Sesak

7.7K 244 6
                                    

Rifky dan Ara tersentak menatap kehadiran seseorang yang terlihat menyedihkan di hadapan mereka, entah apa yang terjadi dengan orang itu. Kondisi tubuhnya pun di penuhi oleh luka lebam hingga semua tamu yang hadir di acara petunangan mereka berdecak heran melihat keadaannya.

"Vina" lirih Rifky cukup syok.

"Rifky tolong aku Ky, tolong aku" tangis gadis di hadapan pemuda itu, ia pun langsung berhambur memeluk Rifky.
Ara cukup kaget melihat sikap gadis itu, entah hubungan apa yang terjalin antara Rifky dengannya sehingga ia berani memeluk tunangannya itu di depan banyak orang. Melihat kondisinya yang begitu memprihatikan tentu gadis malang ini sedang menyimpan sebuah masalah berat yang di rasakannya.

"Kamu kenapa Vin? Siapa yang melakukan semua ini ke kamu" tanya Rifky khawatir.

"Vi....Vito Ky. Vito menyakiti aku lagi" lirih Vina menangis sengugukan
Rifky menatap Ara yang terus memandanginya mungkin ribuan pertanyaan tengah memenuhi fikiran tunangannya itu sekarang mengenai gadis yang sedang berada di pelukannya ini. Mami Rifky segera menghampiri mereka dengan kecemasan.

"Vina kamu kenapa sayang?"

"Tante tolong Vina tan, Vina takut" Vina menangis semakin menjadi.

Suasana di tempat itu pun menjadi riuh karena kehadiran gadis itu yang tiba-tiba. Papi Rifky berusaha menenangkan situasi disana dan meminta istrinya segera membawa Vina ke dalam.

"Ya sudah Ky, lebih baik sekarang kita membawa Vina ke kamar Mami aja"

"Iya Mi" ujar Rifky mencoba membantu Vina yang terlihat sangat lemah, pemuda itu pun meminta Ara untuk mengikutinya.

Mata gadis itu terus melirik keduanya yang seakan memiliki hubungan yang sangat dekat, tak ada satupun kata yang keluar dari bibir Ara. Ia hanya mengamati tante Sofie dan Rifky yang berusaha menenangkan gadis malang itu.

"Ra, tante bisa minta tolong ambilkan obat merah di P3K?"

"Iya tan"

"Di lemari ya sayang"

"Iya" ujar Ara segera mengambil berbagai macam obat-obatan, langkah Ara pun terhenti saat melihat Rifky yang sedang menghapus air mata Vina dan juga menggenggam tangan gadis itu begitu erat hingga gurat kecemasan pun terbaca jelas disana. Entah apa hubungan keduanya, kenapa mereka terlihat sangat intens seperti ini.

"Mana obatnya Ra?"

"Ini tan" Ara memberikan obat ke tangan tante Sofie, Rifky pun berusaha menenangkan Vina yang masih saja menangis. Sesekali ia mengusap rambut gadis itu dan mencium keningnya, ada rasa perih yang menelusup di hati Ara melihat perhatian pemuda itu.

"Sudah Ky, biar Mami aja yang mengurus Vina. Biarkan dia istirahat dulu disini, kamu kembali ke depan aja dengan Ara" pinta Sofie.

"Vina takut tan, jangan tinggalin Vina sendirian" pinta gadis itu.

"Gak sayang, tante gak akan pergi. Tante, Rifky dan om akan selalu disisi kamu sayang. Kamu gak usah takut" ujarnya memeluk gadis itu.

Pandangan Rifky pun kini beralih pada Ara, pemuda itu segera meraih tangan tunangannya itu dan membawanya ke taman. Tentu saat ini perasaan Ara sedang diliputi kebingungan mengenai gadis yang bersamanya tadi. Rifky menghela nafas menatap wajah Ara yang masih cukup syok dengan kehadiran Vina yang tiba-tiba.

"Kamu gak usah berfikir yang macam-macam, gadis tadi Vina sepupu aku" jelas Rifky.

"Sepupu?"

"Iya"

"Hmm, dia kenapa?"

"Pasti dia habis berantem lagi dengan suaminya, Vina sudah sering di nasehatin supaya mengugat cerai Vito, tapi dia masih saja rela mengorbankan perasaannya sendiri untuk orang yang gak pernah mencintai dia" cerita Rifky dengan lirih, tapi Ara bisa membaca kemarahan besar di mata elang Rifky saat menceritakan sosok Vito itu.
Ara pun terenyuh, entah apa yang membuat laki-laki itu begitu tega menganiaya istrinya sendiri. Bukannya sudah kewajiban seorang suami menjaga istrinya. Sungguh malang nasib gadis itu fikirnya, harusnya ia bisa merasakan indahnya pernikahan tapi masalah rumit di antara mereka harus mengorbankan dirinya sendiri.

Cintai Aku Apa AdanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang