Part 02

123 6 0
                                    

Akhirnya nyampe kamar tercinta,setelah adu mulut dengan kedua orangtuaku dibawah tadi. Ya aku tahu bagaimanapun mereka pasti sangat mengkhawatirkan aku,tapi ya gimana lagi. Mereka hanya bisa menghela nafas dengan sikap keras kepalaku ini.

Menjadi anak tunggal yang terbiasa dimanja dan selalu dituruti keinginannya membuat sifat itu seperti mengalir bersama darah dan nadi serta nafasku.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian,aku langsung dikejutkan oleh ponselku. Bukan karena nada deringnya,melainkan suara angkuh disebrang telepon setelah sedetik aku mengangkatnya. Seharusnya aku tak sembarangan menerima telepon dari nomor tidak dikenal,ya tapi nasi udah mejadi bubur mau gimana lagi. Mau ditutup juga emangnya aku mau dipecat.

Aku tambah terbelalak tatkala si boss angkuhku dengan nada baritonnya memintaku untuk menyiapkan proposal untuk besok meeting bersama klien diluar kota,dan sialnya aku diwajibkan ikut. Yah akupun terpaksa mengiyakan perintahnya. Apa ada cara lain supaya aku tidak ikut dan tidak dipecat? Rasanya mustahil deh.
                     
                        ***

Paginya setelah sampai kantor,aku disambut dengan wajah dingin dan datar milik Evan,ya rasanya tidak sopan juga menyebutnya boss angkuh. Kalau dia dengar bisa berabe,dan aku gak mau hal buruk menimpaku.

Tanpa basa basi dia menyuruhku untuk mengikutinya menuju parkiran tempat mobilnya diparkir. Kami akan menggunakan mobilnya,karna tahu sendiri sekarang aku menggunakan mobil yang,emm..klasik hehe.

Setibanya diparkiran aku langsung mengikuti Evan masuk mobil dan duduk di kursi penumpang mobil mewahnya.

Setibanya diparkiran aku langsung mengikuti Evan masuk mobil dan duduk di kursi penumpang mobil mewahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan diapun melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan menembus jalanan kota yang agak macet.

Setelah sampai lokasi dan meeting berjalan sesuai harapan kamipun pulang menuju kantor untuk mengambil mobilku. Yah kuakui hari ini melelahkan sekali,belum dengan kemarahan si boss galak.

Sial sekali malah turun hujan lebat dengan petir menyambar nyambar dimana mana. Aku paling takut petir,mom,dad tolong aku. Mana ponselku mati lagi,jadinya aku hanya meringkuk dikursi penumpang sambil memejamkan mata dan menutup telinga berharap hujan dan petir ini segera berakhir.

Sebenarnya mahluk apa disampingku ini,hampir disetiap perjalanan dia hanya fokus dijalan mengacuhkanku seakan aku tidak ada.

Oh sial,apalagi ini. Didepam ada sebuah pohon besar yang menghalangi jalan kami untuk pulang.

"Sepertinya kita harus mencari tempat untuk menginap malam ini sampai bwsok pagi.hujan semakin deras dan tak mungkin kita memindahkan pohon tumbang itu."omongan bosaku langsung menyentakku,bagaimana aku akan mengatakan pada orang tuaku. Ahh ponselku kan mati dan aku tidah bawa carger.

Tanpa mendengar pendapatku Evan langsung memutar balik mobilnya dan berhenti dipinggir jalan,memintaku bertanya pada orang apakah ada penginapan didekat sini.

"Ayolah tidak ada payung disini,kau tega melihatku basah kuyup karna hujan?"rengekku pada Evan.

Dan dengan kediaman dan tatapan membunuhnya aku hanya bisa menghela nafas untuk kemudian turun dari mobil. Aku melihat seseorang dan langaung menanyakan penginapan. Untungnya ada satu didekat sini. Setelah diberi petunjuk kemana arah penginapan itu,aku bergegas kembali ke mobil Evan.
Dia langsung melajukan mobilnya setelah kuberi tahu arah jalannya.

Sesampainya di sebuah penginapan yang seadanya,Evan langsung ke resepsionis untuk check in kamar dan aku menunggu di kursi pojok ruangan itu masih dengan menggigil kedinginan.

"Sepertinya kita akan tidur dikamar yang sama,karna kamar lainnya sudah penuh," ucap Evan dengan nada datarnya saat menghampiriku.

"Ya,tak masalah."ucapku tanpa menyimak ucapannya dengan jelas.

"Apa???"aku terhenyak dari dudukku saat kata-kata Evan sudah bisa kucerna dengan baik. Dia hanya mengedikkan bahu sambil berlalu meninggalkanku menuju kamarnya.

"Hai tunggu," aku mengejarnya dan menghadap padanya,melihat wajahnha yang berkharisma. Astaga aku tak boleh terpikat oleh pesonanya.

"Baiklah kita sekamar,tapi kamu jangan macam macam." ancamku pada Evan yang aku yakini dianggap angin lalu olehnya.

Sepertinya kesialannku akan bertambah. Tuhan cobaan apa lagi ini,lirihku dalam hati sambil mengikuti Evan dari belakang.

Outer Beauty vs. Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang