"Ali!!!"
Rama tersentak dari tidurnya, napasnya memburu seakan tengah di kejar oleh hal mengerikan. Ia menyapu pandangannya, hingga ia sadari kini dirinya masih di dalam ruangannya.
Sejenak ia menarik napasnya dalam, lalu mengusap wajahnya lelah. Pikirannya melayang tentang mimpi yang baru saja di jelajahinya. Apa arti mimpi itu sebenarnya ? Kata orang, setiap mimpi punya arti ? Lalu jika Rama mempercayai itu, yang ia penasarakan adalah apa arti mimpi itu.
Jika kehilangan Ali, hanya satu tanggapan dari dirinya. Sungguh, demi apa pun juga Rama sangat belum siap kehilangan jagoannya. Bahkan waktu yang mereka miliki belum banyak.
Ia melirik jam dinding yang tergantung di dinding, pukul dua malam. Sejenak ia menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beranjak dari kursinya, yang ia inginkan saat ini adalah menemui Ali.
Ia bersyukur karena tak terganggu oleh jam besuk yang pengecualian untuknya karena dia seorang dokter disini. Jadi Rama bisa kapan pun melihat pangeran muda kerajaannya.
Di bukanya perlahan pintu ruang ICU, terkesan amat pelan agar tak menimbulkan bunyi berderit. Sebelumnya ia telah memakai baju steril yang tersedia. Pandangannya menatap nanar ke tubuh yang masih terbaring lemah tanpa daya di atas ranjang. Rama melangkah khidmat ke arah jagoannya yang sampai detik ini enggan membuka matanyanya. Tidak tahukah dia ? Bahwa banyak yang merindukan mata legam miliknya.
Rama menarik pelan kursi untuk di dudukinya. Sesaat ia melihat tubuh Ali yang berbaring di hadapannya. Bibir merahnya membiru, ada masker oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya. Berbagai macam selang dan kabel dengan berbagai macam ukuran memenuhi tubuhnya. Tapi Rama masih bisa bernafas lega, karena detak jantung Ali masih berdetak.
Ia hanya diam menatap sendu sosok yang biasa bercanda dengannya kini hanya bisa terbaring tanpa daya. Untuk bernapas pun dia di bantu oleh alat. Seketika, Rama rindu mendengar tawa Ali apa lagi mata Ali yang terpejam saat tertawa itu terlihat ... menggemaskan.
Setengah jam sudah ruangan itu hanya terdengar monitor EKG yang masih meyakinkan bahwa Ali masih tinggal di bumi yang sama olehnya. Napasnya pun masih berhembus secara teratur.
Perlahan di raihnya tangan Ali yang begitu dingin dalam genggamannya. Rama menautkan jemarinya di antara jemari lemah milik Ali. Tangan dingin Ali ia bawa ke dalam ciumannya. Di ciumnya cukup lama tangan Ali yang bebas dari infus.
"Kamu masih betah tidur, hmm ?" Lirih Rama membuka suara. Suaranya terdengar sangat miris.
"Marah ya sama Ayah ? Atau sama Bunda ? Maafin Ayah sama Bunda yaa, Ali mau kan maafin Ayah sama Bunda ?"
Pertahannya runtuh saat itu juga, Rama menangis dengan terus menggenggam tangan Ali. Tak peduli akan harga dirinya di depan anaknya yang selalu ribut dengannya itu. Saat ini, ia hanya meluapkan segala yang ia rasakan.
"Atau Ali mau apa, hmm ?" Rama menghapus air matanya kasar. Matanya menatap penuh harap pada Ali.
"Ali mau apa ? Mau games baru lagi ? Ayo kita pergi beli sama - sama, atau sepatu atau baju hmm ? Bilang sama Ayah mau apa," tangan kirinya mengelus pelan kepala Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT TO MEET YOU DAD (END)
FanfictionSEBAGIAN PART PRIVATE "Bunda, Ayah Ali dimana ?" Muhammad Aliakbar Parama Tentang impian seorang laki - laki yang ingin bertemu sang Ayah yang selama ini ia tak tahu kehadirannya. Berusaha sekuat mungkin tak mengindahkan keinginan itu demi sang Bund...