Part 07

52 3 0
                                    

Evan's pov

"Kenapa kemaren absen?Sudah bosan kerja disini?Kalau iya bilang saja nanti saya bisa cari penggantimu."
Shit,kenapa malah kalimat tidak jelas yang ku lontarkan pada gadisku. Ah,gadisku?yang benar saja?

Setelah sehari semalam aku dibuat khawatir olehnya,masih saja egoku tak mau kalah. Untuk mengakui aku benar benar perduli dan khawatir padanya terasa sulit bagiku.

Aku bukan orang yang suka perduli apalagi khawatir terhadap orang lain kecuali diriku sendiri. Pada kedua orang tuakupun,aku tak perduli. Setelah apa yang mereka lakukan, apakah pantas disebut orang tua? Aku meragukan hal itu.

"Maaf pak,kemaren saya sedang sakit dan tidak sempat mengabari bapak."
Ucapnya menyesal.

"Apa??? Emm maksut saya kamu sakit apa? Kok sampai tidak bisa mengabari saya atau staf lain." hampir saja aku keceplosan karna terkejut dengan perkataannya barusan.

"Kemaren lusa saya kecelakaan jadi harus menginap dirumah sakit pak.

Kenapa kemaren aku urungkan niatku untuk menyuruh orang mencari tau alasan ketidak hadirannya dikantor?

"Baiklah kali ini aku tak mempermasalahkannya, tapi lain kali tak ada toleransi lagi. Mengerti? Sekarang kamu boleh kembali ke mejamu!" ucapku tegas. Tak mungkin kutunjukkan kekhawatiranku didepannya,egoku masih menang atas diriku.

"Baik pak," ucapnya sambil berlalu pergi.

Seharian aku mencari-cari alasan untuk menahan Deeva agar tetap berada diruanganku. Mulai dari hal remeh seperti membuatkan kopi atau merapikan berkas berkas yang sengaja aku buat berantakan.

Kekanakan memang,tapi aku menyukainya. Ya walaupun aku tahu Deeva memendam kejengkelannya.
Rasanya sangat menyenangkan ketika melihat wajahnya yang sedang cemberut,apalagi bibirnya yang dimajukan itu. Mengerucut seperti minta untuk dicium,hehe.

*****

Deeva's pov

Huh dasar bos gila,nyebelinnn. Heran aku sama bosku yang songong itu. Udah super duper dingin,arogan,sombong,mau menang sendiri,egois,kejam dan ini ada lagi kekanakan. Tidak tahu sifat apalagi yang dimiliki bos rese itu,yang jelas pasti sangat mengesalkan.

Yang benar saja,masa seharian aku diberi tugas layaknya office girl. Hallo?? aku ini sekertaris bukannya pesuruhnya. Ini sudah lewat jam pulangku tapi aku masih saja menyusun deretan berkas yang nggak  tahu penting apa tidaknya. Apa mungkin dia cuma mau mengerjaiku saja gara gara kemaren absen tanpa seijinnya?

"Setelah selesai tunggu saya dilobi,saya masih ada beberapa berkas yang harus saya periksa!",suara baritonnya yang seksi menggema diruangannya yang cukup luas itu. Eh tapi tunggu dilobi? Maksutnya apa coba. Kalau suah selesai kerjaankukan aku bisa langsung pulang,kenapa masih menunggunya?

"Maksutnya pak?" tak juga menemukan jawaban atas pertanyaannya langsung saja kuutarakan ketidakpahaman dari perkataannya.

Kulihat dia menghela nafas,mungkin karena kelemotanku dalam mencerna ucapannya.

"Setelah saya selesai,saya akan mengantar kamu pulang. Jadi kamu tunggu saja saya dilobi kantor." perkataannya sukses membuatku terkejut. Bagaimana bisa dia mengantarku pulang,bakalan ketahuan dong kalau aku bukan orang susah.

"Tidak usah pak,saya bisa pulang sendiri. Lagian saya akan pergi kesuatu tempat dulu." alasan inilah yang bisa terlintas dipikiranku.

"Baiklah kalau begitu,hati hati dijalan." eh apa barusan si bos songongku memperhatikanku?

"Iya pak,kebetulan ini juga sudah selesai sekalian saya pamit pulang ya pak." untung kerjaan tidak jelasku juga sudah kelar.setelah melihat anggukannya langsung saja aku bergegas keluar dari ruangan yang membuat nafasku serasa sesak itu. 

Gila,kenapa debaran jantungku jadi seperti habis lari maraton ribuan kilo. Cuma gara gara Pak Evan yang menjengkelkan itu. Sepertinya aku juga harus memeriksakan kondisi jantungku pas cek up nanti.

Outer Beauty vs. Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang