdecak kesal dan keluar dari kolam pemandian. "Benar-benar membuatku kesal saja, sudah kubilang jangan menggangguku sampai pagi!"

Emre menggeleng mendengar gerutuan Noel.

The Knight of WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang