Rama Langit Prakasa

5.8K 341 72
                                    

Saat terindah
Saat bersamamu
Begitu lelapnya
Aku pun terbuai
Sebenernya aku telah berharap
Ku kan memiliki dirimu selamanya

Mengapa waktu begitu kejam memisahkan kita nak ? Apa ini balasan yang Ayah dapatkan karena kesalahan Ayah ? Bahkan kita belum memiliki banyak waktu untuk di habiskan bersama.

Mungkin, ini yang Ayah akan berikan untuk terakhir kalinya untukmu. Dengan ikhlas, Ayah hantarkan kamu dengan lantunan adzan yang keluar dari mulut Ayah sendiri. Kala kamu lahir, memang Ayah tak dapat memberikanmu itu, tapi kini Ayah yang akan memberikannya.

Ali tahu nak ? Hati Ayah bergetar menahan sakit di dada ini. Kenapa kamu begitu cepat pergi ? Kenapa kamu tak mau lebih lama menghabiskan waktu bersama Ayah ? Bukankah masih banyak hal yang ingin kita kerjakan bersama.

Saat - saat bersama kamu adalah saat terindah bagi hidup Ayah nak, Ayah sangat terbuai dengan segala kebersamaan kita. Sangat Ayah harapkan kita bisa selamanya bersama, sampai nanti Ayah melepasmu untuk menjadi imam bagi istrimu nanti. Tapi ternyata Tuhan tak mengizinkan itu. Tak apa nak ...

Tawa mu, senyum kamu, suara kamu, masih tertinggal di ingatan Ayah nak. Bagaimana manjanya kamu, jahilnya kamu ... Ayah masih ingat betul, dan akan selalu Ayah kenang tanpa berniat melupakannya sedikit pun.

Ali, bolehkan Ayah melihat kamarmu dulu ? Entah mengapa Ayah ingin berada di tempat kamu selama ini tinggal, menghabiskan waktu tanpa Ayah. Agar Ayah bisa merasakan kenangan itu juga.

Rama's POV

Lamunan ku terhenti saat mobil yang aku tumpangi tiba disebuah rumah yang terlihat sederhana.  Rumah yang orang - orang paling aku sayangi tinggal selama bertahun-tahun. Semenjak aku ajak Tasya dan Ali tinggal di rumahku, rumah ini tetap di rawat oleh orang suruhanku sehingga sampai saat ini masih sangat terawat.

Perlahan kakiku yang terasa masih lemas memasuki rumah itu, tujuan pertamaku hanya satu. Kamar Ali ... yaa aku ingin menenangkan diri disana.

Pintu berwarna coklat dengan banyak sticker Barcelona perlahan aku buka. Aku langsung terpaku pada isi ruangan yang tak terlalu besar ini.

Anak lelakiku memang anak yang rajin dan rapih, lihat saja kamarnya begitu rapih. Tata letak barangnya pun tak sembarangan. Mataku terpaku pada meja belajarnya. Di dinding sisi meja belajar itu di tempatkan terdapat banyak kertas berbagai macam warna yang tertempel disana.

Satu persatu aku perhatikan kertas yang tertempel disana, ternyata itu adalah catatan kecilnya tentang tugas sekolah atau pun rumus - rumus matematika dan fisika. Terdapat juga tulisan tentang hari - hari penting baginya, misalnya saja jadwal pertandingan Barcelona. Ada juga tentang harapan - harapannya kelak, mataku terpaku pada satu kertas berwarna biru dengan tinta hitam yang paling tebal.

Entah mengapa mataku langsung memanas melihat tulisan tangan Ali disana. Sebuah tulisan harapan sederhana yang di inginkan olehnya.

Bertemu Ayah

Tanganku bergetar menyentuh kertas dengan tulisan yang terasa timbul itu. Kedua sudut bibirku terangkat sedikit, pikiranku membayangkan bagaimana Ali dulu yang mengharapkan bertemu denganku.

"Kamu sudah bertemu Ayah nak, apakah kamu senang ?" Ucapku pelan.

Mataku beralih pada foto Ali yang ikut tertempel di dinding. Foto berukuran sedang yang menampilkan diri Ali berseragam wisuda yang aku perkirakan itu saat ia lulus sekolah dasar. Tak pernah merasa punya foto itu, aku mengambilnya, mengelusnya sebentar dan menaruhnya di kantung celanaku.

Aku mendudukkan diriku pada kursi meja belajar Ali. Aku memandang ke seluruh ruangan, foto - foto Ali dan Tasya terpajang di dinding. Kamar ini terasa hangat, dan aku masih bisa mencium aroma tubuh Ali.

I WANT TO MEET YOU DAD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang