Chapter 18

17K 1K 132
                                    

"Kak?" panggil Tia menoleh kearah Prilly yang berbaring disampingnya.

"Ya," sahut Prilly mengalihkan pandangannya dari handphone.

"Orang tua Kakak kemana?" tanya Tia karena sejak mereka datang Tia tak melihat orangtua Prilly.

"Mama lagi keluar mungkin, kalau Papa belom pulang kerja. Kenapa?" jawab Prilly balik bertanya.

"Kalau Tia liat orangtua kakak. Tia jadi kayak ngeliat Mama sama Papa Kak," cerita Tia. Ia beringsut mendekatkan tubuhnya ke Prilly.

"Jangan sedih Sayang, sekarang Tia udah nggak kesepian lagi. Mama sama Papa Tia 'kan udah bahagia di sana. Kalau Tia sedih, kasian Mama sama Papa, mereka pasti ikut sedih liat princes mereka nangis." Prilly menarik tubuh Tia untuk dipeluknya.

"Tia kangen pelukan Mama Kak," suara Tia terdengar bergetar.

"Tia boleh kok peluk Mama Kakak,"

"Tapi----"

"Nggak papa kok, Tia boleh anggep Mama sama Papa Kakak kayak orangtua Tia sendiri,"

"Tia peluk Kakak aja," sahut Tia mengeratkan pelukannya ditubuh Prilly.

Tia, selalu berusaha tampil ceria didepan Ali agar abang tampannya itu tak ikut bersedih karenanya. Tia tau Ali sama terpukulnya seperti dirinya saat harus ditinggalkan kedua orangtua mereka, apalagi Ali yang harus memikul tanggung jawab yang begitu besar.

Tia tau Ali selalu merenung saat melihat Tia yang menangis, karena hal itu Tia berusaha untuk selalu terlihat ceria agar Ali percaya saat ini Tia sudah bisa bangkit dari keterpurukan. Memang sudah, Tapi ia tak bisa menolak saat rasa rindu itu sudah menggunung.

Ceria di depan Ali tapi tidak di depan Prilly. Saat sudah berdua dengan Prilly seperti ini Tia akan berubah seperti anak SD, bercerita apapun dengan begitu polosnya, menumpahkan kesedihannya didekapan Prilly tanpa orang lain tau.

"Sayang," panggilan disertai bunyi pintu terbuka terdengar.

"Eh Mama?" sapa Prilly melihat mamanya masuk kekamar masih dengan stelan rapi.

"Itu siapa?" tanya Ratna menunjuk kearah Tia yang menyusupkan wajahnya dalam pelukan Prilly, agar tak ada yang tau ia sedang menangis.

"Tia Ma," jawab Prilly mengelus lembut rambut Tia.

"Ooh Tia. Kenapa?" tanya Ratna sedikit heran dengan Tia yang tak menoleh kearahnya.

"Lagi cerita, sedih dia," jawab Prilly tersenyuk meyakinkan.

"Oh, ya udah. Mama cuman mau liat kamu. Kalau gitu Mama kekamar dulu,"

"Iya Ma,"

"Kalian udah makan?" Ratna membalik tubuhnya kembali saat sudah hampir sampai diambang pintu.

"Udah Ma, Mama udah?" sahut Prilly balik bertanya.

"Udah, ya udah Mama mau ke kamar dulu," Prilly mengangguk. Terdengar pintu tertutup pertanda mama Prilly sudah keluar, kepala Tia mendongak melihat wajah Prilly.

"Udah, jangan nangis lagi," Prilly menghapus air mata Tia.

"Kak?" panggil Tia menatap lekat wajah Prilly.

"Ya?" sahut Prilly menaikan alisnya sebelah.

"Makasih, makasih udah hadir dihidup Tia sama Abang. Makasih udah mau ngasi perhatian Kakak buat Tia sama Abang, makasih udah jadi pelindung Tia, makasih udah---"

"Ssstttt Kakak sayang sama Tia, sayang juga sama Abang. Jadi jangan pernah bilang makasih ke Kakak ya,"

Gadis cantik itu terlihat begitu bersyukur dengan kehadiran Prilly didalam kehidupan mereka. Mendapat kasih sayang yang begitu tulus membuatnya sangat bahagia apa lagi dengan kehadiran Prilly ia bisa melihat Ali tertawa bahagia. Hal yang jarang ia lihat selama ini.

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang