Part 09

53 4 0
                                    

Setelah kejadian tak mengenakkan beberapa hari yang lalu dimana atasanku,orang yang terakhir kali ingin kulihat wajahnya saat ini mencuri ciuman pertamaku. Hubunganku semakin canggung dengannya.

Sekarang dia tidak membuat ulah lagi denganku,dan aku perlu bersyukur untuk itu. Pekerjaanku juga sekarang sudah jauh lebih jelas,sejelas-jelasnya yaitu sekertaris bukan pelayan si boss angkuh lagi.

Pak Evan juga jadi tambah irit bicara, tidak seperti biasanya yang cerewetnya minta ampun. Tapi jangan salah sangka dulu,cerewetnya pak Evan yaitu suka ngomel-ngomel tidak jelas mengenai pekerjaan meski sekecil apapun itu kesalahannya.

Seharusnya aku senang dan tentram dengan keadaan ini,tapi entahlah sepertinya ada yang salah disini. Perasaanku tidak nyaman sama sekali dengan kekakuan yang terjadi,seperti ada yang kurang.

Sadar atau tidak sehari saja tidak mendengar suara pak Evan seperti ada yang kurang. Padahal tau sendiri si boss itu irit bicara kalau tidak penting dan kini tambah berkurang kadar bicaranya. Kalau biasanya mendengar omelannya,sekarang untuk mendapatkan omelannya saja sulit sekali. Padahal kalau dengan karyawan lainnya kuperhatikan baik- baik saja.

Saat aku sedang berkutat dengan berkas laporan untuk pak Evan,aku dikejutkan dengan suara ketukan dimeja kerjaku. Tampak seorang wanita seksi dengan dress berwarna hitam menampakkan belahan payudaranya berdiri didepan meja kerjaku.

 Tampak seorang wanita seksi dengan dress berwarna hitam menampakkan belahan payudaranya berdiri didepan meja kerjaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa my sweetheart Evan nya ada?" tanyanya dengan suara yang diseksi seksikan. Huh,sangat menyebalkan dan membuat mual perutku saja. Pandangan wanita itu menelusuri penampilanku dari wajahku kebawah sampai sejauh matanya bisa memandang. Tampak tatapannya merendahkan dan seolah mencemoohku. Tapi terserah saja aku tidak perduli.

"Emmm,Mr. Evan ada didalam tapi apa anda sudah membuat jan..." belum sempat aku menyelesaikan kalimatku dia malah maen nyelonong aja masuk keruangan Pak Evan. Dasar tidak punya sopan santun. Awas saja kalau sampai aku kena omel pak Evan. Segera aku menyusul wanita itu masuk keruangan si boss.

Baru juga mau bicara,pak Evan sepertinya sudah terlihat menahan amarahnya. Habis aku,siap-siap kena omel deh.

"Kenapa kamu kasih ijin wanita ini masuk Deeva??" baru saja mau ngejelasin,udah kena teguran plus tatapan dingin yang menusuk.

"Maaf pak,wanita ini tiba-tiba saja main masuk aja." belaku.

"My sweety,kenapa kamu ngusir aku? Kamu gak seneng aku kesini? Akukan kangen sama kamu." wanita itu tampak berjalan mendekati si boss dengan tatapan yang...euh,menjijikkan.

"Cukup Brenda,jangan menggangguku lagi. Aku sudah muak denganmu dan keluargamu yang tidak pernah bosan mendekatiku. Jangan dikira aku tidak tahu apa maksut dan tujuanmu mendekatiku. Lagian aku sudah memiliki kekasih." perkataan Evan bukan hanya membuat si Brenda aja yang terkejut,aku juga sama terkejutnya. Pak Evan sudah punya kekasih? Lalu maksut perbuatannya tempo lalu itu apa coba,dasar semua laki-laki sama saja brengsek.

"Hahaha,kekasih?jangan bercanda Evan. Mana kekasihmu kalau kamu memang punya? Pasti kamu cuma mau menggertak aku aja kan supaya menjauh dari kamu. Asal kamu tahu saja,hanya aku yang pantas menjadi kekasihmu dan berada disampingmu. Tidak untuk orang lain." Brenda tampak mengukir senyum sinisnya.

"Dia,dia adalah kekasihku." tunjuk Evan tepat kewajahku,seketika tubuhku menegang dan mataku membelalak mendengar ucapan pak Evan. Apa dia sedang membuat drama kacangan?atau dia sedang mabuk? Maen ngaku-ngaku jadi kekasih aku.

Pandangan Brenda langsung tertuju kepadaku usai Evan mengatakan kebohongannya. Raut wajahnya langsung sinis,tampak sudut bibirnya terangkat menyeringai.

"Wanita cupu dan rendahan ini Evan?" sebelum melanjutkan ucapannya,Brenda menggelengkan kepalanya"kamu pasti hanya sedang bergurau,mana mungkin kamu mau sama cewek norak gak berkelas sama sekali kayak dia." aku tersentak karena ucapan Brenda barusan. Norak? Gak berkelas? Emang kamu gak ngaca apa siapa yang lebih kampungan dan jadi-jadian disini.

Belum juga aku membalas omongan pedas Brenda yang seperti silet itu,aku kembali terpaku.

Tidak ada angin tidak ada hujan,tiba-tiba Evan mendekat kearahku. Bibirku kelu oleh sesuatu yang basah,lagi-lagi Evan mencuri ciumanku. Berawal dari kecupan ringan yang berubah menjadi ciuman penuh hasrat dan gairah yang berkabut. Ciuman penuh tuntutan,seolah-olah tidak akan ada hari esok.

Belum selesai Evan melumat bibirku terdengan suara geraman tertahan dari Brenda. Bisa kulihat dari ekor mataku ia berjalan keluar dan menutup pinta dengan kencang sehingga membuat Evan melepas ciumannya. Kulihat ia menyunggingkan smirk evilnya dan melengos begitu saja ke kursi kebesarannya,tidak memperdulikan aku yang seperti orang idiot ini.

Dia benar-benar menyebalkan. Dengan langkah pasti aku berjalan menuju kearahnya,melewati meja kerjanya dan berdiri tepat disamping kursi kerjanya. Dan tanpa basa-basi lagi aku langsung menampar pipinya dengan sangat keras,sampai telapak tanganku teramat perih kurasakan. Kulihat sudut bibirnya mengeluarkan darah segar,tapi sekarang ini aku sengguh merasa tersinggung dengan perlakuannya. Terlebih lagi didepan wanita jadi-jadian tadi.

Tanpa menghiraukan apapun lagi aku langsung melenggang pergi meninggalkan ruangan Evan. Aku tidak perduli dengan jam kantor yang belum selesai,yang jelas aku harus menjauh untuk menjernihkan emosiku yang sekarang ini sedang meledak.

Seumur hidupku tidak pernah aku diperlakukan dengan sangat rendahan seperti ini. Dan jika sampai orang tuaku tahu,tamatlah riwayatmu Evan Ziggy Saverio.

Tapi tidak,aku tidak akan melibatkan siapapun untuk masalah yang kualami. Aku harus menyelesaikannya sendiri,aku harus membuktikan kalau aku bisa mandiri dan menjaga diriku sendiri.

Outer Beauty vs. Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang