Part 04

86 6 0
                                    

Evan's pov

Sial,sungguh sial. Kenapa dengan perasaanku ini. Dia sangat jauh berbeda dari gadis gadis yang selalu merayuku. Tak ada kecantikan yang berarti darinya,tapi kenapa?

Kenapa jantungku berpacu dengan cepat dan bisa kurasakan aliran darahku juga berdesir dengan cepat. Apa ada yang salah dengan tubuhku ini? Atau aku sudah gila?

Awalnya terlihat biasa saja,tapi kenapa seharian bersamanya terasa ada yang berbeda?

Ku coba untuk tetap ketus dan cuek padanya supaya perasaan aneh ini menghilang,tapi nyatanya tak ada perubahan yang berarti dengan perasaanku.

Sebenarnya aku tak tega melihat dia menggigil kedinginan seperti itu. Ada dorongan untuk mendekap tubuhnya yang mungil itu kedalam pelukanku.

Tapi egokulah yang menang,aku tak mau mempermalukan diriku yang tiba tiba saja bersikap baik pada bawahanku. Apalagi dengan penampilannya yang seperti itu.

Sebenarnya masih ada beberapa kamar yang kosong,tapi aku sengaja mengambil satu kamar. Mungkin aku sudah gila,tapi hatiku sangat ingin didekatnya.

Melihat dirinya ada didekatku membuat perasaanku nyaman.

Setelah masuk aku sengaja melepas jasku supaya bisa digunakan untuk menghangatkan tubuhnya karena aku tahu dia sangat kedinginan.

Lagi lagi egokulah yang lebih berkuasa atas diriku.

Aku terlalu gengsi untuk menyerahkan langsung jasku padanya. Akhirnya aku hanya menaruhnya diatas tempat tudur.

Karena kamar mandi hanya dibatasi kaca aku tahu mungkin dia akan sungkan untuk mengganti bajunya,makanya aku sengaja mematikan lampu dan pura pura tertidur.

Walau kondisi kamar temaram,aku masih bisa melihat setiap lekuk tubuhnya yang entah mengapa sangat menggiurakan untukku. Membuat sesuatu didalamku terbangun. Aarrggg,aku pasti gila....

Dia keluar kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit tubuhnya. Kupikir dia akan langsung mengambil jasku,tapi nyatanya tidak.

Dia hanya mengambil bantal dan selimut yang ada disampingku. Melilitkan selimut seperti kepompong dan tidur dilantai.

Apa dia sudah gila? Dia menggigil kedinginan dan malah memilih tidur dilantai dari pada disampingku. Diatas tempat tidur yang empuk dan nyaman ini.

Sudahlah aku tak perduli. Ku coba untuk memejamkan mataku berharap mimpi indah akan segera menghampiriku.

Hampir satu jaman aku mencoba untuk tidur dengan memejamkan mataku tapi rasa kantuk tak kunjung menghampiri.

Kuputuskan untuk menghampirinya dan melihat keadaanya. Mungkin dia sudah berada dialam mimpinya.

Dan aku juga berharap dia sudah mendapatkan kehangatannya.

Entah setan apa yang merasukiku. Melihat bibir tipisnya yang tanpa polesan apapun membuatku mendekatkan bibirku ke bibirnya. Hingga deru nafas yang teratur menerpa wajahku,membuatku semakin memberanikan diri untuk melumatnya.

Rasa manis yang mengurai dibibirku kini seolah menjadi candu untukku. Bibirnya yang hangat memberikan sensasi yang memabukkan.

Dan kini aku menginginkannya lagi dan lagi.

Ku angkat tubuhnya keatas tempat tidur dengan hati hati. Membaringkannya,agar aku bisa terus didekatnya.

Mungkin terdengar gila,tapi aku menginginkan gadis nerd disampingku ini menjadi milikku. Hanya untukku.

Tak perduli dengan yang lainnya,karena aku menyukai wangi tubuhnya. Wangi mawar segar yang tak pernah bosan untuk ku hirup.


Outer Beauty vs. Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang