37. Bersama Keluarga Tya

20K 1.5K 73
                                    

Keluarga Tya berikut Kendra, sudah sampai di restoran. Mereka pergi ke sebuah restoran urban dimana ada bermacam-macam makanan dari segala negara. Kendra sedaritadi salah tingkah, karena ini kali pertamanya ia makan bersama keluarga Tya. Walau tak semua keluarga Tya berkumpul, masih ada Kakaknya yang kali itu sedang sibuk. Namun tetap saja, makan sama Papa Mamanya Tya membuat cowok itu menjadi sedikit kaku.

Begitu juga dengan Tya, cewek itu tak dapat berhenti tersenyum. Terkadang, ia tahan kuat-kuat senyumnya agar tidak ketahuan dan tidak disangka orang gila. Namun ini sedikit sulit. Rasanya, ia ingin pergi ke sebuah tempat kosong, di mana tidak ada orang di sana, lalu melompat-lompat kesenangan.

"Kendra mau pesen apa?" tanya Chandra sambil tersenyum. Sementara Kendra masih membolak-balik lembaran menu yang sudah disuguhi. Harga makanannya lumayan mahal-mahal, membuat Kendra bingung dan sukses membuat ia menelan ludahnya.

"Hmm, nasi goreng aja deh, Om," jawab Kendra setelah yakin bahwa nasi goreng seafood akan menjadi santapannya malam ini. Disamping itu, menu pilihan nasi goreng memiliki harga termurah dibanding yang lain.

Dahi Chandra berkerut. "Kok nasi goreng aja? Yang lain juga gak pa-pa, kok. Santai aja Ken."

Namun tetap saja, Kendra sudah terlahir sebagai orang yang tidak-enak-an. Diajak makan saja, Kendra sudah bersyukur. Kalau minta makanan yang mahal, rasanya ia kurang tahu diri. "Gak usah Om. Emang saya sukanya nasi goreng kok, hehe," jawab Kendra alibi. Padahal, kalau mengikuti egonya, ia lebih memilih makan lasagna dibanding nasi goreng.

Chandra mengangguk-ngangguk paham. Ia juga tidak bisa memaksa Kendra untuk memilih makanan yang bukan merupakan favorit dari cowok itu. Chandra pun langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan.

Setelah memesan makanan, Kendra mulai salah tingkah lagi. Ia melirik ke arah Tya, begitu juga dengan Tya. Lalu mereka terkekeh bersama. Tapi hal itu, sukses membuat Tya merasa ribuan kupu-kupu di perutnya.

"Kendra, jadi kamu nih temen sekelasnya Tya?" tanya Eli sekaligus ingin tahu mengenai Kendra lebih dalam. Dan juga mengisi keheningan di antara mereka.

"Bukan Tante, saya kakak kelasnya Tya," jawab Kendra sopan sambil cengangas-cengenges.

"Ohhh. Kok bisa kenal? Satu ekskul?"

"Gak, sih. Dulu—" ucapan Kendra terputus begitu mengingat dirinya yang dulu sempat menyukai Tya. Tak disangka, di saat Kendra sudah tidak memiliki perasaan—walau sekarang ia sudah sedikit membuka hatinya untuk Tya—ia justru lebih dekat dengan Tya. Seperti sekarang ini.

"Dulu...?" tanya Eli, membuat lamunan Kendra buyar. Seperti biasa, cowok itu kembali cengengesan.

"Ya ... gak tau juga, sih, kenapa bisa jadi deket. Tiba-tiba aja kayak sering ketemu gitu. Ya gak Ya?" tanya Kendra lalu melirik ke arah Tya. Tya mengangguk sambil tertawa kecil dan mengangguk. Tya sendiri juga tidak paham mengapa pertemuan-pertemuan tak disengaja itu justru membuat mereka semakin dekat.

"Oh ya Kak, Kak Kendra inget gak sih, Kak Kendra pernah ajak aku makan di Cacaotte? Kok tiba-tiba bisa ngajak aku sih, Kak? Padahal kan kita belom deket, lho," ucap Tya bersemangat. Sebenarnya, ini sudah lama ingin Tya tanyakan. Sudah terlalu penasaran.

Kendra langsung mengusap tengkuknya dan melengos. Kalau diingat-ingat saat jaman itu, membuat Kendra ingin tertawa. Itu kan gara-gara ulah Alana...

Ngomong-ngomong Alana, Kendra jadi teringat dengan cewek yang baru saja bertengkar dengannya. Kira-kira Alana masih marah nggak ya, sama dia?

Mengikuti naluri, Kendra mengambil ponselnya dari kantong celana jins yang ia kenakan. Ia mengintip sedikit layar ponselnya. Ternyata benar, ada dua missed calls dari Alana, membuat Kendra berpikir-pikir apa yang sedang terjadi.

The Senior Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang