"A –adikku yang ma –lang" lirih Chanyeol. Sooyoung mencengkram dadanya sendiri. Terasa sakit sekali. Sungguh dia tak sanggup melihat Oppanya seperti ini. Rasa sesak semakin mendominasi dadanya.
"Selamatkan di –rimu..."suruh Chanyeol lagi.
Sooyoung menggeleng kencang sambil terus sama memegangi tangan kanan Chanyeol yang sudah tak bisa digerakkan.
"Andwae! Andwae!" racau Sooyoung keras. Chanyeol kembali tersenyum tulus. Senyum yang selama ini tak pernah dipamerkannya semenjak tragedi bunuh diri ayahnya.
"Hiduplah lebih lama la –gi. Maaf –kan Oppamu yang bo –doh ini..." ucap Chanyeol terbata.
"Kau akan selamat Oppa! jangan berkata bodoh lagi.."Bentak Sooyoung sambil terisak. Sooyoung menatap dalam-dalam wajah Chanyeol yang mulai terlihat lelah. Tersirat rasa putus ada diwajah berlumur darah milik Chanyeol.
"Oppa, bukankah kau berjanji akan menjagaku sampai akhir?" Ujar Sooyoung sambil menutup mulutnya menahan isakan keras yang tak henti keluar dari bibirnya yang sedikit berdarah. Chanyeol membuka matanya pelan.
"Aku mohon bertahanlah... hiks" dan setetes air mata Chanyeol pun jatuh dari kelopak matanya.
.
.
"Oppaa..." seorang bocah kecil terlihat berlarian kecil sembari menyongsong saudaranya yang baru saja datang dari kantor sang ayah. Remaja yang dipanggil Oppa itu tersenyum saat mendapati bocah berkulit pucat itu menggelayuti lengannya manja.
Kelelahannya seakan sirna saat mendapati adiknya yang manis ini tersenyum lebar. Kesakitan yang disebabkan bentakan ayahnya dikantor tadi menguap begitu saja. Siapa yang tidak tertekan saat diumur yang masih muda sudah dituntut memimpin sebuah perusahaan besar. Terlebih ayah sendirilah yang memaksa dan menuntut kesempurnaan dari semua pekerjaan yang dilakukan.
"Chanyeol Oppa, apa kau lelah?" tanya Sooyoung imut. Chanyeol terkekeh lalu berjongkok menyetarakan tingginya dengan Sooyoung. Mengelus surai Sooyoung lembut lalu menggeleng pelan.
"Aku mendengar ayah membentak Oppa tadi pagi. Apa kau tidak apa-apa?" tanya Sooyoung lagi dengan raut wajah sedih. Segera senyum diwajah Chanyeol terhapus diganti dengan wajah kesal.
"Sudah kubilangkan jangan mengkhawatirkan aku" ujar Chanyeol dengan serius. Sooyoung menunduk lalu menggangguk pelan. Chanyeol tersenyum miris lalu segera merengkuh tubuh mungil itu dalam pelukannya.
"Aku akan menjagamu sampai akhir. Jadi jangan khawatirkan apapun lagi. Arachi?" Kata Chanyeol seraya mengelus surai Sooyoung lembut. Sooyoung yang masih tak paham apapun hanya terkikik saat merasakan Chanyeol memeluk erat tubuh ringkihnya.
"Ne, Oppa"
.
.
"Kau masih ingatkan Oppa... Hiks.."Ujar Sooyoung sambil menangis keras.
"Kau tidak boleh meninggalkan ku! TIDAK BOLEH!" Pekik Sooyoung frustasi. Chanyeol masih tetap memejamkan matanya erat. Merasakan seluruh kesakitan yang dia rasakan seluruh raganya. Tubuhnya memang sakit dan terluka namun hatinya jauh lebih sakit dibandingkan apapun.
Nafas Chanyeol mulai memburu lagi. Sooyoung semakin panik terlebih saat api mulai menjalar-jalar menuju tangki mobil naas itu. Mungkin sebentar lagi Ledakan hebat akan terdengar jika api itu sampai ketangki.
Sooyoung kembali menarik-narik sabuk pengaman yang masih setia mengkungkung Chanyeol dalam keadaan terbalik.
"Tidak!" teriak Sooyoung keras. Dengan kekuatan yang tersisa Chanyeol mencoba menepis tangan gemetar Sooyoung yang masih mencengkram sabuk pengamannya. Membuat Sooyoung tersentak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Of Heullin (COMPLETE)
FanfictionGenre : Romance, mystery. Heullin, kota yang setiap harinya tak pernah cerah dan selalu mendung. Dan seseorang bersembunyi digelapnya kota Heullin. Seseorang yang begitu membenci cahaya. Kota dengan mitos yang terkutuk, dengan salah satu penghuniny...