Galau

7.8K 297 13
                                    

Rifky menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan bingung, beberapa kali pemuda itu mencoba mengatur nafasnya saat hatinya terasa gundah, entah apa yang terjadi dengannya, sepulang dari butik wajah Ara selalu terbayang dipikirannya. Rifky berdecak sebal saat angannya kembali teringat akan sikapnya terhadap Ara di ruang ganti. Kenapa ia bisa kelepasan mencium gadis itu dan memeluknya. Sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal di benak Rifky, yang ia sendiri sulit memahami karena merasa begitu nyaman jika berada di dekat gadis itu. Selama perjalanan pulang pun Rifky hanya banyak diam tak ingin terus larut pada perasaan yang membuatnya bingung.

"Hhh sadar Ky, lo kenapa sih!" gerutunya, memang tak bisa dipungkiri olehnya melihat Ara menggunakan gaun pertunangan mereka, gadis itu pun terlihat begitu cantik dan anggun.

Rifky tak menyangka jika Ara akan begitu elegan saat merubah penampilannya, tak ada yang salah sebenarnya dari gadis itu hanya Rifky terkadang kesal jika tatapannya yang datar selalu ditujukan Ara padanya. Ia bukan tak tahu jika sedari tadi gadis itu terus memperhatikannya, entah apa yang disembunyikan oleh Ara pikirnya. Kenapa wajahnya selalu menunjukan sebuah beban yang seperti menyiksanya sendiri.

Rifky pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya mencoba menenangkan pikiran, ia menatap sekelilingnya melihat semua orang begitu sibuk untuk acara pertunangannya besok. Mata pemuda itu menangkap Ara yang sedang menyiapkan bunga hias di meja dan taman rumah, gadis itu pun terlihat begitu telaten pada pekerjaannya.

Langkah Rifky kemudian terhenti untuk menghampiri Ara, ia teringat dengan ucapannya tadi saat membahas soal ciuman di ruangan ganti. Rifky juga tak mengerti kenapa bisa bersikap seperti itu, tapi ia menyadari kalau ciuman itu memang ia tujukan untuk Ara sebagai bentuk kekaguman pada calon tunangannya. Bukan berarti ia sudah membuka hati untuk gadis itu, cuma Rifky tak bisa membohongi perasaannya jika Ara terlihat begitu cantik tadi, walau bagaimana pun juga dia laki-laki normal yang tentunya akan terpanah pada gadis yang berpenampilan anggun seperti Ara, apalagi gadis itu akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Ia terlihat menyerah saat tak mampu menolak permintaan orang tuanya untuk membatalkan perjodohan mereka karena sekuat apapun Rifky berusaha mengagalkan sekuat itu juga usaha Maminya untuk menikahkannya dengan Ara, calon menantu pilihannya.

Kembali kepala Rifky terasa berat saat mengingat Keyla, sudah beberapa hari ia tak mengetahui kabar gadis itu, entah bagaimana kondisinya sekarang, ia sendiri pun tak tahu, mungkin ia menjadi orang yang begitu jahat terhadap mantan kekasihnya karena meninggalkannya di saat mereka masih saling mencintai.
Andai Rifky masih memiliki kesempatan untuk bertemu Keyla sebelum ia resmi bertunangan, ingin sekali ia mengungkapkan perasaannya bahwa ia masih sangat menyayangi gadis itu. Semuanya pun butuh proses agar harapannya menjadi hal yang indah. Walaupun ia harus pergi dari kehidupan Keyla paling tidak perasaan gadis itu tak akan sesakit sekarang karena dirinya.

"Izinkan aku bertemu dengan dia Tuhan, aku hanya ingin dia tau perasaan aku yang sesungguhnya" lirih Rifky.

Pandangan Rifky kini beralih lagi pada Ara yang sedang berjinjit mengambil Vas yang terletak di lemari, gadis itu terlihat begitu kesulitan hingga beberapa kali ia berusaha melompat seraya mengulurkan tangannya menangkap Vas bunga. Rifky menghela nafasnya panjang, ia segera menghampiri Ara dan meraih Vas bunga itu dan bertepatan juga dengan Ara yang berhasil meraihnya. Mata mereka pun kembali bertemu, perasaan gugup kembali menggelayuti hati Rifky saat jaraknya dan Ara begitu dekat.

"Terima kasih" ujar Ara.

"Hmm lain kali jangan memaksakan diri, kamu bisa minta bantuan sama yang lainnya" ujar Rifky dengan datar.

"Iya" ucap Ara hendak pergi.

Rifky terlihat bingung kenapa gadis itu sekarang begitu irit berbicara padanya. Ia terus menatap punggung Ara yang semakin menjauh.

Cintai Aku Apa AdanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang