She Knows

10.7K 583 80
                                    

Perkataan Ali selalu terngiang di pikiran Prilly. Hingga saat ini ia belum tahu apa jawaban yang tepat.

Walau tidak secara terang - terangan mengungkapkan perasaannya, tapi itu sudah membuat Prilly dilanda kebingungan.

Bukan tawaran menjadi pacar yang Ali lontarkan. Tapi sebuah keinganan Ali untuk membahagiakannya.

Entah apa yang harus Prilly rasakan. Semuanya nampak abu - abu oleh Prilly.

Satu sisi, dia merasa tersanjung karena ada seorang laki - laki yang ingin selalu membahagiakannya selain Papahnya.

Disisi lain, Prilly merasa tak enak. Dia merasa tak pantas di bahagiakan oleh Ali, yang jelas bukan apa - apa untuknya.

Prilly ingat jelas, betapa kerasnya keinginan Ali.

"Izinkan aku, Prill." ucap Ali lagi.

"Kenapa ? Kenapa kamu mau ?" lirih Prilly tak kuasa menahan air matanya.

"Kamu tahu jawabannya, ada disini," Ali meraih tangan Prilly, di letakannya tangan Prilly tepat di dada Ali.

"Kamu bisa rasakan itu ? Dia selalu berdetak cepat saat berdekatan dengan kamu, kamu tahu ? Saat ini cita - citaku adalah membahagiakan kamu, gak peduli siapa kamu." sambung Ali

Prilly membekap mulutnya dengan tangan yang satunya lagi. Kemudian ia menarik tangannya yang ada di dada Ali.

"Ini gak bener, Li." lirih Prilly dalam isakannya.

Ali menautkan alisnya, matanya memandang Prilly lirih.

"Kenapa ?" tanya Ali tanpa suara.

"Aku gak pantes, Li, sumpah masih banyak perempuan diluar sana yang jauh lebih pantas kamu bahagiakan, tapi bukan aku."

Ali menggeleng dengan cepat. Ia meraih kedua tangan Prilly, di genggamnya kedua tangan Prilly itu, sesekali ia mengecupnya.

"Gak peduli siapa kamu, gak peduli siapa yang pantas, pilihan aku kamu, Prill," perlahan Ali menggerajan salah satu tangannya untuk menghapus air mata Prilly.

"Demi Allah, demi apapun, aku akan berusaha membahagiakan kamu, mencintai kamu sampai aku gak bernyawa, gak peduli siapa kamu." lanjut Ali meraih tubuh Prilly ke dalam dekapannya.

Prilly tak habis pikir dengan jalan pikiran Ali. Tapi ia juga merasa senang bukan main.

Setelah kemarin Prilly yang bermain ke rumah Ali, siang tadi hingga menjelang sore Ali lah yang main ke rumah Prilly.

Awalnya kedua orang tua Ali nampak terkejut atas kehadiran Ali yang belum mereka kenal. Tapi akhirnya mereka saling mengobrol, Prilly sempat menguping pembicaraan antara Ali dengan Papahnya saat ia dan Mamahnya pergi ke dapur.

"Apa niat kamu ?" tanya Angga pada Ali.

"Maksud, Oom ?"

Angga menegakan posisi duduknya.
"Apa niat kamu mendekati Prilly ?" tanya Angga lagi.

Ali tersenyum simpul, sejenak ia menghela nafasnya.

"Niatnya cuma satu Oom, saya ingin membahagiakan Prilly." jawab Ali tenang.

"Tapi kamu tahu bukan kondisi Prilly ?" tanya Angga sarkatik.

"Tentu, Oom, Ali sangat tahu dan Ali tidak mempersalahkam itu semua, Oom."

Angga mencoba mencari kebohongan di mata Ali. Tapi tak di temukannya, hanya siratan kejujuran yang Angga lihat di mata Ali.

"Kenapa kamu ingin membahagiakan Prilly, bahkan kamu sudah tahu keadaan Prilly."
"Gak ada alasan untuk itu Oom, saya tulus sama Prilly, saya ingin bahagiain dia, sampai sisa hidup saya, ini bukan cuma kiasan saja, Oom, saya benar - benar sudah jatuh pada Prilly." Ali masih dengan tenang menjawab segala pertanyaan Angga.

I WANT TO MEET YOU DAD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang