chapter 5

19K 1.1K 57
                                    

"Pril ke Mall yuk," ajak Devia menyenggol lengan Prilly yang sedang berjalan menuju parkiran.

"Ngapain?" tanya Prilly menoleh Devia malas.

"Kita makan, gue laper," cengir Devia.

"Lo bayar!" ucap Prilly tersenyum menaik turun kan alisnya.

"Yaaah lo mah git---"

"Ya udah jangan." ucap Prilly memotong ucapan Devia karena sudah di pastikan sahabatnya itu akan menolak membayar makanan mereka nanti.

"Iya, gue bayarin," ucap Nio, membuat senyum Prilly mengembang sedangkan Devia menatap tak percaya ke arah kekasihnya yang tengah asik merangkulnya.

"Kok?"

"Dari pada mereka nggak ikut, terus kamunya juga nggak jadi pergi. Nanti siapa yang susah kalau kamu nggak makan? Aku juga 'kan?" jelas Nio panjang lebar.

Devia mengerjapkan matanya takjub.

“Subhanallah mimpi apa gue dapet pangeran sempurna begini!" gumam Devia mulai ngelantur.

"Lebay!" serentak Arka dan Prilly menjitak kepala Devia.

"Sayaaaaang sakit," rengek Devia mengadu ke Nio yang hanya tersenyum mengusapkan kepala Devia karena ia tau kepala kekasihnya itu tak sakit.

"Adeeeeh mulai deh, kita duluan aja deh Ka. Susah kalau udah jadi obat nyamuk," Prilly menarik tangan Arka menjauhi sepasang kekasih yang bisa membuat siapa saja ingin berada diposisi mereka.

"iri bilang aja wleeek," Devia menjulurkan lidahnya ke arah Prilly yang menoleh karena mendengar ucapannya.

Tak ingin menanggapi ucapan Devia, Prilly memilih langsung pergi bersama Arka menggunakan motor Arka. Keduanya berlalu meninggalkan Nio dan Devia yang mengerutu tak jelas.

"Udah minta bayarin, main tinggal lagi." gerutu Devia sambil masuk ke dalam mobil kekasihnya.

Nio yang melihat tingkah kekasihnya itu hanya tertawa kecil tanpa berniat menanggapinya.

Tak sampai lima belas menit mobil Nio sudah terparkir rapi di parkiran Mall. Sepasang kekasih itu langsung menuju tempat biasa mereka makan, disana sudah ada Prilly dan Arka yang terlihat sedang memesan makanan.

"Bagus. Main tinggal aja lu bedua." sungut Devia menghempaskan pantatnya di kursi samping Prilly.

"Lu ngomong Pril?" ujar Arka menoleh ke arah Prilly.

"Kagak, gue kira elu yang ngomong." balas Prilly.

"Lah terus siapa dong?" tanya Arka konyol semakin membuat Devia seperti kebakaran jenggot.

"Kalian nggak lucu." ketus Devia membuat kedua orang yang begitu menyebalkan itu melepaskan tawa mereka.

"Lucu banget 'kan Ka?" seru Prilly masih dengan tawanya.

"Banget Pril." balas Arka semakin terbahak melihat wajah kesal Devia.

"Sayang kita pulang." Devia berdiri bersiap menarik tangan Nio yang hanya tertawa kecil sedari tadi.

"Eh eh, gitu aja ngambek lu. Kayak nggak kenal kita aja." seru Arka menghentikan tawanya.

"Jangan rayu gue." ketus Devia benar-benar terlihat kesal dengan tingkah sahabatnya.

"Iya kagak ngerayu kok. Udah ya dedek cantik kita duduk, pesan tu makanan." rayu Prilly yang memilih mengalah dari pada Devia pulang dan makanannya tak jadi dibayar oleh Nio.

Dengan wajah jutek Devia menyebutkan pesanannya dan juga pesanan Nio. Tak ada yang bersuara selama menunggu makanan mereka, semuanya sibuk memainkan handphone mereka. Sampai makanan datang pun mereka tetap sibuk dengan kegiatan masing-masing.

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang