13.

277 49 4
                                    

(a/n : itu london eye, tapi gapapalah untuk menambah feels

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(a/n : itu london eye, tapi gapapalah untuk menambah feels.)


Satu kata pertama : ramai.

Sangat, sangat ramai. Mulai dari anak-anak, pasangan muda, remaja, sampai sekeluarga datang kesini. Memang tak sering diadakan acara seperti ini di kota pelajar seperti Cambridge, jadi bisa juga dijadikan sebagai penghilang penat.

Untuk mencari tempat parkir saja tadi lumayan sulit, untung Ren punya caranya sendiri. 'Tempat kosong selalu tempat paling jauh di parkiran', katanya. Dan memang benar.

Jadi sekarang mereka berempat berjalan menuju ferris wheel, melewati kerumunan orang yang memenuhi jalanan. Ada yang memainkan wahana yang lain yang sudah tidak Michelle hafal namanya, gadis itu bahkan lupa kapan terakhir kali dia datang ke tempat seperti ini.

"Ramai sekali, ya," Ren melihat ke sekelilingnya. Dia dan Dylan memakai masker, penyamaran. Tentunya akan repot kalau mereka sampai dikerubungi disini.
"Yah, ini pertama kalinya aku ke Cambridge. Lumayan juga," Dylan ikut berkomentar.
"Kau asalnya darimana, Dylan?" Michelle bertanya. Dia memang tahu kalau Dylan artis, tapi saking tidak 'kekinian'-nya dirinya, sosok Dylan tampak biasa saja di matanya.
"Aku lahir di New York. Umurku sekarang dua puluh satu tahun," Dylan bercerita, dan Michelle mengangguk. Kalau Ren, tidak perlu ditanyakan. Michelle sudah tahu.

"Lah, kalau aku tidak ditanya?" Ren iseng bertanya, dan Michelle menggeleng, "Aku sudah tahu," Dia membalas sambil memeleletkan lidahnya, dan Ren yang berjalan di depannya berbalik dan mengacak-acak rambutnya. Michelle tentunya akan kesal jika ada yang mengacak-acak rambutnya, tapi berhubung ini Ren, dia hanya tertawa kemudian membenarkan rambutnya. Louis hanya geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya.

Mereka lalu tiba di tempat pertemuan mereka, tepat di bawah ferris wheel yang sangat besar itu. Michelle melihat keadaan di sekitarnya, sambil tersenyum-senyum.

"Zayn!" Louis berteriak memanggil orang pertama yang dia lihat, dan Zayn menoleh. Pria itu bersama Selena, dan keduanya berjalan mendekat ke arah mereka.

Dylan meremas lengan Ren dengan erat, dan Ren menenangkannya dengan tepukan di punggung. Dylan tahu ini akan jadi masalah pertama saat dia bertemu Selena, karena keduanya sama-sama membawa memori itu, seperti cerita Harry. Dan Dylan menunggu reaksi Selena.

Tapi dia tidak tahu Zayn dan Selena adalah sepasang kekasih.

"Bambii! Selenerr!" Michelle menyapa keduanya dengan semangat, dan keduanya melambai. Ren dan Dylan berdiri di samping Michelle, berusaha bersikap senormal mungkin.

Selena tahu bahwa Ren Kingsley dan Dylan O'Brien akan ikut dalam rekreasi mereka malam ini. Harry sudah memberitahunya. Dan Selena sudah menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Pedro punya tempat spesial dalam ingatannya.

"Hai, Michie!" Selena balas menyapanya dengan hangat, dan Michelle segera memperkenalkan dua orang yang ada di sampingnya.

"Um, Sel, jangan kaget, kita kedatangan tamu." Michelle menaruh jari telunjuknya di depan bibir, dan Selena mengangguk cepat.
"Harry sudah memberitahuku. Salam kenal, Ren, Dylan." Gadis itu menatap dua orang itu satu persatu, dan Ren mengangguk sopan, melepas maskernya sementara, tersenyum, kemudian memasangnya lagi. Sedangkan Dylan, masih mematung.
"Senang bertemu kalian secara langsung, Ren dan Dylan," Zayn juga menyapa keduanya dengan sopan, dan Ren mengangguk, begitu pula Dylan yang tersadar dari lamunannya. Selena menyadari itu, dan dengan cepat bertindak.

"Ah, sebaiknya kita cari yang lainnya." Ujar gadis itu.

Zayn lalu membicarakan sesuatu dengan Louis dan Michelle, biasalah, ketika tiga orang sahabat bertemu. Dan Selena mengambil kesempatan itu untuk menyikut Dylan.

"Harry sudah cerita. Hai, Pedro, Arthur." Selena tersenyum kecil, lalu terkekeh. Di balik mantel abu-abu yang dikenakannya, dia tampak sangat mungil dan Dylan menahan dirinya untuk memeluk gadis itu.
"Hai, Mavey. Banyak yang harus dibicarakan." Ren mengambil alih percakapan, sambil mereka mengekor tiga serangkai yang berjalan di depan mereka.
"Aku tahu. Tapi kita harus berpura-pura tidak saling mengenal. Tuan Putri tidak mengingat siapa kita." Selena tersenyum, lalu melangkah maju dan berjalan di samping Zayn, bersikap seperti biasa.

Dylan menghela nafas panjang di balik masker hitamnya.
"Bro, tenanglah," Ren berusaha menenangkannya, dan Dylan mengangguk.
"Aku tahu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tak lama setelah itu, mereka bertemu dengan Harry dan Cara yang sudah mengambil kupon untuk menaiki ferris wheel, sesuai dengan jumlah mereka agar tidak bertele-tele. Dylan dan Ren sama-sama tidak yakin bahwa Cara adalah reinkarnasi dari sosok Lizbeth. Dia jauh lebih dingin dari Liz yang dulu. Harry memang sudah memberitahu kalau Cara juga membawa memori itu, tapi gadis berambut pirang itu hanya menatap mereka dengan tajam saat diperkenalkan. Ren dan Dylan memutuskan bahwa itu kode bahwa mereka akan berbicara nanti.

Dan masalahnya sekarang, satu ferris wheel hanya bisa dinaiki empat orang, dan jumlah total mereka adalah delapan orang, jadi pasti dibagi menjadi empat orang. Kebetulan sekali jumlah perempuan lebih sedikit dari laki-laki.

"Aku pastinya dengan Louis." Michelle mengambil keputusan sambil mengantri. Zayn pasti dengan Selena, dan dia tidak ingin memisahkan keduanya. Biarkan ini menjadi kesempatan juga untuk Zayn.
"Aku dengan Zayn saja," Selena menyahut.
"Mana-mana." Cara berkomentar dingin.

Mereka saling bertatapan satu sama lain, sampai akhirnya Ren tertawa.

"Begini saja, aku dengan Dylan, plus Harry dan Cara. Kalian berempat." Ren mengambil keputusan, dan semuanya terdiam, kemudian mengangguk setuju. Selena mengerti kode tidak langsung dari Ren, dan dengan segera setuju.

Giliran mereka tiba, grup Michelle naik duluan.

Sementara menunggu kapsul berikutnya, empat orang yang membawa memori itu memulai perbincangan.

"Senang bertemu kalian berdua, tikus-tikus nakal." Cara, untuk pertama kalinya sejak Harry bertemu dengannya, kali ini tersenyum. Seperti, benar-benar tersenyum.

Dylan dan Ren langsung lega.

"Aku rindu padamu, Liz." Dylan menatapnya dengan sendu, dan Cara tertawa.
"Ya Tuhan, Dylan, hentikan."

Seperti dulu, Dylan alias Pedro seperti anak kecil jahil nan polos yang selalu dirawat oleh kakak perempuannya,Cara alias Lizbeth, dan Ren atau Arthur akan mengawasi mereka sambil tersenyum. Trio Komplit.

Harry merasa terbuang.

"Kita akan bahas semuanya di dalam kapsul, waktunya akan muat." Ren berujar, saat giliran mereka tiba. Ekspresinya menjadi serius.

"Ini bisa saja bukan hanya kebetulan belaka."

__________________________

oke namanya diubah jadi 'Chasing Summer' karena menurut gue judul yang itu lebih kena. sinopsisnya juga diganti. gitu deh. heheheh.

Chasing Summer [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang