September 9
Tak kusangka adikku mengingat bahwa hari ini aku berulang tahun. Aku mengetahuinya dari sebuah bingkisan berwarna emas yang tergeletak di meja belajarku pagi ini. Lengkap dengan sebuah memo yang menampilkan namanya.
『Happy Birthday Kak Danzei』
〜 Leo 〜
Aku hanya tersenyum mengambil selembar kartu ucapan yang diletakkan diatas sebuah kotak kado, membayangkan sifatnya yang selalu jahil terhadapku. Perlahan kubuka kotak itu penasaran dengan apa yang dia berikan. Entah darimana dia bisa mendapatkan uang untuk membeli kado sementara kami hanyalah anak SMA yang masih bergantung pada paman sebagai ayah kami.
Sebuah buku bercover tebal dengan ukiran-ukiran sebagai hiasannya. Desainnya tampak kuno walau kertasnya masih terlihat baru. Yang lebih mengejutkan lagi, tidak ada satupun tulisan di buku itu. Semua kosong setelah kupastikan berkali-kali aku membuka setiap lembarannya. awalnya kukira ini sebuah karya sastra tapi setelah kupikir-pikir mungkin ini sebuah buku diary atau semacam jurnal.
Aku bergegas keluar menuju sebuah pintu yang berseberangan dengan kamarku dan mengetuknya.
Setelah beberapa kali mengetuk akhirnya pintu itu terbuka dan seorang remaja laki-laki berambut cokelat gelap menyambutku dengan seringai lebar.
"Kau suka kadonya?" Tanyanya langsung."Oh.. Thanks.. Aku menyukainya, tapi darimana kau mendapatkan uang untuk membeli barang semacam itu?"
Tanyaku tanpa basa-basi lagi.Dia tak langsung menjawab, terlihat agak bingung sambil menggaruk kepalanya. Mungkin dia sedang menyembunyikan sesuatu.
"Aku tidak membelinya."
Aku terkejut, sekelebat terlintas pikiran bahwa dia mengambilnya dari orang lain. "Seseorang memberikannya padaku kemarin malam. Dia bilang aku bisa melihat mimpi jika menulis di buku itu." Lanjutnya membuatku sedikit lega."Seseorang yang tak kau kenal memberimu barang antik.. Hey, sudah berapa kali kubilang jangan sembarangan percaya pada orang asing."
"Tapi kurasa tidak apa-apa, itu hanya sebuah buku. Sebuah buku tidak akan menyakitimu kakak." Celotehnya membela diri. "Lagipula kau kan suka menulis jadi aku berpikir kalau sebaiknya aku memberikan buku itu padamu mungkin akan lebih berguna." Dia kembali tersenyum lebar, merasa sangat bangga dengan pemikirannya.
Dengan sedikit kesal aku hanya menghela napas panjang dan membalik badan kembali ke kamarku.
♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢
Kutarik mantelku lebih erat, entah kenapa udara malam ini terasa sangat dingin meski ini masih musim panas. Sepi sekali sejauh ku berjalan menyusuri jalanan kota yang remang-remang. Hanya suara lolongan anjing yang terdengar dari kejauhan, seakan memeberitahukan bahwa malam ini begitu tenang namun menghanyutkan.
Kabut tebal menyelimuti sudut-sudut jalanan hingga pandanganku mengabur. Semakin kupercepat langkahku, menyadari perjalanan ini seperti tanpa akhir. Aku hampir tak bisa mengingat dimana tempat tinggalku. Bahkan aku tidak tahu lagi tujuan perjalanan malam ini. Hingga di sebuah persimpangan kecil yang sepi kuhentikan langkahku ketika ada seseorang tengah berdiri sendirian disana. Berjubah hitam hingga kaki, berambut agak panjang terurai. Mata emasnya bercahaya tertimpa lampu jalan, tajam menatap kearahku. Entah benar atau tidak, tak begitu jelas kulihat dia menyeringai dan berbicara padaku, "Kau bisa mewujudkan impianmu.. Danzei."
Dia menyebutkan namaku.
"Kau tahu namaku? Siapa kau?"
Aku mendengar suaraku bergetar bersamaan dengan tubuhku yang juga gemetar merasakan kejanggalan ini."Blackveys Enriel Verdanzei.." Dia bahkan tahu nama lengkapku. Membuatku semakin penasaran. "Aku bisa merasakan mimpimu.."
Setelah mengatakannya sosok itu pun bergerak mundur dan menghilang dalam kabut. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah tak terlihat oleh pandanganku. Siapa orang itu, kenapa dia tahu namaku, bahkan apa yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan itu
Bunyi gemericik air yang semakin lama semakin berisik. Semakin jelas aku mendengarnya, serta rasa dingin semakin membalut kakiku. Ketika aku mulai sadar dan membuka mata, keadaan kamarku begitu gelap dan jendela masih terbuka hingga suara hujan di luar begitu jelas.
Aku bangun dari tempat tidur untuk menutup jendela dan menyalakan lampu. Rasa kantukku rasanya menghilang begitu saja ketika aku bergegas kembali ke tempat tidur.
Dan yang kulakukan sekarang malah membuka kembali buku antik pemberian Leo. Sekarang aku memperhatikan detail ukiran yang sebelumnya luput dari penglihatan sambil merasakannya di ujung jemariku. Warna hijau tua berdampingan dengan warna emas yang begitu elegan. Entah siapa yang membuatnya tapi ini begitu indah. Kurasa aku harus memberi sesuatu sebagai tanda terimakasihku pada Leo.
Halaman pertama memang kosong. Aku menatapnya seakan melihat sesuatu di dalam warna putih cream polos itu. Memang ada sesuatu di sana. Sesuatu yang menarik hasrat menulisku untuk segera dicurahkan.
❣Di sebuah negeri yang jauh bernama Erion tinggallah seorang pangeran muda yang baik hati. Prince Rhieth Rheagen Verdanzei. Dialah pewaris tahta kerajaan yang sebentar lagi akan mendapatkan gelar King. Namun ia harus melalui ujian untuk membuktikan dia King yang pantas memimpin kerajaannya.❣
Aku tidak ingat berapa lama aku duduk di meja belajarku dan melewatkan waktu tidurku untuk menulis cerita fiksi. Kulirik jam dinding yang menunjukkan pukul 02.35 pagi. Dan rasa kantuk itu kembali menyerang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Diary
FantastikHey, do you feel happy if your dreams come true? Author : IvoriNoir (Rii) Genre : fantasy Rating : PG13 Language : Bahasa Indonesia Ini cerita yang kubuat sejak saya SMA tapi belum ditulis juga..