Setiap langkah menapak tanah bumi melukiskan sebuah cerita. Menambah setiap peristiwa yg dilalui,ditambah kenangan yg memudar habis ditelan waktu. Seperti halnya seorang pemuda bersurai hitam kelam menelusuri jalan sepi pelajan kaki,tergontai dengan tatapan sendu. Sangat berantakan,kantung panda samar-samar tercetak dibawah mata sipitnya. Mengabaikan seseorang yg berada dibelakangnya sedang mengikuti kemanapun arahnya pergi.
Jengah batinnya membuat langkah kakinya terhenti,begitu pula seseorang dibelakang mengikuti.
"Pergilah"
"Tidak,sebelum kau ikut denganku Soon"
Namanya Soonyoung yg mendapatkan banyak masalah dalan hidupnya, dan seorang teman yg selalu ada dibelakang hanya untuk melindungi.
"Kumohon Ji" ia memohon tanpa mau bertatap muka
"Aku muak seperti ini terus" lanjut Soonyoung
"Aku akan selalu ada untukmu Soon, jika kau pergi aku akan selalu bersamamu"
Tahukah kau Soon,aku begitu menyayangimu lebih dari seorang teman-batinnya berkata
Tanpa membalas Soonyoung kembali menapakkan kakinya membuat jejak baru disetiap detiknya. Mengabaikan Jihoon temannya yg terhenyak saat ia pergi.
Flashback
"Hey baby Wonu" Soonyoung mengusap lembut surai seseorang bernama Wonwoo,kekasihnya. Namun tangan itu tertepis halus menolak sentuhan sayang dari Soonyoung
"Ada apa?" Tanya Soonyoung merasa heran
"Bisakah kita mengakhiri hubungan ini?"
Soonyoung masih tidak bisa mencerna dengan jelas apa yg kekasihnya ucapkan
"Ta-tapi kenapa?" Wonwoo menunduk air matanya mulai menetes
"Hey jangan menangis,tatap aku" Soonyoung mengangkat dagu Wonwoo dan mengusap bulir air mata dengan ibu jarinya
"Katakan kenapa alasannya"
Soonyoung tentu mencoba tegar dengan tetap tersenyum saat kekasihnya meminta mengakhiri hubungan mereka
"Aku tak bisa melanjutkannya... maafkan aku Youngie hiks.. a-aku telah dijodohkan dan minggu depan aku akan bertunangan"
Seperti terhantam kerikil kecil namun dalam diulu hati membuat Soonyoung tertawa miris
"Setelah 4 tahun kita bersama? Baiklah jika itu maumu. Gomawo" Soonyoung tersenyum lalu mengecup singkat dahi Wonwoo sebelum pergi dan meninggalkan mantan kekasihnya menangis tersedu.
Dan setelah peristiwa itu terjadi Soonyoung lebih suka menyendiri,menjauhi semua orang termasuk teman kecilnya,Lee Jihoon.
Flashback Off
Malam menjemput pagi,menyapa Jihoon dengan mengetuk kedua kelopak matanya saat cahaya masuk diantara helai tirai jendelanya.
Semalam ia kehilangan jejak Soonyoung dan memutuskan untuk pulang. Ia sudah tahu sifat dari anak itu,jika disentuh ia akan pergi jika kau biarkan cepat lambat ia akan kembali dalam pelukanmu. Seperti itu kira-kira pemikiran Jihoon mengenai teman kecilnya.
Pria mungil itu duduk ditepi ranjang sebelum beranjak dan menyibak tirainya. Entah kebetulan atau hanya bayangannya saja,saat ini ia melihat Soonyoung tertidur di taman belakang rumahnya. Kamar Jihoon memang menghadap langsung ke penjuru taman.
Dengan hati berdesir serta jantung berpacu cepat ia menuruni tangga dengan bersemangat sampai tidak sengaja ia terjatuh. Memar sedikit memberikan ringisan dalam bibir mungilnya namun ia tak menyerah,kaki terpincang membawanya keseseorang diluar sana yg sedang tertidur dengan amat pulas.
"Yak kwon!"
"Bangun!" Jihoon menampakkan deretan gigi putih rapinya saat mata sipit Soonyoung terbuka perlahan
"Good morning pendek" suara serak Soonyoung menggema diantara kedua pendengaran Jihoon.
"Tidak terlalu pendek asal kau tahu" Soonyoung tersenyum dan melihat ada yg janggal
"Tunggu kenapa lututmu?" Jihoon menunduk kebawah melihat lututnya yg memar,akibat ia terjatuh dari tangga.
"Hanya terjatuh"
"Apa kau bilang? Kapan kau jatuh?" Soonyoung berdiri lalu membawa Jihoon duduk sedangkan ia bertumpu pada lutut untuk dapat melihat luka memar Jihoon
"Baru saja saat aku berlari menuruni tangga"
Soonyoung membolakan matanya
"Untuk apa kau berlari huh?"
Entah mengapa Jihoon semakin sebal dibuatnya
"Untuk membangunkanmu tentu saja"
"Yak! Apa kau bodoh?"
"Ya benar aku bodoh"-bodoh karena terlalu mencintaimu. Jihoon berdiri lalu berjalan melewati Soonyoung dengan langkah terpincang
"Hey kau mau kemana?!..." tak ada jawaban
"Lee Jihoon!" Langkah kaki Jihoon terhenti masih memunggungi Soonyoung
"Bisakah kita berbicara dulu?"
Otak Jihoon berkerja dengan keras,sebuah memori mengingatkannya pada peristiwa kemarin malam. Dimana saat Soonyoung mengabaikannya dan malah meninggalkannya. Ia kesal,marah,dan sedih karena Soonyoung tidak pernah mengerti akan perasaannya.
Jihoon tertunduk melihat memar lututnya tak seberapa dengan rasa sakit yg ia rasakan. Lalu ia berjalan lagi membuat Soonyoung geram.
"Jihoon berhenti atau-"
"ATAU APA?!" sebulir air mata jatuh membasahi pipi Jihoon. Pria mungil itupun berbalik memandang sendu teman kecilnya
"Kemana kau semalan huh?! Kau meninggalkanku begitu saja. Padahal aku juga ingin berbicara sebentar denganmu. Menanyakan apa yg terjadi tapi apa kau mengabaikan ku Soon!"
Soonyoung bungkam mendengar penuturan Jihoon serta wajah terluka teman kecilnya itu.
"Apa kau pernah merasakan bagaimana rasanya diabaikan? Bagaimana sakitnya saat melihat seorang yg kau cintai selalu berbahagia dengan pria lain huh?"
Soonyoung menyerngit tak mengerti
"Apa maksudmu Ji?"
Sadar akan ucapannya yg terlewat batas membuat Jihoon mengusap dengan kasar air matanya dan berbalik.
"Tidak,lupakan saja. Pulanglah kemarin bibi mencarimu" kemudian Jihoon memasuki rumahnya mengabaikan Soonyoung yg masih berada diluar.
Tidak bisakah kau tahu aku mencintaimu Kwon Soonyoung? Hiks...
Hari itu terulang kembali Jihoon merasakan sakit saat harus menerima kenyataan bahwa teman kecilnya sama sekali tak memiliki perasaan yg sama yg ia miliki. Hanya ketabahan hati yg bisa ia jalani saat ini,mungkin hanya satu yg masih bisa Jihoon syukuri yaitu tetap berada disamping Soonyoung membuatnya tetap merasa bahagia walaupun cintanya tak terbalas.
*END*
Soonyoung kapan peka? XD