Chapter 11

16.8K 1K 48
                                    

Nomor yang anda tuju tidak menjawab coba lah beberapa saat lagi

Kembali Ali mendengar suara operator yang menjawab panggilannya kepada Prilly. Tadi saat Prilly meninggalkan rumahnya Ali tak bisa mengejar karena tak tega meninggalkan Tia yang sedang berada di kamarnya sendirian.

Akhirnya Ali menghampiri Tia dan meminta adiknya itu bercerita. Tia pun menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupinya sedikit pun. Ali sadar semuanya bukan salah Prilly tapi salah gadis yang Tia bilang sebagai kakak kelasnya itu. Ali heran kenapa gadis itu menyerang adiknya padahal seperti yang Tia ceritakan gadis itu tak memiliki hubungan apapun dengan Arka tapi berani menyerang Tia, memalukan.

Ali terus menghubungi Prilly. Ia ingin meminta maaf atas perlakuannya tadi yang sampai membuat Prilly ikut emosi.

Ingin menghampiri Prilly di rumahnya Ali tak bisa karena tadi ia di telpon oleh sekretarisnya yang mengatakan ada rapat. Setelah rapat Ali tetap tak bisa keluar kantor karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan. Tapi sepertinya percuma Ali bertahan di kantor.

Tubuhnya memang duduk di kursi kebesarannya tapi pikirannya melayang ketempat lain, tepatnya melayang ke hal-hal tentang Prilly.

Di lain tempat Prilly hanya diam dikamarnya tanpa melakukan apapun. Ia hanya berbaring tak ingin sama sekali menyentuh handphone-nya yang terus berdering minta disentuh. Prilly tau siapa orang yang menghubunginya dan ia tak berniat sama sekali untuk menerima panggilan itu. Ia tak ingin emosinya meledak tak terkontrol.

Merasa bosan Prilly keluar kamar menuju halaman tempat ia bermain basket yang dibuat khusus oleh papanya untuk Prilly bermain bersama sahabatnya. Prilly mulai memainkan bola kesayangannya. Beberapa kali melempar bolanya ke sembarang tempat untuk meluapkan emosinya.

'Lo abis di tangan gue menor' gumam Prilly. Matanya menyalang penuh emosi. Ia begitu dendam dengan gadis yang menyerang Tia tadi. Gadis itu sudah membuat Tia meneteskan air matanya dan yang lebih membuatnya emosi karena ulah gadis tak tau diri itu Prilly harus mendapat masalah dengan Ali dan menerima amukan kekasih tampannya itu.

Ingatan Prilly kembali saat ia menanyakan soal pekerjaan Ali saat mereka duduk berdua di ruang tengah rumahnya waktu itu.

"Kamu kerja?"

"Li," panggil Prilly saat merasa pertanyaannya tak dijawab oleh Ali. Ia membuka matanya. Mendongak ke arah Ali yang ternyata sedang menatapnya dalam diam.

"Kamu udah sholat?" Prilly tersenyum kecil mendengar pertanyaan Ali. Ia kembali menyandarkan kepalanya di dada Ali. Ia tau sekarang Ali berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

"Udah berapa lama Li?" tanya Prilly kembali tanpa menghiraukan pertanyaan Ali tadi.

"Kita sholat bareng yuk. Aku belum sholat soalnya," kembali Ali mengucapkan kata yang jauh dari topik pembicaraan Prilly. Hal itu semakin membuat Prilly tersenyum.

"Di perusahaan apa Li?" Prilly kembali mengajukan pertanyaan dengan suara tenangnya.

"Kita nyamperin Tia yuk. Ajak dia sholat bareng," Ali mengangkat kepala Prilly dari dadanya dengan lembut. Ia bersiap berdiri.

"Aku siapa Li?" pertanyaan Prilly menghentikan gerakan Ali yang sudah berniat memanggil Tia untuk mengajak adiknya itu sholat bersama.

"Kamu? Ya Prilly pacar aku," jawab Ali menampilkan senyumnya. Menunduk melihat wajah Prilly yang mendongak ke arahnya.

"Aku nggak pantes ya tau semua tentang kamu? Kita emang baru kenal tapi kenapa nggak jujur?" Prilly mengalihkan pandangannya kearah lain tapi Ali tau mata Prilly memancarkan kekecewaan.

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang