5. UNTITLED

53 10 5
                                    

MAURALFA : The Untitled Story

_

__________*

Ah shit, kenapa Faris lagi Ya Tuhan.

"Semuanya Rp87.500"

"Berapa mbak?" aku nggak fokus.

"Lapan tujuh lima ratus" jawab orang disampingku. Orang itu perhatian banget sampai tahu total belanjaku. Tunggu, suaranya... Faris!

"Oh iya" langsung kubayar dan bergegas keluar.

Ketika hampir keluar dari halaman supermarket, suara seseorang menginterupsiku.

"Maura. Anggep aja kita bukan siapa-siapa. Dimanapun. Kapanpun." Faris.

Aku hanya bisa termanggu beberapa saat sampai akhirnya melanjutkan perjalanan pulang. Faris tak berubah. Sulit memaafkan sesuatu yang benar-benar mengecewakan. Dulu dia pernah bilang "Buang aja orang yang munafik, nggak tau diri, dan bego"

Sepanjang perjalanan aku tak munafik sungguh kuakui aku benar-benar terpengaruh omongan Faris. Bagaimana cara meminta maaf padanya? Aku benar benar tak tahu.

***

"Faris!" panggilku pada seseorang yang berada 10 meter didepanku.

Orang yang kupanggil bukannya berbalik namun justru berlalu ke arah kelasnya, X IIS 3. Kuputuskan mengikutinya setelah tubuh jangkung itu berbelok di ujung lorong lab Biologi lantai 2.

Sampai dikelas Faris, kuberanikan diri mengintip di jendela belakang kelasnya. Ah, dia bercanda bahkan tertawa-tawa bersama teman-teman perempuannya.

Aku menggeleng miris. Bahkan dulu ketika kami masih satu kelas dan satu bangku sebelum aku ke Jogja, dia sosok cowok dingin pada perempuan kecuali padaku yang merupakan sahabatnya kala itu. Ah ya, hanya 'kala itu'.

Aku baru akan membalikkan badan bersamaan dengan seseorang memegang pundakku dari samping. Dan itu, adalah Alfa setan bacot bin ajaib.

"Liatin apa sih Ra?" tanyanya sambil celingak celinguk kedalam kelas Faris.

"Bukan apa-apa. Ngapain sih lo buntutin gue mulu? Nggak bosen emang?! Ishh"

"Apa salahnya? Gue cuman lewat, dan ga sengaja ketemu lo Maura-Ku sayang" jawab Alfa cengengesan sambil menekankan kalimat 'ku' dan 'sayang'. Jadi makin benci aku sama dia.

"Iya kok, gue juga makin cinta" apa-apaan ini. Hell man, dia cenayang?

"Berhenti gombal, berhenti nguntit, berhenti bacot. Udah itu aja. Bye!" aku pun kembali ke kelas setelah memastikan bahwa Alfa tak searah denganku.

Bersyukurnya aku, kelasku dan kelas Alfa walau sama-sama IPA, tidak satu gedung. Tuhan memang baik sekali.

***

"Maura! "

"Iya?"

"Lo beneran pa-pacar Alfa?" tanya cewek rada nerd didepanku ini.

"Tenang ajalah. Lo nggak usah melebih lebihkan gosip hoax begitu. Gue sama Alfa itu cum-"

"Cuman pacaran" ah, sial. Alfa lagi.

"Al, kamu bener bener nolak penawaran mama kamu?" tanya cewek didepanku sambil memasang wajah suram.

"Lagian ya Sya, bukannya aku nggak hormat sama mama. Tapi kan ini hidup aku. Lagian apasih maksud Perjodohan itu? Nggak guna tau"

"Ta-tapi.Dinda gimana?"

Duh siapa lagi ini? Aku berasa sedang melihat drama korea. Tolong, aku tak berkepentingan disini. Aku kebelet banget.

"Dinda itu masa lalu. Lagian menurut aku dia udah mati. Inget Tasya, mati!"

Cewek bernama Tasya ini hanya diam mematung mendengar penuturan Alfa tadi.

"Maura, ayo pergi!" mulai, sikap bossy-nya kumat lagi.

Lagi-lagi aku hanya bisa menurut.

Setelah sekiam menit kami diam diri di kantin, akhirnya aku yang sangat tak suka awkward momen berinisiatif memulai pembicaraan. Dan aku tahu kurasa ini bukan pilihan yang baik.

"Fa, tadi itu tunangan lo, pacar lo, apa siapa lo?"

"Shh, diem gue lagi gamau bahas apa-apa. Balik sana lo ke kelas!" bentaknya

Astaga, Alfa ini kenapa. Baru tadi dia gombal, genit. Lalu sekarang? Jadi sosok jelek tak berperasaan. Aku semakin benci alfa.

"Huh, dasar cowok ababil. Gue benci sama lo, Alfa!"

Aku lalu kembali ke kelas sambil menghentak-hentakkan kaki sebagai bentuk kekesalan. Menurutmu aku cemburu? Oh no, itu salah total. Aku hanya merasa gak dihargai. Itu saja.

***

Shit shit shit! Ngapain lagi si Tasya. Ngomongin Dinda lagi, Cih.

Anak itu emang bener bener nggak kapok. Percuma aja masang wajah nerd aslinya cabe super kejem. Tasya, gue nggak bakal kena jebakan lo kali ini.

"Eh monyet! Dicariin dikelas Maura eh taunya jalan duluan ke kantin. Musuh lo musuh!" omel Randi sambil memukul punggung gue. Untung sobat kalo enggak udah abis tuh bocah.

"Iya, gue lagi males ketemu Maura"

"Lo males ketemu? Bukannya lo yang nyosor mulu ya?"

gue ngelirik Rendi sebentar lalu menyeruput es teh. Ah, Maura. anak itu gue abikan. Maaf Ra, Gue tadi emosi.
.
.
.
#tbc

__________*

lo lebih berani yang lo percaya, lebih kuat dari yang lo kira, dan lebih cerdas dari yang lo pikir

agustus


__________*


Halo semua! Jangan bosen buat simpen cerita ini di library kalian ya! Maaf pake banget aku latepost mulu. Karena udah hampir 3 mingguan ini aku Full Day School. Aku masih adaptasi karena bener bener nggak terbiasa. Maklum soalnya aku sekolah negeri yang biasa pulang jam setengah 2 sekarang sedikit dipaksa pulang jam 5. So, aku minta maaf banget. Aku bakal usahain update 1 week 1 chapter. See ya soon readers!!

M A U R A L F ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang