2. Maling

37.8K 3K 168
                                    

Selesai mengambil uang sesuai nominal yang harus dibayar, Alana pun langsung cepat-cepat melangkahkan kakinya menuju food court. Sesampainya di sana, Alana sempat celingukan di mana tempat bakmie yang ia makan tadi. Sifat pelupanya sedikit menyulitkan dirinya kali ini.

Akhirnya, ia pun menemukan stan bakmie tersebut. Dengan napas tak beraturan, ia pun menyerahkan uang pas kepada si penjual. "Nah gitu dong neng. Jangan sampe lupa bawa uang lagi ya. Untung saya baik neng, kalo penjual yang lain mah udah suruh neng buat bantu-bantu cuci piring kali." Mendengar itu sukses membuat Alana bergidik ngeri. Emang bener ya, kehidupan Jakarta itu keras.

"I-iya Bu, maaf ya. Saya janji gak gitu lagi," ucap Alana takut-takut, "hm ngomong-ngomong, jam tangannya mana Bu?"

Si penjual itu pun mengambil jam tangan milik Kendra dari laci. Ia pun memberikan jam tangan Kendra namun ia sedikit tutupi di bagian kacanya. Karena si penjual tak sengaja tadi sempat menggores kaca jam tersebut. Sengaja ia tidak kasih lihat, takut disuruh ganti.

Alana pun menerima jam tersebut dengan tersenyum, "Makasih ya Bu." Si penjual hanya tersenyum sambil mengangguk. Alana pun segera meninggalkan stan bakmie tersebut.

Kini yang harus ia lakukan adalah menemukan Kendra. Matanya menatap seluruh meja yang nyaris penuh di sana. Akhirnya matanya pun menangkap Kendra yang sedang tertawa-tawa di tengah teman-temannya. Alana pun mengurungkan niatnya untuk memberikan jam karena banyak sekali cowok-cowok di sekitar Kendra yang membuat Alana risih. Nanti gue diganggu-gangguin lagi. Males ah. Kasihnya besok di sekolah aja. Alana pun akhirnya pergi menuju kamarnya.

Sementara itu, Kendra memang sedang makan nasi goreng bersama teman-temannya. Sebenarnya walaupun ia tertawa-tawa, ia sedang memikirkan jam tangan kesayangannya yang nekat ia berikan kepada si penjual bakmie. Hatinya tidak tenang memikirkan barang kesayangannya ada pada tangan orang yang tidak ia kenal. Ia juga heran, baru pertama kalinya ia memberikan jam tangannya pada seseorang.

Putra, salah satu teman Kendra menyadari sesuatu yang kosong di pergelangan tangan Kendra. "Ken, tumben, mana jam tangan lo?"

Kendra mendengus, hatinya sedikit terasa longgar karena akhirnya ia bisa mengungkapkan isi hatinya. "Ada di tukang bakmie. Tadi ada cewek belom bayar terus tuh penjual minta jaminan, ya gue kasih pinjem aja jam tangan gue."

Semua yang ada di meja sontak menganga lebar. Bagaimana tidak? Jika ada yang menyentuh jam tangan Kendra saja, Kendra bisa langsung memukul tangan orang tersebut. Dan sekarang, dengan mudahnya Kendra memberikan jam tangannya pada orang yang tidak dikenal.

"Ceweknya cantik banget ya Ken sampe-sampe lo mau minjemin jam tangan lo?" tanya salah satu temannya, Adam.

Kendra tertawa kecil, "Kagak sih. Biasa aja. Pendek, mungil. Tapi mukanya lucu."

"Yehh pantesan."

"Ape? Gak ada hubungannya juga jam tangan gue sama dia."

"Cie Kendra," celetuk Sandy, Kendra hanya dapat memutar bola matanya.

Tiba-tiba saja Kendra berdiri dari tempatnya, "Bentar, gue cek dulu jam tangan gue." Teman-teman Kendra hanya mengangguk serempak.

Sesampainya di stan bakmie yang tadi, penjual itu langsung tersenyum pada Kendra, "Mau pesen apa mas?"

Kendra tersenyum, "Gak, gak pesen. Cuma mau nanyain jam tangan saya yang tadi. Masih ada kan?"

Si penjual mengernyitkan jidatnya, "Hah? Tadi udah saya kasih ke si mbak-mbak tadi mas. Udah ada di dia kok jamnya. Emangnya belom dibalikin mas?"

Jantung Kendra terasa jatuh dari tempatnya. Sialan, ternyata maling! "Y-ya udah deh. Makasih Bu." Dan kini Kendra bingung harus mencari Alana ke mana. Ia tidak tahu satu hal pun tentang cewek itu, kecuali fisiknya. Dan itupun kalau ia masih ingat.

The Senior Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang