21. Diobati dan Mengobati

21.8K 1.7K 56
                                    

Deli sedang berjalan menuju toilet seraya merapihkan rambutnya. Semuanya terasa tenang dan baik-baik saja sampai akhirnya tangan cewek itu ditahan dengan keras oleh Cia.

"C-Cia?" tanya Deli gelagapan. Sebelumnya, cewek itu tidak pernah berurusan dengan Cia dan memang tidak ingin. Dah akhirnya, malapetaka itu menghampirinya.

"Kasih surat apa lo ke Alana?" tanya Cia dengan wajah senga dan tegas. Deli menelan ludahnya. Ia hanya ingin menjawab apa adanya agar urusan antara mereka cepat selesai.

"Gue gak tau. Tapi itu dari Jona," jawab Deli apa adanya, tanpa ingin melihat mata Cia.

"Apa isinya?"

"Gak tau, Ci. Gue gak se-kepo itu untuk buka-buka isi suratnya."

"Gak usah repot-repot, Kak. Gue tau apa isinya." Suara Gita sepertinya menyelamatkan Deli dari malapetaka. Genggaman keras dari Cia pun melonggar. Segera Deli menjauhkan tangannya dari tangan terkutuk itu.

Tanpa peduli dengan Deli, Cia langsung menghampiri Gita. "Apa isinya?"

Gita melengos. Matanya enggan menatap wajah Kakaknya. Hatinya hancur berkeping-keping untuk melontarkan pemberitahuan menyakitkan ini. "J-Jona ... nembak Alana."

Tangan Cia langsung mengepal kuat. Matanya memancarkan sorot kebencian. Bagaimanapun caranya, Cia harus membuat Alana sadar kalau dirinya hanya bagaikan sampah jika dibandingkan dengan seorang Jonathan.

--

Bel pun berbunyi tanda masuk kelas. Cia sudah berdiri di ambang pintu kantin, menunggu seseorang yang rasanya ingin ia maki dan pukul berkali-kali. Ia benar-benar tidak peduli walaupun banyak orang di sekitarnya. Siapapun yang menyakiti hati saudaranya atau teman-temannya, habislah detik itu dengan Cia.

Alana masih tertawa bersama ketiga temannya. Keempat cewek itu tidak sadar dengan keadaan Cia yang kini sudah menatap Alana bagai singa menatap mangsanya.

Alana dan teman-temannya pun keluar kantin. Kaki Cia sudah siap ingin menyelengkat Alana. Dan benar saja, Alana tersandung dan langsung jatuh ke aspal. Bahkan tangannya tak sempat untuk menopang tubuhnya. Jadi, Alana langsung jatuh ke aspal dengan dagu yang mendarat terlebih dahulu. Darah pun mengalir deras dari dagu Alana, membuat cewek itu menangis kesakitan. Roknya juga tersibak sedikit ke atas, memperlihatkan setengah paha cewek itu. Namun Cia tidak peduli.

Cia menghampiri Alana lalu menjambak rambut cewek itu. "Lo—"

"Woi!" suara Kendra menginterupsi kegiatan Cia yang ingin mempermalukan Alana di situ. Kendra nyaris saja ingin menonjok wajah Cia. Namun Putra langsung menahan tubuh Kendra yang sedang dikuasai emosi. Teman-teman Alana pun langsung membantu Alana berdiri.

Sebenarnya Kendra tidak ingin pergi ke kantin. Tapi karena Putra paksa dengan alasan, "temenin gue beli dasi di koperasi," membuat Kendra mau menemani Putra. Sehabis ini adalah pelajaran Bu Asih, kalau tidak pakai dasi bisa diusir dari kelas dan absennya dihapus. Sementara, Putra banyak hutang di koperasi, jadi ia takut kalau datang sendiri.

Dan disinilah Kendra nyaris berkelahi fisik dengan Cia. Melihat Cia menjambak Alana tadi, membuat Kendra lupa kalau Cia berjenis kelamin perempuan.

Alana terjatuh lagi. Kakinya terlalu sakit untuk menopang tubuhnya. Pergelangan kakinya sedikit terkilir.

Kendra langsung menghampiri Alana lalu menggendong cewek itu yang masih terisak dan memegangi darah yang bercucuran dari dagunya. Darahnya pun sampai berceceran di kemeja putihnya.

"Abis ini lo berurusan sama gue," ujar Kendra pada Cia lalu cepat-cepat membawa Alana ke UKS. Tangis Alana membuat Kendra sulit berkonsentrasi karena panik.

The Senior Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang